Sukses

Usir Jubir Gedung Putih, Pemilik Restoran Ini Dikecam Warganet

Gara-gara pemiliknya mengusir jubir Gedung Putih, reputasi sebuah restoran AS dirusak warganet.

Liputan6.com, Jakarta - Aksi "berani" seorang pemilik restoran harus dibayar dengan kehancuran review tempat usahanya di situs Yelp.

Restoran bernama The Red Hen yang berlokasi di Virginia (VA) memutuskan mengusir juru bicara Gedung Putih, Sarah Sanders, beserta keluarganya akibat isu sosial-politik. Padahal, hidangannya sudah disiapkan.

Kabar ini pertama kali disebar oleh Sanders lewat akun Twitter resminya sebagai jubir, yaitu @PressSec.

"Semalam saya diberi tahu oleh pemilik Red Hen di Lexington, VA, agar pergi karena saya bekerja untuk @POTUS (President of the United States), dan saya pergi dengan sopan. Tindakannya mencerminkan bagaimana sifatnya ketimbang bagaimana saya," tulis Sanders pada Sabtu (23/6/2018) waktu setempat.

Meskipun Sanders dan pemilik restoran sama-sama mengaku bertindak sopan, warganet sudah telanjur kesal dan menyerang laman review The Red Hen di situs Yelp.

Dari banyaknya kecaman yang tertulis di kolom komentar, salah satunya menyebutkan dengan pernyataan seperti berikut.

"Tidak bagus. Sungguh tidak bagus. Ini salah. Sikap yang sepenuhnya salah. Saya tak akan pernah makan di sana. Sungguh sedih. Buruk. Tempat ini bahkan tak pantas mendapat satu bintang."

Menanggapi hal tersebut, situs Yelp sudah memberikan peringatan bahwa banyak review di laman restoran The Red Hen adalah akibat hasil pemberitaan. Mereka pun berupaya melakukan pembersihan. 

"Meski kami tidak membela satu pihak ketika ada kejadian pemberitaan, kami bekerja untuk menghapus posting positif dan negatif yang kelihatannya dimotivasi oleh liputan berita ketimbang pengalaman personal si reviewer dengan bisnis ini," jelas Yelp pada sebuah pesan di laman The Red Hen.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Argumen Pemilik Restoran

Menurut laporan The Washington Post, (24/6/2018), pemilik restoran disebut telah berkonsultasi dengan pegawainya sebelum meminta Sanders untuk angkat kaki.

Pemilik bernama Stephanie Wilkinson mengaku mendapat telepon dari koki restorannya pada jam delapan malam. Ia mengaku tidak percaya saat mendengar ada pejabat Gedung Putih yang makan di restorannya. Pasalnya, restoran The Red Hen terbilang sederhana.

Wilkinson langsung mengecek sendiri kebenarannya karena para staf merasa khawatir. Disebutkan juga bahwa rata-rata penduduk di lokasi restoran cenderung anti-Trump, dan ada beberapa staf gay di restorannya yang tidak menyukai program Trump.

"Beritahu apa yang kau ingin saya lakukan. Saya bisa memintanya pergi," kata Wilkinson pada stafnya. Para staf ternyata setuju untuk mengusir Sanders.

Meskipun mengaku tidak suka konfrontasi, Wilkinson memberanikan diri untuk menghampiri meja Sanders dan mengajaknya berbicara di patio.

"Saya basa-basi sedikit, tetapi mengutarakan tujuan saya dengan sopan dan langsung," ucap Wilkinson.

Dia juga menjelaskan nilai-nilai standar dari restorannya, seperti kejujuran.

Setelah diminta Wilkinson untuk pergi, Sanders merespons dengan berkata, "Tak apa, saya akan pergi."

Lucunya, Wilkinson mengaku hanya meminta Sanders yang pergi, sementara keluarganya yang lain boleh tetap makan di restoran itu.

Namun, tentu saja semua anggota  keluarga Sanders turut angkat kaki, meninggalkan hidangan di meja.

Awalnya, keluarga Sanders juga mau membayar, tetapi ditolak oleh restoran.

Wilkinson sendiri mengaku tidak menyesalkan tindakannya dan siap melakukannya lagi demi memegang teguh hal yang ia yakini.

3 dari 3 halaman

Kejadian Serupa

Belum lama semenjak insiden terkait Sanders, seorang pejabat pemerintahan Trump juga sempat mendapat perlakuan tak menyenangkan di restoran.

Kejadian itu menimpa Kirstjen Nielsen, Menteri Keamanan Dalam Negeri AS. 

Nielsen sedang menyantap di sebuah restoran khas Meksiko ketika para demonstrator berteriak-teriak menyorakinya. Nielsen pun akhirnya pergi dari restoran.

Apa yang terjadi pada Sanders dan Nielsen adalah akibat kontroversi kebijakan tanpa toleransi di pemerintahan Trump terhadap imigran gelap.

Pada kebijakannya, semua imigran gelap akan tetap menjalani proses hukum walaupun membawa anak.

Akibatnya, anak-anak para imigran gelap terpisah dari orang tuanya karena dititipkan di pusat detensi, sementara orang tuanya ditahan pihak berwajib.

Presiden Trump tidak mau disalahkan dan menyebut kebijakan itu adalah hasil produk hukum presiden-presiden sebelumnya.

Setelah timbul kontroversi, Trump akhirnya memakai kekuatan Perintah Eksekutif (Executive Order) pada Rabu (20/5/2018) untuk menghentikan aksi pemisahan imigran gelap dan anak-anak mereka.

"Jadi, kita akan memiliki batas negara yang kuat, tapi para keluarga (imigran gelap) akan tetap bersama. Saya tak suka melihat atau merasakan keluarga dipisahkan. Ini masalah yang sudah terjadi selama bertahun-tahun dan di bawah banyak administrasi," ucap Trump sebelum penandatanganan Perintah Eksekutif.

(Tom/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.