Sukses

Asteroid Terbesar di Tata Surya Dekati Bumi, Apa Berbahaya?

Astronom dari European Southern Observatory (ESO) membenarkan kalau asteroid Vesta akan menyambangi Bumi, tetapi dalam jarak yang masih relatif jauh.

Liputan6.com, Jakarta - Isu asteroid mendekati Bumi kembali mencuat. Kali ini, sebuah asteroid raksasa dikabarkan akan kembali mendekati Bumi.

Asteroid bernama Vesta itu diklaim sebagai asteroid terbesar keempat di Tata Surya. Saking besarnya, asteroid ini memiliki total luas permukaan 800 ribu kilometer persegi, atau setara dengan luas Pakistan, dan juga empat kali lebih luas dari Inggris dengan ukuran 242.495 kilometer persegi. 

NASA sendiri mengakui kalau Vesta adalah salah satu asteroid terbesar di Tata Surya. Objek luar angkasa tersebut diyakini akan mendekati Bumi hingga 16 Juli 2018.

Sekadar diketahui, asteroid Vesta adalah benda luar angkasa yang ditemukan sejak abad ke-17, tepatnya pada 1807 silam.

Astronom dari European Southern Observatory (ESO) membenarkan kalau asteroid Vesta akan menyambangi Bumi, tetapi dalam jarak yang masih relatif jauh.

Dengan kata lain, Bumi masih aman dan tidak akan mendapatkan risiko berarti dari jarak tersebut.

Diperkirakan, jarak asteroid sekitar 80 kali jarak Bumi dan Bulan. Untuk perhitungan saja, jarak Bumi dengan Bulan saja mencapai 384.400 kilometer.

Saat posisinya dekat dengan Bumi, Vesta akan tampak terang jika dilihat dari Bumi.

Cahaya asteroid tersebut bahkan bisa terlihat sampai skala 5,3 magnitudo. Itu pun hanya bisa dilihat dengan bantuan teleskop khusus.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Begini Cara NASA ‘Pasang Badan’ Jika Asteroid Dekati Bumi

Walau belum bisa dinyatakan berbahaya, ancaman asteroid yang bisa jatuh ke Bumi sudah jadi sorotan bagi NASA.

Badan Antariksa Amerika Serika tersebut juga sudah berencana mengembangkan ‘senjata’ khusus untuk menghancurkan objek luar angkasa ini jika mendekati Bumi.

Terkini, NASA baru saja berdiskusi dengan pemerintah Amerika Serikat dan pihak Gedung Putih untuk memutuskan strategi terbaik jika memang asteroid nanti mendekati Bumi.

Menurut yang dilansir The Independent, NASA juga mengerahkan para ilmuwannya untuk meneliti objek luar angkasa terdekat Bumi dengan mengukur dan memperkirakan risiko.

Diungkapkan Planetary Defence Officer NASA Lindley Johnson, ilmuwan telah menemukan beberapa 95 persen objek Near Earth (dekat dengan Bumi) dengan ukuran satu kilometer atau lebih. Namun, tidak semua masuk ke dalam status bahaya untuk saat ini.

Hingga sekarang, NASA telah mengumpulkan sekitar 18.310 objek luar angkasa dari segala ukuran.

Mereka memanfaatkan teleskop untuk memantau pergerakan asteroid dan akan memperingati Bumi jika benda tersebut mendekati orbit.

 

3 dari 3 halaman

Senjata Penghancur Asteroid

Adapun senjata penghancur asteroid milik NASA merupakan sebuah pesawat luar angkasa kecil dengan senjata api untuk menghancurkan asteroid hingga berkeping-keping.

NASA mengungkap, senjata bernama DART (Double Asteroid Redirection Test) miliknya itu akan rampung dan siap diterbangkan ke luar angkasa pada Oktober 2022.

Tugas DART nanti akan melayang pada trayek yang sudah diatur NASA untuk menemukan dua asteroid biner yang akan dihancurkan, yakni Didymos A dan Didymos B.

Mereka kerap disebut dengan julukan asteroid kembar, dan ditengarai merupakan objek yang juga berisiko bisa menghantam Bumi. "Dua asteroid itu akan menjadi sasaran pertama DART," kata Tom Statler, ilmuwan DART di NASA.

"Didymos B ada di orbit dekat Didymos A. Karena itu, sangatlah mudah untuk mencari keduanya. Eksperimen ini tak akan mengubah jarak mereka mendekati Bumi," lanjut Statler.

DART akan menggunakan sistem target on-board, di mana ia akan mendekati Didymos B dan menembakkan senjata api untuk menghancurkannya dalam kecepatan 3,7 mil per detik. Setelah itu, DART baru akan mengincar Didymos A.

"DART adalah langkah paling kritis dalam mendemonstrasikan bagaimana kami bisa melindungi planet dari ancaman asteroid," kata Andy Cheng, salah satu ilmuwan DART dari Johns Hopkins Laboratory.

"Kami tak terlalu tahu seperti apa struktur internal dan komposisi dari objek alam seperti asteroid. Maka itu, Didymos bukan satu-satunya asteroid yang jadi target DART," ia menerangkan.

(Jek/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.