Sukses

Fitur Trending Topic Dihapus di Facebook, Apa Alasannya?

Berbeda dengan Trending Topic di Twitter, fitur ini justru mengumpulkan berita terpopuler dan bertujuan agar pengguna bisa melihat berita dari sumber yang terpercaya dan akurat.

Liputan6.com, Jakarta - Facebook baru saja menghapus fitur Trending Topic pada platform-nya. Pada pekan depan, fitur topik terpopuler itu tidak akan lagi bertengger di media sosial ini.

Berbeda dengan Twitter, Trending Topic di Facebook adalah fitur yang mengumpulkan berita terpopuler dan bertujuan agar pengguna bisa melihat berita dari sumber yang terpercaya dan akurat.

Menurut informasi yang dilansir CNBC pada Minggu (3/6/2018), upaya tersebut merupakan alasan Facebook untuk menumpas penyebaran berita hoaks di platform-nya. Memang, selama ini Facebook dijadikan alat oleh sebagian kalangan untuk menyebar berita bohong. 

“Kami paham semakin ke sini banyak orang menemukan produk yang ternyata tak lagi bermanfaat. Lagipula, cara orang mengonsumsi berita di Facebook juga telah berubah,” kata Alex Hardiman, kepala divisi berita di Facebook. 

Alex mengungkap, kebiasaan pengguna mengonsumsi berita di Facebook kini juga telah bertransformasi ke smartphone dan mereka lebih suka melihat informasi dalam bentuk video.

Malah, ada juga pengguna yang bingung karena membaca tautan beritan dengan isi konten yang kontroversial dan tidak benar sumbernya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kontribusi Trending Topic

Facebook mengklaim, fitur yang dirilis pada 2014 lalu menyumbang kurang dari 1,5 persen klik rata-rat ke penerbit berita. Dan untuk sekarang, Facebook tengah menguji opsi terbaik untuk bisa menampilkan berita dan memastikan sumber berita itu bisa dipercaya.

Facebook sendiri selama beberapa tahun terakhir sudah mengubah layanannya beberapa kali agar bisa menghindari isu ideologi dan politik.

Sebelumnya, media sosial yang digawangi Mark Zuckerberg itu juga telah melapor soal tindakan konten ilegal. Dalam laporan, Facebook menyampaikan jumlah dan kriteria konten dan akun yang diblokir karena berisikan materi ilegal.

Ada beberapa konten yang hendak ditumpas, seperti kekerasan, konten seksual dan pornografi, propaganda teroris, ujaran kebencian, spam, dan akun palsu. Hingga kini, Facebook sudah menghapus 837 juta konten spam dan 583 juta akun palsu.

3 dari 3 halaman

Facebook Hanya Akan Munculkan Berita Terpercaya di News Feed

Facebook sendiri tengah berbenah untuk membersihkan layanannya dari disinformasi dan informasi bohong (hoax).

Salah satu caranya, perusahaan akan mulai menyortir sumber berita dan hanya menampilkan yang dianggap terpercaya oleh para penggunannya.

Facebook pada pekan lalu mengumumkan berubahan besar untuk News Feed, agar lebih fokus menampilkan berbagai konten yang mendorong koneksi bermakna antara para pengguna. Langkah Facebook ini membuat pengguna akan melihat lebih sedikit konten publik termasuk berita, video dan unggahan dari brand.

Langkah terbaru Facebook untuk menyortir berita merupakan bagian kedua dari perubahan News Feed. Facebook ingin memastikan semua berita yang ada di layanannya dapat terpercaya.

"Saya membagikan soal pembaruan terbesar kedua kami tahun ini untuk memastikan berita-berita yang kalian lihat berkualitas tinggi. Saya telah meminta tim produk untuk memastikan, kami memprioritaskan berita-berita yang terpercaya, informatif dan bersifat lokal. Dan kami akan memulainya pada pekan depan," tulis CEO Facebook, Mark Zuckerberg, melalui akun Facebook-nya.

Dilansir Business Insider, Minggu (21/1/2018), penilaian berita tidak akan dilakukan oleh pihak Facebook atau pakar pihak ketiga. Raksasa jejaring sosial itu memilih komunitas Facebook yaitu para pengguna sendiri untuk memutuskan sumber-sumber berita yang mereka anggap terpercaya.

Facebook akan menggelar semacam survei untuk menentukan penilaian terhadap sumber atau media berita. Menurut Head of News Feed Facebook, Adam Mosseri, data yang dihasilkan akan digunakan untuk memberi peringkat pada media.

"Kami menyelidiki sampel yang beragam dan representatif dari orang-orang yang menggunakan Facebook di Amerika Serikat untuk mengukur keakraban dan kepercayaan mereka terhadap berbagai sumber berita. Data ini akan membantu untuk menghasilkan peringkat di News Feed," jelas Mosseri dalam pernyataan resmi Facebook.

(Jek/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.