Sukses

Menelan Banyak Korban Jiwa, Ini Fakta Soal Gelombang Panas Mematikan

Gelombang panas adalah periode panas berlebih yang berkepanjangan dan sering dikombinasikan dengan kelembaban yang berlebihan.

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa minggu lalu tepatnya pada Juli 2018, ada fenomena alam berupa gelombang panas yang melanda Jepang. Sedikitnya, gelombang panas ini telah menelan 80 korban jiwa. Tercatat, suhu tertingginya menyentuh 41 derajat Celcius.

Gelombang panas adalah periode panas berlebih yang berkepanjangan dan sering dikombinasikan dengan kelembaban yang berlebihan.

Hal ini dapat menjadi sangat berbahaya ketika melanda sebuah daerah yang terbiasa dengan suhu dan cuaca yang dingin. Akibatnya, tubuh kurang bisa menyesuaikan dengan kondisi yang tidak biasa.

Lalu, mengapa gelombang panas ini menjadi sangat berbahaya? Dilansir dari DoSomething.org, Senin (13/3/2018), gelombang panas sangat berdampak buruk pada kesehatan manusia, terutama lansia, anak-anak, dan para penderita penyakit kronis.

Selain itu, gelombang panas yang berlangsung selama berhari-hari dapat mengakibatkan stres pada tubuh manusia.

Jika dibiarkan dalam waktu yang cukup lama, efek panas ini dapat berujung kepada heatstroke, di mana merupakan kondisi di mana suhu tubuh dapat mencapai lebih dari 40 derajat Celcius atau lebih. Heatstroke parahnya dapat merusak jantung, otak, ginjal, dan jaringan otot lainnya.

Di Amerika, gelombang panas dapat menjadi lebih berbahaya daripada bencana alam lainnya seperti banjir, kilat, tornado, dan angin topan.

Pada Juli 1995, Chicago, Illinois mengalami gelombang panas yang menyebabkan lebih dari 700 kematian.

Daerah perkotaan sering mengalami suhu yang lebih tinggi selama musim panas, yang disebut sebagai "Urban Heat Island."

Hal ini disebabkan oleh bangunan, jalan, dan infrastruktur lain yang menyerap energi matahari, menghasilkan suhu yang lebih tinggi.

Gelombang panas dapat menyebabkan pemadaman listrik dan padam listrik, terutama di daerah yang mengalami efek panas pulau perkotaan.

Untuk tetap terhidrasi selama gelombang panas, minum banyak air dan makan camilan asin untuk membantu mengganti garam yang hilang saat berkeringat.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ahli: Gelombang Panas Akan Sering Terjadi dan Makin Mematikan

Pakar dari WHO mengatakan bahwa panas dan kelembapan tinggi adalah kombinasi fatal bagi manusia.

Padahal dalam skema perubahan iklim, para pakar memprediksi gelombang panasakan terjadi setiap dua tahun sekali pada paruh kedua abad ke-21.

Seperti dikutip dari DW, Jumat (20/7/2018), gelombang panas biasa didefinisikan sebagai sebuah periode waktu minimal lima hari dengan temperatur 5 derajat Celsius (9 derajat Fahrenheit) lebih tinggi dari biasanya.

Sejak Juni 2018, sejumlah wilayah di beberapa belahan dunia mengalami suhu panas luar biasa, yang menyebabkan kebakaran hutan, menghancurkan tanaman pangan, dan membunuh ratusan orang.

Clare Nullis dari World Meteorological Organization mengatakan bahwa tren ke depannya sangat jelas, bahwa kita akan lebih sering mengalami gelombang panas ekstrem yang mungkin akan dirasakan lebih berat bagi orang-orang di utara Eropa.

Bagi orang dari Eropa selatan, suhu mencapai 30 derajat Celsius adalah hal yang wajar, tapi tidak demikian bagi orang dari Inggris dan Irlandia. Temperatur di Glasgow, UK, pada Juni lalu mencapai 31,9 Celsius padahal biasanya hanya sekitar 20 derajat.

Suhu lebih dari 30 derajat Celsius juga terjadi di Jerman pada Mei dan Juni dan negara Georgia bahkan mencapai 40,5 derajat.

Sementara di Montreal, Kanada, suhu panas mencapai titik tertinggi dalam 147 tahun terakhir dan membunuh lebih dari 70 orang.

Belasan orang juga mati di Jepang dan lebih dari 2.000 orang lainnya harus dilarikan ke rumah sakit karena kelelahan akibat panas.

Suhu lebih dari 30 derajat Celsius juga terjadi di Jerman pada Mei dan Juni dan negara Georgia bahkan mencapai 40,5 derajat Celsius.

Sementara di Montreal, Kanada, suhu panas mencapai titik tertinggi dalam 147 tahun terakhir dan membunuh lebih dari 70 orang.

Belasan orang juga mati di Jepang dan lebih dari 2.000 orang lainnya harus dilarikan ke rumah sakit karena kelelahan akibat panas. 

Reporter: Brilio

Sumber: Brilio.net

(Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.