Sukses

Penjualan Kacamata Pintar Kian Lesu, Snapchat Merugi

Penurunan penjualan Spectacles ditengarai akibat minat pasar yang tak lagi sebesar saat ia diluncurkan.

Liputan6.com, Los Angeles - Penjualan Spectacles, kacamata pintar besutan Snap Inc. (induk usaha Snapchat), ternyata terus menurun. Meski sempat menjadi tren di Negeri Paman Sam pada 2016 lalu, kini Spectacles nyatanya tak lagi mampu mencuri sorotan.

Menurut laporan Ubergizmo dari The Information pada Selasa (24/10/2017), Snapchat sendiri diketahui tengah 'kelimpungan' dengan penurunan penjualan Spectacles.

Ada lebih dari ratusan ribu Spectacles yang tidak laku terjual dalam beberapa bulan terakhir. Pasalnya, ketertarikan pasar dengan kacamata pintar tersebut tak lagi sebesar tahun lalu.

Bagaimanapun, Snapchat menampik informasi tersebut tidak benar. Perusahaan teknologi yang berbasis di San Francisco, Amerika Serikat tersebut berdalih, mereka akan tetap menjual Spectacles hingga akhir 2017.

CEO Snap Evan Spiegel, mengatakan, pada awal 2017 Spectacles telah terjual lebih dari 150.000 unit. Namun, tidak diketahui berapa jumlah unit yang dikapalkan Snapchat ke seluruh dunia.

Snapchat sendiri memang tengah berupaya menggeber divisi perangkat kerasnya. Selain Spectacles, mereka juga tengah menggarap drone. Tak tanggung-tanggung, Snap mengakuisisi startup pembesut drone bernama Ctrl Me.

Sebagai kesepakatan, Snap akan merekrut founder Ctrl Me Robotics, Simon Saito Nielsen, serta mengakuisisi aset dan perangkat perusahaan dalam waktu dekat. 

Tak dijelaskan secara rinci terkait alasan Snapchat mengakuisisi Ctrl Me Robotics. Namun, jika menilik rekam jejak perusahaan tersebut, Ctrl Me Robotics hampir tidak beroperasi. Situsnya sudah tidak bisa diakses, begitu pun dengan laman media sosialnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Terus Merugi

Tak cuma penjualan kacamata pintar yang kian lesu, Snapchat juga dilaporkan mengalami kerugian dua kali lipat dibanding 2016.

Bahkan, investor tak puas dengan pertumbuhan Snapchat yang sangat lambat ini. Laporan yang sama menyebut perusahaan menderita kerugian hingga US$ 2,2 miliar (setara Rp 29,3 triliun).

Kerugian ditengarai karena besarnya bonus saham yang dibayarkan ke sejumlah petinggi setelah Snapchat sukses IPO. Salah satunya adalah bonus fantastis senilai US$ 750 juta atau sekitar Rp 10 triliun yang dibayarkan kepada CEO sekaligus pendiri Snapchat Evan Spiegel.

Saat dihitung-hitung, nilai kerugian Snapchat dilaporkan meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun lalu.

Jika ditilik kembali, Snapchat sempat "bakar uang" hingga US$ 104 juta (setara Rp 1,3 triliun) pada kuartal pertama 2016.

Kemudian, kerugian yang diderita mencapai US$ 208 juta (setara Rp 2,7 triliun) dalam 3 bulan pertama 2017, belum lagi kerugian karena hal lain yang tak disebutkan. Padahal, pendapatan Snap hanya 90 sen alias Rp 12 ribu per pengguna.

Meski terhitung mengalami kerugian dua kali lipat dibanding tahun lalu, secara finansial perusahaan memang terus mengalami peningkatan pendapatan.

Laporan yang sama menyebutkan, pendapatan Snapchat meningkat hingga US$ 150 juta (Rp 2 triliun) pada kuartal pertama, termasuk dari penjualan kacamata Spectacles US$ 8 juta (Rp 106 miliar).

Sayangnya, hal tersebut tak memuaskan investor, karena dianggap belum mencapai laba yang ditargetkan US$ 158 juta (Rp 2,1 triliun).

Sebenarnya, Snapchat memang mengingatkan ke investor bahwa perusahaan belum bisa memastikan kapan bisa mendapatkan keuntungan. Hal itu disampaikan sebelum perusahaan melakukan IPO.

Setelah kondisi ini, Snapchat pun harus meyakinkan investor untuk meningkatkan pertumbuhan pengguna dan mencari cara agar perusahaan untung. Kalau tidak, diperkirakan harga sahamnya akan senasib dengan Twitter.

(Jek/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.