Sukses

Serangan Siber di 2017: Spyware Mendominasi, Ransomware Kian Agresif

Lebih dari 150 juta serangan malware terdeteksi di dunia pada 2017. spyware/key logger mendominasi serangan sepanjang 2018.

Liputan6.com, Jakarta - Berdasarkan data “Executive Guide to the NTT Security 2018 Global Threat Intelligence Report” dari Dimension Data, lebih dari 150 juta serangan malware terdeteksi di dunia pada 2017. spyware/key logger mendominasi serangan sepanjang tahun lalu, tapi ransomware mengalami pertumbuhan paling tinggi sebesar 350 persen year on year.

Jenis ransomware yang mendominasi serangan adalah Locky sebesar 45 persen dan WannaCry 30 persen.

Ransomware tumbuh sebesar 350 persen dibandingkan 2017. Tahun ini perkiraan kami pertumbuhannya akan tetap besar dan menjadi pintu masuk serangan siber lainnya,” tutur Country General Manager Dimension Data, Hendra Lesmana, di kawasan Jakarta, Rabu sore (6/6/2018).

Sebanyak 20 persen dari total serangan ransomware menargetkan industri gim. Hal ini sejalan dengan kian meningkatnya popularitas gim, baik pada perangkat mobile atau Personal Computer (PC).

Menurut Hendra, perusahaan gim bisa mengalami kerugian besar jika sistem mereka diganggu oleh serangan siber, termasuk ransomware.

“Pendapatan dari industri gim itu sangat besar, sehingga jika para penggunanya tidak bisa memainkan gim merek, bisa dibayangkan betapa besarnya kerugian yang akan dialami. Hal ini menjadi target menarik bagi penjahat siber,” jelasnya.

Sektor lain yang menjadi target ransomware adalah industri bisnis dan layanan profesional sebesar 17 persen, manufaktur dan teknologi yang masing-masing tumbuh menjadi 12 dan 11 persen, serta kesehatan.

Lebih lanjut, menghasilkan uang adalah salah satu dari sejumlah tujuan penjahat siber ketika menggelar serangan mereka. Tujuan lain, kata Hendra, dilatarbelakangi ideologi dan pencurian informasi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Memanfaatkan Beberapa 'Pintu Masuk'

Hal tersebut juga merupakan pendorong terjadinya serangan ransomware. Ransomware sendiri merupakan “virus” jahat yang mengunci komputer agar tidak bisa diakses pengguna, kemudian penjahat siber biasanya akan meminta bayaran senagai tebusan untuk pengembalian data.

Dalam melancarkan serangannya, pelaku serangan ransomware menggunakan beberapa pintu masuk, seperti lewat WiFi publik atau perangkat pribadi dengan kerentanan besar, seperti OS dan sistem keamanan yang tidak update.

Serangan ransomware biasanya menargetkan perusahaan, ketimbang individu. Kendati demikian, bukan berarti individu bisa lengah begitu saja.

“Kita tetap harus waspada, walau ransomware ini serangannya cenderung ke perusahaan,” tutur Hendra.

 

3 dari 3 halaman

Tren Serangan Siber di Asia Pasifik

Adapun tren serangan siber di Asia Pasifik, tidak jauh berbeda dengan yang terjadi di global. Namun, terdapat perbedaan jenis malware yang mendominasi.

Virus atau worm menguasai 66 persen jenis serangan di Asia Pasifik, brute force 26 persen, spyware atau key loggers empat persen dan ransomware dua persen.

(Din/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.