Sukses

Twitter Jual Akses Data ke Akademisi Cambridge University

Twitter dilaporkan menjual akses data kepada akademisi Cambridge University, Aleksndr Kogan.

Liputan6.com, Jakarta - Twitter dilaporkan menjual akses data kepada akademisi Cambridge University, Aleksndr Kogan. Sebelumnya, ia disebut sebagai dalang penyalahgunaan data Facebook, karena meneruskan informasi tentang puluhan juta pengguna kepada perusahaan konsultan politik asal Inggris, Cambridge Analytica.

Dilansir Bloomberg, Rabu (2/5/2018), Kogan melalui perusahaan miliknya, Global Science Research (GSR), mendapatkan akses ke data publik Twitter dalam skala besar yang mencakup beberapa bulan, selama satu hari pada 2015. Hal ini disampaikan langsung oleh pihak Twitter.

"Pada 2015, GSR memiliki satu kali akses API ke sampel acak twit publik dalam kurun waktu lima bulan dari Desember 2014 hingga April 2015. Berdasarkan sejumlah laporan baru, kami melakukan peninjauan secara internal dan tidak menemukan akses ke data pribadi tentang orang-orang yang menggunakan Twitter," jelas pihak Twitter dalam pernyataan resminya kepada Bloomberg.

Twitter telah menghapus Cambridge Analytica dan entitas terkait perusahaan tersebut sebagai pengiklan. Menurut keterangan situs microblogging itu, GSR membayar untuk mendapatkan akses tersebut. Namun, Twitter tidak memberikan rincian mengenai hal itu.

Sebelumnya, media asal Inggris, Telegraph, melaporkan Twitter menjual data ke Kogan. Kogan disebut mematuhi kebijakan Twitter, tapi tidak diketahui seberapa besar akses yang diberikan kepadanya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Twitter Jual Akses Data

Lebih lanjut, Twitter memang memberikan akses ke data publik melalui Applications Programming Interfaces (API) kepada perusahaan, pengembang, dan pengguna tertentu.

Twitter menjual akses data tersebut ke organisasi, yang kerap menggunakannya untuk menganalisis peristiwa, sentimen atau layanan konsumen.

Konsumen dari kalangan perusahaan diberikan akses data terbesar, yang mencakup 30 hari terakhir twit atau akses ke twit sejak 2006. Untuk mendapatkan akses ini, konsumen harus menjelaskan bagaimana mereka berencana untuk menggunakan data tersebut dan siapa pengguna akhirnya.

Dalam hal pemberian akses ini, Twitter tidak menjual data pesan pribadi para pengguna.

Perusahaan-perusahaan media sosial bekalangan ini sangat disorot setelah laporan Facebook gagal melindungi privasi pengguna beredar luas.

Namun, perusahaan seperti Twitter cenderung memiliki akses lebih sedikit ke dalam informasi pribadi daripada Facebook. Cambridge Analytica dilaporkan menggunakan data puluhan juta pengguna Facebook untuk kampanye Pilpres Donald Trump pada 2016.

(Din/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.