Sukses

OPINI: Strategi Baru Perbankan di Era Digital

Pelanggan di Asia belakangan ini 1,6 sampai 5 kali lebih memilih bertransaksi perbankan melalui jalur online ketimbang datang ke langsung ke bank.

Liputan6.com, Jakarta - Meminjam kata pembuka Charles Dickens dalam novel “A Tale of Two Cities”, perbankan sekarang berada pada masa terbaik sekaligus terburuk. Kemajuan teknologi semakin mengubah perilaku pelanggan dan melahirkan pemain-pemain nontradisional yang menawarkan layanan perbankan.

Pelanggan di Asia belakangan ini 1,6 sampai 5 kali lebih memilih bertransaksi perbankan melalui jalur online ketimbang datang langsung ke bank. Pelanggan seperti ini juga menunjukkan ketertarikan menggunakan jasa perbankan yang ditawarkan perusahaan teknologi.

Sebagai contoh, layanan Alipay dari Alibaba dan WeChat Pay dari Tencent sekarang banyak digunakan pelanggan di China untuk melakukan pembayaran.

Kebutuhan dunia perbankan untuk menyajikan pengalaman konsumen yang luar biasa kini menjadi lebih penting dari sebelumnya, karena pelanggan akan dengan mudah beralih ke penyedia jasa keuangan lain (bahkan meskipun penyedia jasa itu bukan sebuah bank) ketika mereka merasakan pengalaman yang lebih baik di sana.

Meski begitu, bukan berarti harapan tak ada lagi. Dengan berinvestasi di bidang teknologi secara tepat dan mengadopsi model bisnis yang lebih fleksibel, bank punya peluang untuk meningkatkan efisiensi operasionalnya dan mengakselerasi inovasi dengan tujuan meningkatkan kenyamanan pelanggan dan meningkatkan pendapatan.

Perbankan di Asia Pasifik kini merambah dunia digital

Bank-bank di Asia Pasifik kini sudah mengakui keuntungan yang bisa diraih dengan masuk ke ranah digital. Contohnya, IDC memperkirakan 80 persen bank-bank di kawasan ini sudah menjalankan arsitektur hybrid cloud tahun ini. Dengan cara ini, mereka dapat menurunkan total cost of ownership dan meningkatkan agilitasnya.

Karena cloud dapat menyediakan sumber daya dengan cepat, bank dapat mengembangkan dan menjalankan aplikasi dan layanan baru dengan cepat, untuk menjawab perubahan pasar dan tuntutan pelanggan.

Lebih jauh lagi, bank juga bisa menjalankan tool otomatisasi untuk meningkatkan efisiensi operasional dan memberikan ruang kepada staf untuk melakukan hal-hal yang dapat mendatangkan revenue, seperti cross-selling dan membangun relasi dengan pelanggan.

Mempertahankan daya saing di era digital dengan open banking

Walaupun bank sudah mulai bertransformasi secara digital supaya bisa bersaing dengan lebih baik di era digital, mereka harus selalu menyadari bahwa transformasi digital adalah sebuah perjalanan, bukan tujuan.

Ketika lingkungan bisnis semakin bergejolah dan penuh ketidakpastian, bank harus tetap cekatan dan terus berinovasi agar segera dapat menjawab perubahan konsumen dan tuntutan pasar.

Bank punya tugas untuk memperbaiki aplikasinya secara konstan supaya tetap sesuai dengan perkembangan. Di sinilah open banking bisa membantu. Open banking adalah sebuah model di mana data perbankan di-share di antara dua atau lebih pihak yang tak berafiliasi melalui application programming interface (API).

Ini memberikan peluang kepada bank untuk mendapatkan pandangan yang menyeluruh dari pelanggan, yang dapat digunakan untuk membantu meningkatkan layanan mereka dan menciptakan aliran pendapatan baru.

Misalnya, bank dapat menggunakan data dari perusahaan asuransi untuk menyediakan perbandingan paket asuransi secara real-time dan secara otomatis menyarankan kesepakatan terbaik berdasarkan kapasitas/kebutuhan keuangan pelanggan.

Menyadari manfaat dari open banking, beberapa bank Asia membuka akses ke API mereka untuk bersama-sama menciptakan produk dan layanan keuangan baru yang lebih berfokus pada pelanggan. Langkah seperti itu akan memungkinkan bank untuk memanfaatkan kekuatan masing-masing dan mempercepat terjadinya inovasi.

Untuk mendapatkan manfaat lebih lanjut dari open banking, bank harus mengambil pendekatan berbasis microservices dalam membangun aplikasi, di mana aplikasi besar dipecah menjadi komponen yang lebih kecil dan dapat disesuaikan secara mandiri (juga dikenal sebagai microservices) sesuai dengan fungsinya.

Ini memungkinkan pengembang aplikasi untuk melakukan perubahan pada microservices yang spesifik dan bukan pada potongan code yang besar, sehingga mengurangi kerumitan dan waktu yang diperlukan untuk merilis pembaruan aplikasi.

Selain itu, microservices dapat membantu bank mempercepat pengembangan perangkat lunak karena mereka dapat digunakan kembali sebagai pondasi dari aplikasi yang baru.

Dengan kemampuan seperti itu, bank akan dapat terus mengikuti perubahan tuntutan pelanggan, yang sangat penting dalam memastikan pengalaman pelanggan yang baik dan mempertahankan loyalitas pelanggan.

Banking and Financial Services Group dari Macquarie adalah salah satu bank yang sudah merasakan manfaat dari mengadopsi microservices. Dengan menggunakan microservices dan containers, bank Australia ini sekarang hanya butuh hitungan menit saja, bukan jam, untuk merilis fitur dan pembaruan software.

Mereka mampu memperbarui aplikasi yang ada dengan cepat tanpa downtime di sisi pelanggan, serta memenuhi tuntutan pelanggan akan hadirnya layanan baru.

Mengingat laju perubahan yang cepat, bank harus gesit dan efektif menghadapi segala gangguan yang tidak diketahui, yang akan menghampiri mereka. Open banking adalah kunci untuk mencapai hal ini.

Sama seperti layar yang membuat yacht melaju, biasanya dipasang secara dinamis agar bisa menghadapi perubahan kondisi, begitu juga elemen open banking seperti API dan microservices tidak hanya dapat membantu menyelesaikan tantangan yang mereka hadapi saat ini, tetapi juga membantu bank membangun landasan tepat untuk menjawab kebutuhan pelanggan dan bisnis di masa depan.

Penulis adalah Benjamin Henshall, Director of Sales, Financial Services - APAC, Red Hat

(Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.