Sukses

40 Tahun di Silicon Valley, Pria Indonesia Ini Berhasil Luluhkan Intel

Rick Bleszynski sendiri adalah salah satu dari beberapa yang berhasil mencoba peruntungan melanjutkan hidup di Amerika Serikat (AS).

Liputan6.com, Jakarta - Silicon Valley bisa dibilang sebagai kawasan industri teknologi paling prestisius di dunia.

Namun siapa sangka, di antara pegiat teknologi jenius kenamaan yang bekerja di sana, ada beberapa anak bangsa yang turut menimba ilmu di Silicon Valley, salah satunya adalah Rick Bleszynski.

Rick Bleszynski sendiri adalah salah satu dari beberapa yang berhasil mencoba peruntungan melanjutkan hidup di Amerika Serikat (AS). Upayanya bertolak ke Negeri Paman Sam sendiri pun bisa dibilang tak mudah.

Kepada Tekno Liputan6.com, pria yang karib disapa Rick ini bercerita kalau ia pindah ke Silicon Valley pada 1978.

Saat itu, ia masih berada di bangku SMA. Rick juga mengaku dirinya suka dengan dunia komputer sejak remaja.

Saat lulus dari SMA, ia memilih jurusan pengembangan teknologi mikroprosesor dan infrastruktur internet pada jenjang S1 dan S2.

Keputusan Rick untuk belajar tentang komputer, ternyata membawanya ke jalur yang diinginkan.

Saat lulus kuliah, Rick memulai karirnya dengan bekerja di sebuah perusahaan produsen chip.

Kala itu, Rick mengakui bahwa saat itu industri teknologi--khususnya dalam perangkat keras dan mikroprosesor--didominasi oleh Intel.

"Kompetisi dengan Intel sangat sulit waktu itu. Memang sampai sekarang, banyak perusahaan rival Intel mengakui kesulitan. Pasalnya, Intel memang rajanya mikroprosesor," tandas pria berkacamata ini.

Menariknya, kata Rick, Intel nyatanya tidak melulu menjadi yang terdepan untuk urusan prosesor.

Pada era 1990-an, perusahaan teknologi yang bermarkas di Santa Clara, AS itu justru sempat dibuat 'luluh' oleh Rick. Lantas, bagaimana bisa perusahaan sekaliber Intel bisa luluh dengannya?

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kisah Intel dan Rick

Pada 1990, Rick sadar kalau potensi internet masih dalam tahap awal.

Karenanya, ia butuh waktu dua tahun untuk membesut prosesor khusus untuk internet dengan kecepatan 155 Mbps untuk Wide Area Network.

"Waktu itu dengan infrastruktur yang ada, kecepatan perangkat yang mendukung internet cuma ada di angka 64 Kbps," kenangnya.

Prosesor internet besutan Rick bahkan diakui mengantongi pangsa pasar besar, 100 persen, secara global.

Beberapa perusahaan besar seperti Cisco, Alcatel, Nokia, Ericsson, dan Fujitsu bahkan menggunakan posesor besutannya.

Tahu bahwa peluangnya besar, akhirnya pada 1995 Rick mendirikan perusahaan kecilnya bernama Softcom Microsystems. Dua tahun kemudian, ia berhasil meng-upgrade prosesor internet baru dengan kecepatan 1,2 Gbps. Prosesor tersebut lagi-lagi sangat laku.

Barulah pada 1999, Intel menyadari akan 'kekuatan' dari prosesor internet besutan Rick cs. Dari situ, Rick bercerita kalau Intel mendatangi perusahaannya dan tertarik untuk membeli Softcom Microsystems.

"Pas 1999, Intel gedor-gedor pintu saya, mereka bilang ingin beli perusahaan ini soalnya mereka ingin supply ke perusahaan-perusahaan yang membuat switch encounter, seperti Cisco," ucapnya.

Tanpa berpikir panjang, Rick langsung menerima tawaran Intel. Menariknya, ia malah keluar dari perusahaan dan mendirikan perusahaan baru sesaat setelah dibeli Intel.

3 dari 3 halaman

Era 2000

Pada 2000, Rick mendirikan perusahaan Bay Microsystems. Rick pun kembali menggarap prosesor internet dengan kecepatan lebih kuat, yakno 10 Gbps.

Sayang, pada 20013, Silicon Valley pun terguncang akibat peristiwa dotcom yang crash, sehingga mengakibatkan ribuan perusahaan tutup.

Sejumlah perusahaan yang membeli prosesor Rixk pun tak lagi melanjutkan kerja sama.

"Untungnya waktu itu masih ada pemerintah Amerika Serikat (AS) yang minat membeli perangkat kami, mereka waktu itu ingin kami buat router dan switch encounter," imbuhnya.

Dua sampai tiga tahun kemudian, Rick pun kembali diminta untuk menggarap prosesor internet dengan kecepatan 40 Gbps.

Dan kini, ia mengklaim perusahaannya mampu menggarap chip dengan kecepatan terbesar, 100 Gbps.

Hingga kini, Rick mengantongi delapan paten yang terdaftar di Amerika Serikat (AS) soal prosesor dan jairngan broadbad. Ia pun sekarang membuka perusahaan baru bernama Splend, penyedia infrastruktur Blockchain yang telah didirkan sejak 2016.

(Jek/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.