Sukses

Bos Apple Buka Suara Soal Perseteruan dengan Qualcomm

Apple dan Qualcomm belum melakukan pembicaraan penyelesaian masalah mereka sejak kuartal III tahun lalu.

Liputan6.com, Jakarta - Chief Executive Officer (CEO) Apple, Tim Cook, menyinggung soal perseteruan legal perusahaan dengan Qualcomm, dalam sesi wawancara dengan CNBC.

Ia mengatakan, Apple dan Qualcomm belum melakukan pembicaraan penyelesaian masalah mereka sejak kuartal III tahun lalu.

Dikutip dari Phone Arena, Kamis (10/1/2019), Cook juga menyinggung soal keengganan Qualcomm melisensikan sejumlah paten standar penting dalam cara yang adil, masuk akal, dan tidak diskriminatif.

Selain itu, ia menyebut Qualcomm menerapkan biaya lisensi yang terlalu tinggi.

Pernyataan Cook ini ditanggapi berbeda oleh Qualcomm. Pernyataan Cook soal pembicaraan perdamaian kedua perusahaan dinilai "menyesatkan."

Cook disebut salah menginterpretasikan pernyataan CEO Qualcomm, Steve Mollenkopf, pada November 2018.

Kala itu, Mollenkopf mengatakan bahwa kedua perusahaan hampir menyelesaikan perbedaan mereka.

"Kami selalu membicarakan hal tersebut, dan sangat konsisten. Semester kedua tahun ini (2018) dan tahun depan, kami benar-benar berada di ambang pintu untuk menemukan resolusi," ungkap Mollenkopf.

Pernyataan Mollenkopf kontradiktif dengan Cook. Namun, Qualcomm menegaskan pernyataan sang CEO akurat.

"Kami konsisten dalam 18 bulan terakhir telah beberapa kali berdiskusi dengan Apple tentang kemungkinan resolusi untuk perselisihan lisensi kami. Kami dalam beberapa kesempatan juga mengatakan bahwa kami yakin masalah ini akan bisa diselesaikan dengan satu atau lain cara, dalam waktu dekat, baik melalui suatu kesepakatan atau keputusan pengadilan," ungkap juru bicara Qualcomm.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Perseteruan Apple dengan Qualcomm

Apple dan Qualcomm memulai perseteruan legal mereka di meja hijau pada April 2018. Saat itu, keduanya saling tuding menuding.

Apple menuduh Qualcomm melakukan berbagai hak yang salah terkait aktivitas lisensi patennya. Sementara itu, Qualcomm menuding Apple berhutang sebesar US$ 7 miliar atas royalti yang belum dibayar.

Qualcomm saat ini tengah menjalani proses hukum terkait dakwaan antitrust (antipakat) dari komisi perdagangan Amerika Serikat (AS), Federal Trade Commission (FTC).

Jika pengadilan mendukung FTC, maka Qualcomm akan dipaksa untuk mengubah cara berbisnis dengan para manufaktur smartphone.

3 dari 3 halaman

Penjualan di Tiongkok Lesu, Apple Pangkas Proyeksi Pendapatan

Terlepas dari masalah hukumnya, Apple belum lama ini mengumumkan pemangkasan proyeksi pendapatannya untuk kuartal I tahun fiskal 2019, yang berakhir pada 29 Desember 2018.

Proyeksi pendapatan dipangkas menjadi US$ 84 miliar atau sekitar Rp 1.198 triliun, dari awalnya berkisar antara US$ 89 miliar (sekitar Rp 1.270 triliun) dan US$ 93 miliar (sekitar Rp 1.327 triliun).

Dikutip dari The Wall Street Journal, Jumat (4/1/2019), Cook dalam keterangannya menyebut melemahnya penjualan iPhone di Tiongkok sebagai pemicu penurunan proyeksi pendapatan tersebut. Hal ini sekaligus langkah yang tidak biasa, karena merupakan kali pertama Apple memangkas proyeksi pendapatan dalam 15 tahun terakhir.

Langkah Apple ini dinilai menimbulkan kekhawatiran tentang prospek perusahaan di Tiongkok, yang merupakan pasar smartphone terbesar di dunia. Hampir 20 persen penjualan Apple berasal dari Tiongkok.

"Pendapatan iPhone yang lebih rendah daripada prediksi, khususnya di Tiongkok, menyebabkan penurunan semua pendapatan kami," tulis Cook dalam suratnya kepada para investor.

Mengutip laporan dari Reuters, Cook menegaskan tidak ada pengaruh pemerintah Tiongkok dalam masalah ini, meski mungkin ada sejumlah konsumen yang tidak memilih iPhone atau perangkat Apple lainnya karena merupakan produk perusahaan AS.

AS dan Tiongkok saat ini sedang terlibat dalam perang dagang. Perselisihan kedua negara semakin ditambah dengan penangkapan salah satu petinggi Huawei beberapa waktu lalu.

"Masalah yang jauh lebih besar adalah melemahnya ekonomi Tiongkok, dan tensi perdagangan juga semakin menekan," tutur Cook.

Cook juga menyoroti tantangan perusahaan di sejumlah pasar berkembang utama. Namun, memang Tiongkok memberikan dampak besar.

"Faktanya, sebagian besar kekurangan pendapatan merujuk pada kinerja kami, dan lebih dari 100 persen penurunan pendapatan global year-over-year, terjadi di Tiongkok, mencakup iPhone, Mac, dan iPad," ungkapnya

(Din/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.