Sukses

Cegah Video Porno Anak, Kemkominfo: Kami Maksimalkan Mesin Sensor

Kemkominfo menegaskan akan memaksimalkan penggunaan mesin sensor untuk menangkal peredaran video tak senonoh tersebut.

Liputan6.com, Jakarta - Video porno dua bocah lelaki dengan satu perempuan dewasa, mengejutkan khalayak warganet pada pekan ini. Mirisnya, banyak yang membagikan video tersebut di media sosial (medsos). Kemkominfo pun berupaya untuk mencegah peredaran video yang semakin luas.

Disampaikan Plt Kepala Biro Humas Kemkominfo Noor Iza, upaya untuk mencegah peredaran video porno dilakukan dengan menganalisis situs-situs yang membagikan video tersebut, khususnya medsos seperti Twitter dan Facebook.

"Kami tengah mengintensifkan analisis atas situs-situs file sharing secara seksama untuk menangkal konten pornografi," ujar Noor Iza kepada Tekno Liputan6.com via telepon, Jumat (5/1/2018).

Selain itu, pihaknya juga akan memanfaatkan mesin sensor crawling pengais konten negatif (AIS) yang baru saja diresmikan pada awal Januari 2018. Dengan demikian, peran mesin tersebut dipastikan bakal lebih cepat menangkal peredaran video porno anak.

"Ya sebisa mungkin kami akan lakukan (dengan mesin sensor). Child pornography tidak bisa dibiarkan. Jadi marilah bersama-sama agar yang berkenaan dengan child pornography untuk dibendung," tegasnya menambahkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Adegan Tak Senonoh

Video bocah mesum diketahui sudah viral di medsos selama beberapa hari terakhir. Video memperlihatkan aksi tak senonoh dua bocah dengan satu orang perempuan dewasa di sebuah kamar yang diduga hotel.

Di bagian pertama, adegan memperlihatkan seorang bocah dan perempuan dewasa, sedangkan video berikutnya memperlihatkan ketiganya sedang melakukan aksi asusila tersebut.

Dari hasil investigasi, ternyata lokasi perekaman video ini berlangsung di sebuah hotel di kota Bandung.

3 dari 3 halaman

Nilai Mesin Sensor Lebih dari Rp 194 Miliar

Untuk informasi, pengadaan mesin sensor AIS dilelang dengan nilai tender hingga lebih dari Rp 194 miliar dan dimenangi oleh PT Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI).

Sistem ini bekerja dengan cara menjelajahi (crawling) konten dengan membaca dan mengambil atau menarik konten negatif yang sesuai dengan kriteria pencarian. Hasil crawling setelahnya akan disimpan dalam penyimpanan yang dilakukan analisis lebih mendalam dengan metode tertentu.

Hasil output dari deteksi konten nanti bisa berupa domain, sub-domain, dan URL. Output kemudian akan melakukan verifikasi dan validasi sampai akhirnya mencapai pengambilan keputusan.

Mesin ini ditempatkan di lantai 8 Gedung Kemkominfo Jakarta. Di tempat itu juga ada ruang kontrol berupa kaca besar mirip laboratorium.

Sementara, jumlah orang yang mengendalikan mesin AIS diperkirakan mencapai 58 orang dari Kemkominfo.

(Jek/Cas)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.