Sukses

Mahasiswa Indonesia Ciptakan Tinta Pulpen yang Bisa Bercahaya dari Bakteri

Mahasiswa tersebut bakteri dengan proses tertentu agar bisa memancarkan cahaya, sehingga orang bisa membaca dengan jelas meski dalam kondisi gelap.

Liputan6.com, Malang - Satu lagi terobosan inovasi teknologi yang bikin bangga dari Indonesia. Kali ini, sekelompok mahasiswa asal Universitas Brawijaya (Unibraw), berhasil menciptakan pulpen yang dapat bercahaya dalam kegelapan dengan memanfaatkan bakteri.

Ketiga mahasiswa tersebut adalah Novia Rosa Damayanti, Renaldy Fredyan, dan Mey Yuliana.

Mereka memanfaatkan bakteri dengan proses tertentu agar bisa memancarkan cahaya, sehingga orang bisa membaca dengan jelas meski dalam kondisi gelap.

"Perkembangan teknologi sangat pesat, khususnya bidang elektronik seperti gadget dan smartphone. Perangkat ini sangat membantu mobilitas pekerjaan manusia, seperti membaca dan menulis," ujar Novia Rosa Damayanti kepada Merdeka, Rabu (30/10/2018).

"Namun, pencahayaan dari perangkat tersebut bersifat radiasi yang merusak mata dan membuat mata cepat lelah," lanjutnya menerangkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Dua Efek

Berdasarkan keterangan The National Radiological Protection Board (NRPB) Inggris, efek yang ditimbulkan oleh radiasi gelombang elektromagnetik dari smartphone dibagi menjadi dua, yaitu efek fisiologis dan efek psikologis.

Berkaca dari permasalahan tersebut, ia dan kedua rekannya mencoba memecahkan masalah dengan memanfaatkan alam, yaitu melalui isolasi bakteri.

Beberapa jenis bakteri dapat memancarkan cahaya. Bakteri ini disebut bakteri bioluminesensi yang merupakan bakteri yang mampu berpendar. Bakteri tersebut dapat ditemukan pada beberapa spesies laut.

"Untuk proses pemancaran cahaya melibatkan transpor elektron," tandas Novia.

Tulisan yang dihasilkan mampu terbaca di tempat gelap, sehingga mengurangi penggunaan perangkat elektronik dengan radiasi.

Untuk mendapatkan bakteri bioluminesensi perlu dilakukan isolasi, pemurnian, serta dikulturkan.

Isolasi bakteri, diambil dari beberapa sampel dan tempat yang berbeda. Sampel utama adalah cumi-cumi, lumpur laut, dan air laut. Sampel didapatkan dari dua tempat yang berbeda, yakni pantai Utara (Lamongan) dan pantai Utara (pesisir Pulau Sempu, Kabupaten Malang).

3 dari 3 halaman

Tiga Kali Tahap Pengulangan

Novia mengemukakan isolasi dilakukan dengan tiga kali pengulangan pada tiap sampel dan tiap tempat.

Pengujian awal menggunakan sinar UV sebagai salah satu parameter perpendaran pada sampel, hingga dilakukan pemurnian dan pengkulturan untuk menumbuhkan bakteri bioluminesensi.

Media yang digunakan adalah LA (Luminescent Agar) dan LB (Luminescent Board). Bakteri pada media LA miring yang telah tumbuh diuji dengan menggunakan metode cat gram.

Cat gram yang digunakan adalah cat gram A, B, C, dan D. Hasil yang didapatkan, yakni bentuk bakteri bulat (Coccus), tidak berflagela, dan berwarna merah (gram negatif).

Jenis bakteri untuk sementara yang dapat disimpulkan photobacterium phosporium. Bakteri tersebut selanjutnya akan dikondisikan seperti cairan yang berwarna.  Cairan dapat digunakan sebagai tinta bercahaya pada pulpen.

"Dengan adanya jenis pulpen yang tintanya dapat bercahaya ini diharapkan mampu mengurangi penggunaan smart phone, karena tulisan yang dihasilkan oleh pulpen dapat terbaca pada tempat yang gelap," tambahnya.

Reporter: Riski Amalia

Sumber: Merdeka.com

(Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.