Sukses

4 Perusahaan Ini Bisa Bawa Manusia Terbang ke Luar Angkasa

Bukan NASA atau ESA, perusahaan ini menawarkan penerbangan komersil bagi kamu yang ingin mencoba ke luar angkasa.

Liputan6.com, Jakarta - Luar angkasa menyimpan sejumlah misteri sains yang hingga saat ini masih belum bisa dipecahkan.

Kita juga tidak bisa tiba-tiba ke luar angkasa begitu saja. Bahkan, NASA tak akan bisa membawamu ke luar angkasa. Pasalnya, NASA hanya milik negara dan cuma memfasilitasi astronot AS.

Begitu juga dengan organisasi serupa seperti European Space Agency atau China National Space Administration.

Namun, ada beberapa perusahaan penerbangan luar angkasa milik swasta, yang memang punya misi tertentu yang berbeda dengan NASA atau ESA. Mereka menawarkan penerbangan komersil bagi kamu yang ingin mencoba ke luar angkasa.

Apa saja perusahaan-perusahaan tersebut? Berikut Tekno Liputan6.com rangkum daftarnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Space X

Space X adalah manufaktur pesawat luar angkasa yang dibangun dan dikepalai oleh milyuner Elon Musk.

Sang miliarder yang juga menjadi bos Tesla ini bertujuan ingin mereduksi ongkos transportasi luar angkasa. Ia juga berambisi untuk mengkoloni Mars.

Soal reduksi ongkos transportasi, sudah berhasil dilakukan dengan mendaratkan dan meluncurkan kembali roket bekas.

Namun satu hal juga yang jadi ambisi Space X adalah jadi 'maskapai' yang secara komersil menyediakan layanan perjalanan luar angkasa bagi Anda yang memiliki uang.

Menurut pernyataan Elon Musk seperti dilansir Space.com, proyek tersebut akan jalan pada tahun ini. Rutenya akan berupa perjalanan ke luar angkasa, mengitari bulan dan melihat permukaan bulan lebih dekat, berjalan lebih jauh ke kedalaman antariksa, lalu kembali ke Bumi. Perjalanan ini akan menempuh 500.000 hingga 650.000 kilometer.

Elon Musk menyebut kalau harga yang dibanderol akan sedikit leih mahal ketimbang biaya misi astronot NASA. Jika dikira-kira, biayanya akan berkisar US$ 433 juta hingga US$ 1,3 miliar per kursi.

3 dari 5 halaman

Blue Origin

Elon Musk tak sendiri menjadi miliarder dan penggila antariksa. Bezos ternyata juga tertarik dengan dunia antariksa meski tak seambisius Musk dengan Space X miliknya

Bezos memiliki perusahaan bernama Blue Origin, sebuah perusahaan roket dari Amazon yang ingin membuat pesawat luar angkasa komersial untuk para penumpang yang menginginkan pengalaman pergi ke luar angkasa.

Uniknya, pesawat ini dirancang untuk sampai di luar angkasa selama 11 menit saja.

Untuk mendukung hal ini, Bezos menjual saham Amazon sebanyak US$ 1 miliar per tahun untuk mendanai Blue Origin.

Pada 2016 lalu, Blue Origin telah berhasil menjalani uji coba pesawat kapsul dan roket milik mereka yang bernama New Shepard. Diharapkan, penghujung tahun ini New Shepard sudah bisa membawa penumpang ke luar angkasa.

4 dari 5 halaman

Virgin Galactic

Virgin Galactic adalah perusahaan penerbangan luar angkasa yang merupakan anak perusahaan dari Virgin Group.

Mereka mengembangkan pesawat luar angkasa komersial yang bertujuan untuk melayani penerbangan luar angkasa sub-orbital dan peluncuran sub-orbital bagi misi penelitian sains.

Berbeda dengan apa yang ingin dicapai oleh Space X dan Blue Origin, Virgin Galactic menawarkan penerbangan sub-orbital antariksa.

Pesawat yang dimiliki Virgin Galactic untuk membawa penumpang ke luar angkasa bernama SpaceShipTwo yang berisi enam penumpang.

Mekanismenya, pesawat tersebut akan dibawa oleh pesawat lain bernama WhiteKnightTwo ke ketinggian 15.000 meter, lalu menjatuhkannya. Di titik tersebut, mesin roket SpaceShipTwo akan menyala dan mendorongnya ke sub-orbital antariksa.

Rencananya, tahun ini Virgin Galactic sudah akan melayani penerbangan ini, dengan harga kursi 250.000 Dollar atau setara 3,3 milyar Rupiah.

5 dari 5 halaman

Rocket Lab

Rocket Lab adalah perusahaan penerbangan antariksa dari AS dan Selandia Baru. Perusahaan ini dibangun dengan misi mengembangkan layanan peluncuran roket komersial yang ringan dan hemat biaya.

Mereka memiliki proyek bernama Electron, yang dikembangkan dengan gagasan ingin membuat peluncur yang lebih kecil dari roket biasanya.

Perusahaan juga memiliki produk seperti CubeSats yang peluncurnya cukup kecil dan memiliki fleksibilitas yang tak dimiliki roket konvensional.

Nah, karena mengusung konsep demikian, biasanya klien dari Rocket Lab bukanlah turis, tetapi para ilmuwan yang ingin mengeksplorasi. Salah satunya adalah perusahaan Moon Express yang segera akan meluncur ke Bulan untuk misi eksplorasi bersama Rocket Lab.

Reporter: Indra Cahya

Sumber: Merdeka.com

(Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.