Sukses

Aplikasi Ini Bantu Selamatkan Pengguna dari Overdosis

Jika aplikasi mendeteksi pernafasan melemah atau berhenti, ia akan otomatis melakukan panggilan darurat.

Liputan6.com, Jakarta - Overdosis sebetulnya bisa ditolong dengan perawatan intens. Namun siapa sangka, overdosis ternyata juga dapat dibantu dengan sebuah aplikasi?

Dilansir Ubergizmo, Selasa (15/1/2019), ada sebuah aplikasi yang dikembangkan untuk membantu menyelamatkan pengguna dari overdosis.

Aplikasi bernama "Second Chance" tersebut, digarap oleh peneliti University of Washington.

Second Chance memiliki teknologi di mana bisa mendeteksi pernafasan manusia. Jika aplikasi mendeteksi pernafasan melemah atau berhenti, ia akan otomatis melakukan panggilan darurat.

Peneliti mengungkap, Second Chance mampu bekerja dari jarak tiga kaki berdasarkan pengujian awal. Hasil deteksi juga disimpulkan akurat 90 persen.

"Ide mengembangkan aplikasi ini adalah saat ada yang overdosis, aplikasi bisa menghubungkan mereka ke teman atau kerabat untuk menyediakan obat naloxone," kata Shyam Gollakota, pengembang Second Chance.

Gollakota juga mengungkap pihaknya menciptakan algoritma untuk smartphone yang mampu mendeteksi overdosis dengan memonitor bagaimana pernafasan manusia berubah sebelum dan setelah menggunakan opioid.

Untuk saat ini, Second Chance masih dalam tahap pengembangan. Ke depannya, aplikasi tersebut akan tersedia di smartphone dan dapat digunakan untuk membantu pasien overdosis agar terhindar dari kejadian yang tidak diinginkan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Lebih dari Setengah Juta Pengguna Android Instal Aplikasi Berkedok Malware

Lebih dari setengah juta pengguna Android telah menginstal malware yang menyamarkan dirinya sebagai gim mengemudi.

Luar biasanya, deretan gim itu terpajang di toko aplikasi resmi milik Google yakni Play Store.

Adapun temuan malware yang berkedok gim di Google Play ini pertama kali diungkap oleh peneliti keamanan di ESET, yakni Lukas Stefanko.

Dikutip dari akun Twitter-nya, Rabu (21/11/2018), ia merinci 13 malware berkedok gim dibuat oleh pengembang yang sama, di mana dua di antaranya trending di Play Store.

Jika digabungkan, ketiga belas aplikasi itu sudah di instal lebih dari 580.000 sebelum akhirnya Google menghapusnya.

Seperti yang sudah disebutkan di atas, aplikasi tersebut akan secara otomatis crash dan hilang dari layar utama ketika dibuka.

Malware berkedok aplikasi gim muncul di Google Play Store. (Doc: Lukas Stefanko)

Pada kenyataannya, aplikasi itu mengunduh konten dari domain lain--terdaftar ke pengembang aplikasi di Istanbul--diam-diam menginstal malware dan menghapus ikon aplikasi.

 

 

3 dari 3 halaman

Otomatis Aktif

Ilustrasi Google Play Instant, fitur terbaru yang memungkinkan pengguna Android menjajal gim mobile sebelum mengunduh dan menginstalnya di perangkat. (Foto: Digital Trends)

Masih belum diketahui apa yang dilakukan malware tersebut, yang pasti program jahat itu selalu aktif secara otomatis setiap kali smartphone atau tablet Android dinyalakan.

Tak hanya itu, malware ini juga memiliki "akses penuh" ke lalu lintas jaringan, yang dapat dimanfaatkan oleh pembuat malware untuk mencuri informasi data pribadi pengguna.

(Jek/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.