Sukses

Konsumsi Streaming Video Semakin Masif di Perangkat Mobile

Konsumsi video yang tinggi juga terlihat dari volume data yang digunakan pengguna Telkomsel sebagai salah operator telekomunikasi.

Liputan6.com, Jakarta - Perkembangan teknologi internet dan data, secara tidak langsung mempengaruhi kebiasaan konsumen.

Salah satunya adalah kebiasaan dalam mengonsumsi konten yang kini banyak dihabiskan untuk menonton video.

Menurut General Manager Digital Advertising PT Telkomsel Ade Parulian, kebiasaan konsumsi video ini serta merta tak lepas dari kehadiran platform streaming video yang makin beragam.

"Awalnya, video hanya dapat ditonton di satu medium, tapi dengan pertumbuhan internet yang pesat pengguna diberi kebebasan untuk memilih konten yang ingin ditontonnya," kata Ade dalam satu sesi Marketing Mobile Associtation Forum Indonesia 2018 di Jakarta, Rabu (17/10/2018).

Konsumsi video yang tinggi, menurut Ade, juga terlihat dari volume data yang digunakan pengguna Telkomsel sebagai salah operator telekomunikasi.

Dia menuturkan, 33 persen volume data pengguna Telkomsel berasal dari video.

"Konsumsi video dari pengguna juga terus naik. Rata-rata pengguna mengonsumsi data sekitar 1,05GB khusus untuk video," tuturnya menjelaskan.

Lebih lanjut, Ade menambahkan jumlah pengguna Telkomsel yang mengakses video hingga Agustus 2018 mencapai 62,4 juta.

"Jumlah itu setara dengan populasi Italia," ujarnya membandingkan.

Sementara dari sisi media, CEO dan Co-Founder KLY Steve Christian mengamini hal tersebut. Dia mengakui konsumsi penonton video di Indonesia terus naik.

"Peningkatan itu terjadi terutama saat ada event-event khusus. Salah satunya saat gelaran Asian Games kemarin. Penonton naik cukup signifikan, sehingga memang diakui konsumsi video terus berkembang dengan cepat," terang Steve.

Mengingat konsumsi video yang terus meningkat dan makin besar ke depannya, Steve juga memberikan tips bagi pebisnis yang ingin terjun ke industri video.

"Sebelum memutuskan terjun ke industri video, sebaiknya tentukan dulu ingin berinvestasi ke platform atau konten," tandasnya.

Dengan menentukan fokus, pebisnis dapat menentukan strategi dan perhitungan hasil yang ingin dicapai.

Apabila ingin berinvestasi ke platform, secara tidak langsung pengiklan berarti melakukan hard sell.

Sementara saat memilih mengeluarkan dana di konten, pengiklan dapat meminta sesuatu yang berbeda dan memasarkan sesuatu dengan lebih halus.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Strategi Dalam Berinvestasi di Konten Video

Turut hadir dalam acara tersebut CEO Kaskus Networks Edi Taslim.

Menurut Edi, dalam bisnis video, penyedia platform dan pengiklan juga harus mampu menemukan keunikannya sendiri.

"Saat ini sudah ada beberapa penyedia layanan video dan mereka memiliki keunikannya masing-masing. Sementara dari sisi pengiklan, konten menjadi hal yang penting," sahut Edi.

Tidak hanya itu, pengiklan juga harus menyesuaikan konten yang ingin diperkenalkannya.

Jadi, mereka harus mampu menempatkan konten sesuai dengan ciri khas dari platform yang digunakan.

"Pengiklan tidak bisa menempatkan konten yang sama antara di TV dengan media sosial. Sebab, media sosial hadir dengan konten yang tidak hanya landscape, tapi juga vertikal dan square," pungkasnya.

(Dam/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.