Sukses

Duh, Fotografer Perang Ini Kedapatan Curi Foto Orang Lain

Seorang fotografer perang asal Brasil yang karyanya banyak dipublikasikan media besar ternyata mencuri dan mengedit hasil karya orang lain.

Liputan6.com, Jakarta - Seorang fotografer yang biasa mengabadikan momen perang di daerah konflik, Eduardo Martins, kedapatan mengelabui semua orang di dunia. Kini, dia bersembunyi setelah aksi bohongnya itu ketahuan.

Pria 32 tahun asal Brasil ini mengaku pernah bekerja untuk PBB. Pekerjaan itulah yang mengantarkannya bepergian ke daerah-daerah konflik dan memberikannya kesempatan untuk memotret berbagai hal menarik.

Tidak sedikit dari foto miliknya dikirim ke agen foto ternama dan berhasil dipublikasikan di berbagai media seperti The Wall Street Journal, Le Monde, dan Telegraph.

Tak lupa, Martins juga mengunggah foto-fotonya ke akun Instagram yang kini punya 120 ribu pengikut. Ia pun banyak diwawancarai oleh media ternama seperti Recount Magazine serta Vice edisi Brasil.

Siapa sangka, karier Martins sebagai fotografer spesialis perang hancur setelah jurnalis BBC bernama Natasha Ribeiro membongkar kebohongannya. Mengutip Peta Pixel, Rabu (6/9/2017), Ribeiro penasaran karena tak satu pun orang yang mengaku pernah bertemu dengannya.

"Tak satu pun jurnalis Brasil di Iraq--tempat Martins biasa menjepret momen perang--yang pernah bertemu dengannya. Selain itu, tak satu pun pihak berwenang yang pernah berhubungan dengannya. Dia juga bukan bagian dari satu pun LSM yang ada di Iraq," tutur Ribeiro.

Martins memang pernah memberikan foto pertempuran di Peshmerga kepada Vice. Anehnya, dua koresponden Brasil di sana mengaku tak pernah bertemu dengan sang fotografer. Hal ini dianggap tidak mungkin, sebab di daerah konflik, biasanya jurnalis saling berhubungan satu sama lain.

Dalam wawancaranya dengan BBC Brasil lewat aplikasi WhatsApp, Martin mengaku bekerja untuk PBB. "Saya relawan lapangan PBB dan saya bekerja di kamp pengungsian," tutur Martin. Namun, sebuah investigasi mengungkap, tidak ada bukti menyebutkan Martin pernah bekerja untuk UN Refugee Agency.

Hasil jepretan fotografer Daniel C. Britt diakui dan dijual seharga US$ 575 atau Rp 7,6 juta oleh fotografer gadungan Eduardo Martins (Sumber: Peta Pixel)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

Hal aneh lainnya diungkap oleh DOC Galeria di Sao Paolo yang berencana memamerkan karya Martin dalam sebuah pameran mengenai fotografer di daerah konflik. Anggota galeri, Fernando Costa Netto pun mencoba menghubung Martins yang mengaku sedang di berada di Iraq.

"Saya sedang menyelenggarakan pameran foto karya fotografer Brasil yang ada di daerah konflik dan mencoba menghubungi Martins, namun ia seolah hilang. Saya pikir dia diculik anggota ISIS, jadi saya coba menghubungi kolega Brasil lainnya di sana. Saat kami mencoba mencarinya, dia muncul dan bilang di sana sulit mendapat sinyal," katanya.

Rupanya, kecurigaan Netto atas hilangnya Martins membuat fotografer itu sadar banyak orang yang mempertanyakan keberadaan dan keaslian karyanya. Ia pun buru-buru menghapus akun Instagram dan nomor WhatsApp-nya pun sudah tak aktif.

"Saya ada di Australia dan telah memutuskan menghabiskan waktu setahun di sini untuk mengelilingi dunia. Saya memutuskan tak lagi menggunakan internet dan IG. Terima kasih," kata Martins.

BBC Brasil pun mempublikasikan hasil investigasinya. Hasilnya, para editor berita dan foto yang ada di seluruh dunia mengklaim karya-karya yang selama ini "dicuri" dan "diakui" Martins si fotografer penipu.

"Karena berbagai kecurigaan dan risiko pelanggaran hak cipta, kami memohon maaf kepada pembaca kami atas kesalahan ini. Kasus ini akan membuat kami lebih cermat dalam memverifikasi karya," ujarnya.

Terungkap, karya yang selama ini diakui Martins merupakan hasil karya orang lain. Misalnya saja milik fotografer Amerika, Daniel C Britt. Martins tak hanya mencuri foto-foto dan mempublikasikannya sebagai miliknya, tetapi ia juga mengubah foto agar sulit dikenali melalui metode pencarian gambar. Selain itu, banyak foto yang dipangkas dan di-mirror dari foto aslinya.

Hasil foto orang lain yang diakui oleh fotografer gadungan Eduardo Martins (Sumber: Peta Pixel)

(Tin/Ysl)

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.