Sukses

Pentagon Diam-Diam Gelontorkan Rp 270 Miliar demi Selidiki UFO

Program penyelidikan UFO yang diprakarsai Senator Partai Demokrat tersebut ternyata sudah selesai sejak 2012 lalu.

Liputan6.com, Washington DC - Markas Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS), Pentagon, diketahui secara diam-diam telah menjalankan program terbarunya untuk 'memburu' objek ekstraterestrial misterius seperti UFO (Unidentified Flying Objects).

Kabarnya, mereka mengeluarkan dana besar senilai US$ 20 juta atau setara dengan Rp 270 miliar untuk menginvestigasi hal tersebut.

Sayang, detail dari program tersebut tidak bisa dikulik lebih lanjut mengingat Pentagon menutup rapat soal informasi ini.

Menurut yang dilansir BBC pada Senin (19/12/2017), cuma segelintir pejabat AS yang tahu akan program tersebut. Dan ternyata, program telah berjalan sejak 2007 hingga 2012!

Pentagon juga dikabarkan menyimpan sejumlah dokumen yang berisi soal informasi keberadaan pesawat misterius dengan kecepatan super dan juga beberapa penampakan objek misterius di angkasa.

Program rahasia Pentagon ini awalnya digagas oleh senator Partai Demokrat AS, Harry Reid yang sempat menjabat ketua Senat. Pada akhirnya, ia membenarkan program tersebut memang benar-benar ia cetus.

"Saya tidak menyesal bahwa saya yang mencetuskan program ini. Setidaknya saya telah melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan orang lain," ujar Reid.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ilmuwan Tak Setuju

Walau program tersebut sudah berakhir, beberapa pejabat mengaku mereka masih tetap tertarik untuk menyelidiki penampakan objek misterius di angkasa.

Namun hal tersebut dipandang skeptis oleh beberapa ilmuwan. Mereka berdalih, kejadian-kejadian aneh yang mungkin saja tertangkap mata belum bisa menjadi bukti utuh kehidupan makhluk ekstraterestrial.

Salah seorang staf Kongres AS juga berujar program penyelidikan UFO ini diciptakan untuk mengawasi perkembangan teknologi negara saingan AS.

"Mungkin saja ini disebabkan oleh Tiongkok dan Rusia yang mencoba melakukan sesuatu, dengan mengembangkan teknologi canggih yang malah mengancam AS," ujar staf yang enggan disebutkan namanya ini.

(Jek/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.