Sukses

Atlet eSports Profesional Harus Punya Otak Encer

Menjadi salah satu profesi yang sedang digemari milenial, atlet eSports ternyata diwajibkan memiliki otak encer agar bisa tampil maksimal di dalam pertandingan.

Liputan6.com, Jakarta - Tak dapat dimungkiri, perkembangan eSports di Indonesia sejak tiga tahun belakangan ini berkembang pesat.

Alhasil, berbagai kompetisi yang diikuti oleh tim eSports dengan total hadiah luar biasa pun semakin marak digelar.

Terlepas dari iming-iming hadiah yang berjumlah miliaran rupiah, banyak orang yang tidak menyadari hal apa saja yang dibutuhkan seorang pemain agar menjadi atlet eSports profesional.

Salah satu hal terpenting yang harus dimiliki adalah 'otak encer' atau pintar.

"Otak atlet eSports itu meng-handel banyak gerakan dan keputusan ketika bermain di dalam gim, bila otaknya tidak 'encer' maka mereka akan kesulitan ketika bertanding," kata Kepala sekolah PSKD 1, Yohannes P Siagian yang Tekno Liputan6.com temui di Solo baru-baru ini.

Ia juga mengatakan, "Player eSports kita saat ini cukup 'encer' otaknya, namun mereka akan tergerus oleh pemain baru yang terlatih secara profesional lewat program-program di sekolah." 

Pria berkacamata yang akrab dipanggil Pak Jo ini menjelaskan, pemain eSports lama di Tanah Air akan kalah oleh pemain baru bukan dalam hal kepintaran, tetapi karena attitude (tingkah laku).

"Saat ini yang sedang naik daun merupakan pemain profesional generasi ketiga atau keempat, sementara itu pemain pro generasi pertama dan kedua banyak yang memiliki masalah dengan attitude, padahal kemampuannya bagus," ucapnya menjabarkan.

"Kayak pemain bola saja, pemain yang muncul dari proses pembibitan di klub akan lebih unggul ketimbang pemain tarkam (antar kampung), kecuali ia mempunyai talent yang luar biasa," lanjutnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

eSports di Pendidikan

Yohannes P Siagian, Kepala sekolah PSKD 1, Jakarta yang coba fasilitas iCafe. Liputan6.com/ Dewi Widya Ningrum

Lebih lanjut, Pak Jo mengungkap imbas eSports terhadap dunia pendidikan di Indonesia. Seperti yang sudah diketahui, SMA 1 PSKD yang dia pimpin adalah salah satu sekolah pertama yang memiliki program edukasi eSports.

Ia mengatakan, eSports bukan berarti bisa membuat anak yang tidak cerdas menjadi cerdas, karena secara definisi tidak ada anak yang tidak cerdas.

"eSports memiliki kemampuan untuk melatih aspek-aspek kognitif di otak anak. Semakin didalami, si anak pun kian sering menggunakan sisi otak tersebut dengan baik dan cepat mengambil keputusan. Juga terbiasa berpikir," ujarnya.

Sebagai sosok pendidik, Pak Jo mengaku sering melihat masalah besar yang melanda anak-anak di Indonesia saat ini. Masalah tersebut adalah anak sekarang tidak terbiasa berpikir.

"Banyak anak-anak di Indonesia yang sudah tidak terbiasa berpikir, dan sudah terbiasa 'disuapi' oleh orangtua dan pengajar. Ini jawabannya, ini yang perlu dihapal, seperti itu," ungkapnya  

Dengan melatih anak-anak untuk mengenal dan mengeluti eSports, mereka dapat berkembang di dunia tersebut ataupun ke berbagai bidang lainnya.

"Tak hanya eSports, mereka ke depannya dapat memanfaatkan hal-hal yang didapat dari berlatih dan bertanding ke bidang pendidikan lain, seperti ekonomi, hukum, media, dan banyak lagi," imbuhnya menambahkan.

 

3 dari 3 halaman

High School League 2018 Miliki Peran Penting

Stevanus, presiden High School League 2018. Liputan6.com/ Yuslianson

Karena itulah, kompetisi semacam High School League 2018 ini berperan penting dalam membentuk attitude dan disiplin player eSports muda Tanah Air.

Stevanus selaku presiden HSL 2018 mengatakan, “eSports adalah olahraga adu kecepatan dan kecerdasan dalam berstrategi, serta konsentrasi dan reflek yang perlu mendapatkan dukungan fisik yang prima."

Ia meyakini dunia pendidikan adalah mitra yang tepat bagi eSports dalam mencari bibit-bibit muda penuh potensi dengan sikap dan perilaku baik yang siap diandalkan untuk mengharumkan nama Indonesia di kancah dunia.

Rencananya, High School League (HSL) 2018 bakal digelar di delapan kota di Indonesia, seperti Jakarta, Bogor, Bandung, Solo, Surabaya, Malang, Medan, dan Makassar.

Bagi pihak sekolah yang ingin bertanding bisa mendaftarkan tim Dota 2 bentukannya melalui situs HSL (www.ihsl.id) hingga 12 Oktober 2018.

Seperti turnamen eSports lainnya, tim yang bertanding di HSL 2018 bakal memperebutkan sejumlah hadiah sebesar Rp 1,2 miliar, dalam bentuk beasiswa, penyediaan kurikulum eSports, biaya subsidi untuk guru pembimbing ekstrakurikuler eSports, hingga perlengkapan untuk lab eSports sekolah berupa PC Gaming.

(Ysl/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.