Sukses

7 Ilmu Steve Jobs yang Patut Jadi Panutan Perusahaan Teknologi

Guy Kawasaki mengungkap, beberapa poin penting yang patut dijadikan panutan bagi perusahaan teknologi dalam mendesain dan memasarkan produk.

Liputan6.com, Nusa Dua - Nama Guy Kawasaki di ranah teknologi bisa dibilang cukup berpengaruh. Bagaimana tidak, Guy telah menjadi seorang evangelist industri teknologi selama hampir 30 tahun.

Ia sempat menjabat sebagai Chief Evangelist di Apple pada periode 1983-1987, dan kini ia kembali menekuni bidang yang sama sebagai Chief Evangelist di Canva, layanan asal Australia yang membantu pengguna membuat hasil karya desain dengan lebih mudah.

Sekadar informasi, peran evangelist adalah untuk membangun citra sekaligus menyebarkan informasi seputar produk teknologi sehingga dapat menjadi satu standar baru.

Dalam menempuh kariernya sebagai evangelist, Guy mengaku belajar banyak dari pendiri Apple, mendiang Steve Jobs. Ia mengungkap, beberapa poin penting yang patut dijadikan panutan bagi perusahaan teknologi dalam mendesain dan memasarkan produk terbaru.

"Saya belajar banyak dari Jobs setelah meninggalkan Apple, salah satunya adalah cara kita berinovasi dengan produk dan tidak bertumpu pada satu ilmu. Ada beberapa poin yang ingin saya sampaikan di sini," ujar Guy dalam sesi "The Art of Innovation" AdAsia 2017 yang dihelat di Bali Nusa Dua Convention Center, Rabu (8/11/2017).

Apa saja ilmu yang disampaikan Steve Job? Berikut Tekno Liputan6.com lampirkan.

1. Jangan tanya pasar

Menurut Guy, dalam mendesain dan memasarkan produk, jangan tanya apa yang pasar mau. "Steve bilang, pasti pelanggan ingin perangkat yang performanya bagus dan murah, itu pasti semua maunya begitu. Dan pelajaran yang saya ambil jika ingin berinovasi ya jangan tanya mau mereka, pasti maunya begitu semua sama saja," ujar Guy.

2. Berani loncat

"Prinsip Steve sebagai inovator dan entrepreneur adalah berani meloncat ke inovasi yang lebih baik. Steve bilang ke saya, jangan melakukan hal yang 10 persen lebih baik dari inovasi yang sudah ada, tetapi lakukan hal 10 kali lebih baik," kata Guy.

"Ini diimplementasikan di Apple. Untuk menyeimbangkan kebutuhan pasar, kami selalu 'loncat' ke inovasi terbaru. Ambil contoh seperti iPod yang waktu itu hadir untuk menggantikan Walkman, atau kehadiran iPhone yang menggantikan BlackBerry. Inovasi besar semacam itu terjadi karena entrepreneur berani meloncat ke inovasi yang di luar konsep mereka," lanjutnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

3. Buatlah Produk dengan Konsep MVVVP

Dalam menggarap produk, Steve juga menekankan prinsip MVVVP (Minimum Viable Valuable Validating Product). Jadi, kata Guy, sebuah produk seyogianya harus memiliki kelima elemen tersebut.

AdAsia 2017, konferensi periklanan terbesar di Asia resmi digelar di Nusa Dua, Bali. Tahun ini, AdAsia 2017. (Zulfi/Liputan6.com)

"Ada beberapa perusahaan yang bisa menjual beberapa barang viable, tapi apakah valuable? Jadi, kalau memang ingin inovatif ya jangan buat produk viable saja, tapi valuable dan validating seperti MVVVP," tandas Guy.

4. Desain Itu Penting

Salah satu ilmu Steve Jobs lain yang patut dijadikan panutan adalah pentingnya desain sebagai elemen utama produk. Menariknya, Apple justru tidak mempekerjakan perancang produk dengan latar belakang studi yang sama.

"Di Apple, kebanyakan itu engineer kita seniman. Contohnya waktu itu ada engineer kami sebelum bergabung ia bekerja sebagai musisi, tapi bisa desain perangkat Macintosh," ungkap Guy.

 

3 dari 3 halaman

5. Polarisasi Pasar

Mengamati pasar--terlebih melakukan skema polarisasi juga salah satu hal yang perlu dilakukan oleh perusahaan teknologi dalam memasarkan produknya.

"Salah satu prinsip Steve, kalau mau jadi inovator ya kita harus polarisasi pasar, melihat penggunanya. Pasti ada sebagian besar (pengguna) yang menyukai produk kita, tetapi kita juga harus menerima fakta sebagian lainnya bisa saja membenci produk kita. Ini jelas tidak apa-apa. Justru yang terburuk itu adalah semua orang tidak menyukai produk," tandas Guy.

Guy Kawasai di acara AdAsia 2017 yang diadakan di Bali Nusa Dua Convention Center. Liputan6.com/ Jeko Iqbal Reza

6. Percaya Diri

"Salah satu kunci utama (perusahaan teknologi) adalah percaya diri. Jika ada pihak yang tidak setuju dengan konsep produk kita, jangan ambil pusing. Kalau memang sesuai dengan misi dan visi perusahaan dan pasar, lanjutkan terus dan ambil risikonya. Ide besar tentu akan menciptakan tantangan besar dan menghasilkan perubahan besar," terang pria lulusan Stanford University ini.

7. Boyong Perubahan

Ilmu Steve Jobs terakhir yang patut dilakukan perusahaan teknologi adalah memboyong perubahan dalam berinovasi. Guy mengatakan, Apple besar karena Steve Jobs yang selalu berani dengan konsep dan ide gilanya. "Apple sukses karena Steve Jobs selalu mengubah pikirannya demi inovasi. Maka itu, boyonglah perubahan, kita tidak melulu bertumpu pada satu ide yang itu-itu saja," pungkas Guy.

AdAsia 2017 sendiri berlangsung mulai hari ini, Rabu (8/11/2017) dan akan berakhir pada Jumat (10/11/2017). Kongres periklanan terbesar se-Asia ini diadakan di Bali Nusa Dua Convention Center, menghadirkan lebih dari 30 pembicara, 1.000 delegasi, dan enam acara networking khusus.

Informasi mengenai AdAsia 2017, yang salah satu sponsornya adalah PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTEK), juga bisa diperoleh dengan cara mem-follow BBM Channel AdAsia 2017 di aplikasi BBM.

(Jek/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.