Sukses

AS Pakai Drone Terkecil di Dunia untuk Mata-Mata Perang

Drone kecil bernama Black Hornet 3 bisa dipakai mengawasi area di medan peperangan.

Liputan6.com, Jakarta - Militer Amerika Serikat (AS) mengeluarkan uang sebesar US$ 2,6 juta demi membeli [drone](3522208 "") mini dari perusahaan sistem sensor Flir.

Dilansir CNET, Senin (11/6/2018), drone mini tersebut adalah generasi ketiga dari seri Black Hornet, dan memiliki kemampuan terbang lebih dari 21 kilometer dalam satu jam dan dilengkapi kamera mikro termal.

Pihak militer AS sebelumnya telah membeli dan menguji Black Hornet pada 2016 dan 2017, serta akan terus melakukan evaluasi agar setiap unit infantri bisa mempergunakannya.

Dalam rilisnya, Flir menyebut Black Hornet adalah drone mini terkecil di dunia yang terbukti cocok pada keperluan militer.

"Black Hornet 3 adalah representasi fokus terbaru Flir dalam menyajikan teknologi solusi lengkap, dan kami ingin berperan dalam membantu memodernisasi pelanggan militer kami," ucap Presiden dan CEO Flir James Cannon.

Lebih lanjut, militer Australia dan Prancis juga memesan perangkat ini.

Black Hornet 3 memiliki kemampuan navigasi pada lingkungan yang tak mendukung GPS, sehingga menambah kesigapan tentara dalam mendeteksi ancaman di berbagai medan.

[Drone](3504300 "") terbaru besutan Flir ini bisa berintegrasi dengan Android Tactical Assault Kit (ATAK) yang dipergunakan militer AS untuk menyajikan jaringan medan pertempuan dan mendistribusikan informasi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Rusia Pakai Penangkal Drone

Bila militer AS memakai penggunaan drone, langkah serupa diambil Rusia, yakni menggunakan penangkal drone untuk menjaga keamanan dan ketertiban Piala Dunia yang akan diselenggarakan di negara mereka.

Unit-unit peperangan elektronik dari Kementerian Pertahanan Rusia akan menggunakan sistem penangkal drone seperti Svet-KU dan Zhitel, dalam rangka melindungi stadion-stadion pertandingan Piala Dunia FIFA 2018.

Selain itu Badan Keamanan Federal Rusia (FSB) juga akan mengalokasikan 60 unit sistem penangkal drone Arbalet di lokasi lainnya sebagai sistem pertahanan penangkal drone. Demikian seperti dikutip dari media terafiliasi pemerintah Rusia, RBTH Indonesia. 

Perangkat drone memang bisa menimbulkan beragam masalah, mulai dari menganggu privasi apabila dipasangi kamera, atau bisa juga  dipasangi sesuatu yang berbahaya untuk dijatuhkan sehingga membahayakan keamanan publik.

3 dari 3 halaman

Drone Bisa Kena Hack

Drone sekarang bukan lagi barang mewah, anak muda pun bisa menyisihkan uang saku dan membeli drone lewat toko online.

Memakai drone tentu terasa seru dan canggih, tetapi pada kenyataannya, dari segi keamanan drone masih perlu dipertanyakan. Pasalnya, laporan terbaru menyebut pesawat nirawak ini rentan diserang hacker.

Dilansir Futurism, orang tidak perlu repot-repot menjatuhkan drone secara manual, karena ada saja pihak tak bertanggung jawab bisa melakukan serangan pembajakan secara digital (digital hijacking).

"Tak ada yang namanya keamanan drone. Tidak ada yang bahkan bisa mengerjakan untuk mengamankannya. Hal tersebut memang tidak dipikirkan," ucap Robert Nickel, peneliti firma keamanan mobile Lookout.

Hal ini bisa disikapi secara positif maupun negatif. Negatifnya adalah drone milik seseorang bisa terancam dibajak orang tak bertanggung jawab, sementara sisi positifnya adalah dapat menangkal drone yang dikendalikan orang berniat jahat, seperti memakai drone untuk mata-mata.

Pada sekarang ini, semakin banyak banyak perusahaan yang membangun sistem untuk menangkal drone, seperti Selex dan ApolloShield.

"Drone dapat menyebabkan masalah pada tempat-tempat yang diamankan, baik itu diakibatkan tindakan orang tidak bertanggung jawab atau adanya operator jahat," tukas Nimo Shkedy, CEO ApolloShield.

Beberapa kejahatan yang dapat menggunakan drone adalah mengambil foto secara rahasia, penyelundupan barang, sampai menjatuhkan bahan peledak.

(Tom/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.