Sukses

Veiris, Ekosistem Verifisikasi Pelanggan Berbasis Blockchain

Veiris hadir menjadi perusahaan teknologi pertama di dunia yang memiliki teknologi visual komputer untuk membantu proses Know Your Customer (KYC).

Liputan6.com, Jakarta - Seiring dengan pergantian tren belanja yang berpindah dari toko fisik ke e-Commerce, teknologi verifikasi pun harus melakukan hal sama. Jika perusahaan tidak bisa beradaptasi dengan perubahan ini, maka bisa tertinggal oleh kompetitor.

Oleh karena itu, Veiris hadir menjadi perusahaan teknologi pertama di dunia yang memiliki teknologi visual komputer untuk membantu proses Know Your Customer (KYC) bagi perusahaan.

Selama ini, perusahaan yang bergerak di sektor perbankan, teknologi finansial, wisata, serta asuransi harus mengumpulkan foto kartu identitas yang menampilkan wajah pelanggan untuk memverifikasi identitas mereka.

Ada pula regulasi yang secara gamblang mengatakan bahwa perusahaan tidak bisa menerima verifikasi pelanggan hanya lewat tulisan. Proses ini kemudian menjadi hal yang bertele-tele dan memakan waktu lama, tidak hanya untuk perusahaan, tapi juga semua pihak yang terkait.

Bagi perusahaan, proses pelayanan pelanggan menjadi terhambat karena verifikasi yang memakan banyak waktu. Sementara bagi pelanggan, mereka pun harus menunggu lama sampai perusahaan berhasil membenarkan identifikasi mereka.

Proses ini memakan waktu beberapa jam, bahkan beberapa hari, tergantung pada jenis dan kapabilitas perusahaan. Dengan Veiris, kini perusahaan dan bank bisa menggunakan ekosistem visual komputer yang terdesentralisasi, untuk memverifikasi data pelanggan dengan lebih cepat, seperti dari gambar wajah, warna dokumen, hingga informasi tulisan dengan institusi mitra.

Cara ini sekaligus mengurangi risiko pemalsuan dokumen secara signifikan. Saat ini, Veiris sedang bekerjasama dengan para pelaku bisnis terkait, termasuk perusahaan payment gateway dan bitcoin exchange di Indonesia.

Di saat yang sama, Veiris juga sedang menjalankan uji coba dengan beberapa bank di Indonesia. Hasilnya, waktu tunggu bagi para pelanggan menurun secara drastis.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Rekam Jejak Veiris

Tim manajemen yang membangun Veiris memiliki rekam jejak yang sudah berpengalaman. Di jajaran manajemen terdapat Anwar Yunus sebagai CEO, Gabriel Rey sebagai Chief Technology Officer, dan Kevin Chen sebagai Chief Operating Officer.

Sebelumnya, Anwar mendirikan salah satu situs kupon promo terbesar di Indonesia, yaitu Dealjava. Rey adalah pendiri dan CTO Triv, sebuah bitcoin exchange. Sementara Kevin adalah pengusaha Singapura yang mendirikan Keytech Group, sebuah perusahaan yang melayani sektor infrastruktur dan keamanan IT.

“Veiris ingin menjadi landasan utama dalam jaringan KYC, terutama untuk perusahaan di sektor fintech, pariwisata, bank, asuransi, dan perusahaan lainnya,” kata Anwar dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (31/3/2018).

"Veiris membantu para pelaku bisnis untuk memverifikasi kebenaran identitas lewat algoritma gambar, wajah, warna, serta tulisan. Dengan begitu, kami percaya bahwa Veiris bisa membantu mereka mendapatkan penghasilan lebih tinggi dengan memastikan orisinalitas dan kepemilikan dokumen gambar yang akurat,” sambungnya.

 

3 dari 3 halaman

Penjualan Token

Anwar menambahkan bahwa Veiris akan menjadi perusahaan pertama di dunia yang membawa kecanggihan visual komputer berbasis blockchain kepada jaringan perusahaan KYC.

“Ekosistem kami akan segera mendeteksi apabila ada oknum yang mencoba mengubah informasi atau wajah dalam kartu identitas dan paspor,” jelas Anwar.

Bagi para pelanggan, hal ini akan membuat mereka merasa lebih nyaman karena data mereka selalu terlindungi. Mereka juga bisa tahu ketika seseorang mencoba menggunakan atau mengubah data mereka. Singkatnya, Veiris membuat verifikasi jarak jauh semudah dan seakurat proses verifikasi secara face-to-face.

Melalui penjualan token yang akan dimulai pada kuarter kedua tahun 2018, Veiris bertujuan untuk mengumpulkan dana agar dapat membangun ekosistem untuk bank, pariwisata, fintech, asuransi dan perusahaan lain dengan lebih baik.

Penjualan token akan dibatasi hingga US$ 18 juta (sekitar Rp 247 miliar) dan diadakan di beberapa bursa yang akan diumumkan dalam beberapa minggu mendatang.

(Isk/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.