Sukses

Kritik Pedas Mentor Mark Zuckerberg yang Kecewa dengan Facebook

Mentor Mark Zuckerberg Roger McNamee mengaku kecewa dengan kondisi Facebook saat ini.

Liputan6.com, Jakarta - Masalah keamanan data pengguna hingga model bisnis yang diadopsi Facebook ternyata menuai respons negatif. Salah satu yang diketahui melayangkan kritik pedas terhadap Facebook adalah mentor Mark Zuckerberg, Roger McNamee.

Dalam tulisan terbaru yang dikutip dari Time, Minggu (27/1/2019), McNamee menyampaikan rasa sedihnya terhadap perkembangan Facebook saat ini. Menurutnya, Facebook sebagai perusahaan harus turut bertanggung jawab terhadap dampak dari platform-nya ke masyarakat.

"Manajemen harus bertanggung jawab untuk setiap tindakan. Sama seperti saat mereka menerima pujian ketika sukses, mereka juga harus bertanggung jawab terhadap kegagalan yang terjadi," tulisnya.

Salah satu perhatian McNamee adalah model bisnis Facebook yang mengandalkan iklan. Dengan cara ini, Facebook secara tidak langsung mempelajari tingkah laku pengguna lalu ditawarkan untuk ke pengiklan.

Selain itu, orang-orang di dalam Facebook juga tenggelam dalam lingkarannya sendiri. McNamee menuturkan, Zuckerberg selalu percaya bahwa platform-nya memiliki misi untuk menghubungkan orang-orang di seluruh dunia, tapi sebenarnya tidak demikian.

Alasannya, Zuck dan karyawan di Facebook selalu merespons kritikan dengan cara yang sama. Mereka, menurut McNamee, selalu mengandalkan kecerdasan buatan, kode, dan solusi jangka pendek.

"Mereka melakukan ini karena menutup persepsinya tentang realitas. Mereka tidak pernah memikirkan bahwa masalah yang ada saat ini sebenarnya berhubungan dengan desain atau keputusan bisnis," timpal McNamee.

Tidak hanya itu, Zuckerberg saat ini dianggap hanya sebagai simbol pimpinan Facebook dan hanya fokus pada pengembangan produk. Sementara urusan bisnis diserahkan pada Sheryl Sandberg.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Masalah Lain di Facebook

Facebook juga dianggap sebagai ancaman untuk privasi saat ini. McNamee mengatakan Facebok harus memiliki News Feed dan hasil pencarian yang tidak dimanipulasi dalam bentuk alogritma.

Seperti diketahui, Facebook membaca kebiasaan pengguna dan akan menampilkan hasil pencarian yang dianggap sesuai dengan minatnya. Kondisi ini disebut sebagai gelembung internet.

Oleh sebab itu, McNamee yang dikenal sebagai salah satu investor kawakan itu menyebut dibutuhkan teknologi yang didorong oleh manusia. Maksudnya, Facebook harus memberdayakan penggunanya, bukan malah mengeksploitasinya.

Sebagai media sosial, Facebook sebaiknya memungkinkan pengguna untuk berbagi dengan orang lain, tanpa dimata-matai. Di sisi lain, pemerintah juga harus berperan aktif untuk mendorong perusahaan teknologi yang lebih baik.

3 dari 3 halaman

Facebook Sasar Anak-Anak untuk Raup Untung Besar dari Gim

Sebelumnya, Facebook dituding memanfaatkan anak-anak guna mengumpulkan lebih banyak uang dari gim online mereka.

Menurut laporan dari website bernama Reveal, jejaring sosial raksasa ini memang sengaja menargetkan pengguna anak-anak untuk mendapatkan lebih banyak uang dari gim seperti Angry Birds, PetVille, dan Ninja Saga.

Sekadar informasi, Reveal merupakan sebuah situs yang dijalankan oleh lembaga bernama Center for Investigative Reporting (CIR).

Informasi ini diperoleh dari website Reveal, mengutip sejumlah dokumen dari gugatan class action yang dilayangkan tahun 2012 lalu. Dokumen itu berisi lebih dari 135 dokumen, termasuk di dalamnya memo internal, strategi rahasia perusahaan, hingga email karyawan.

Hakim federal memerintahkan dokumen-dokumen dari 2010 hingga 2014 tersebut untuk dipublikasikan.

Dikutip dari CNET, menurut salah satu dokumen, Facebook ternyata menerapkan praktik "penipuan ramah".

Artinya, pengembang membiarkan anak-anak tanpa sadar menghabiskan uang untuk permainan yang mereka mainkan.

Jejaring sosial besutan Mark Zuckerberg cs itu juga diduga mengabaikan peringatan karyawan, mereka menipu pengguna di bawah umur yang tak sadar saat kartu kredit milik orangtuanya ditautkan dengan akun Facebook.

Parahnya, menurut laporan Reveal, pengembang telah membuat perbaikan untuk masalah tersebut, namun Facebook tak pernah menerapkannya pada sistem mereka. 

(Dam/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.