Sukses

Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

Verifikasi UmurStop di Sini

Teknologi Hologram Berbaur Pornografi, Apa Jadinya?

Selain VR (Virtual Reality), industri pornografi pun memanfaatkan teknologi hologram sebagai media penyampaiannya.

Liputan6.com, Las Vegas - Industri pornografi kian memanfaatkan teknologi sebagai media penyampaiannya. Salah satu perusahaan penyedia konten hiburan dewasa, CamSoda tak mau ketinggalan. Mereka dilaporkan tengah menjajal teknologi hologram sebagai salah satu fitur teranyarnya.

CamSoda akan memperkenalkan fitur terbarunya di sebuah perangkat yang bernama “Holo-Cam”. Rencananya, Holo-Cam akan debut lewat gelaran AVN Adult Entertainment Expo di Las Vegas, Amerika Serikat (AS) pada Januari 2017 mendatang.

Daron Lundeen, direktur CamSoda, mengatakan bahwa Holo-Cam digunakan untuk menawarkan sensasi menonton video dewasa yang belum pernah ada sebelumnya.

“Pengalaman yang kami tawarkan sangat nyata. Pengguna bisa berinteraksi dengan para model di dalam perangkat ini,” kata Lundeen sebagaimana dilansir Mashable, Senin (19/12/2016).

Holo-Cam sendiri akan diperkenalkan di sebuah studio khusus. Untuk memancarkan tampilan hologram, pengguna harus membeli perangkat dengan bentuk piramida transparan dan meletakkan smartphone atau tablet-nya di bawah piramida tersebut.

Setelah itu, pengguna bisa membuka aplikasi Holo-Cam untuk memilih model yang ingin diperlihatkan.

Adopsi konten pornografi lewat serangkaian inovasi teknologi seperti hologram tentu bukan yang pertama. Sebelumnya, konten porno sudah lebih dulu bisa diakses dengan teknologi VR (Virtual Reality).

Adalah situs dewasa Naughty America, yang memperkenalkan film porno berbasis VR pertamanya. Naughty America diklaim sebagai pionir era film erotis dengan memanfaatkan teknologi terkini.

Tak hanya Naughty America, sebuah perusahaan internet Utherverse Digital juga dilaporkan tengah mengembangkan format dunia pornografi virtual yang disebut Red Light Center. Konten ini disebut kompatibel dengan Oculus Rift.

Perusahaan tersebut bahkan telah menginvestasikan dana sebesar US$ 40 juta untuk membangun Red Light Center 2.0. Teknologi ini sendiri nantinya akan menjadi multiplayer online game pertama yang tersedia untuk headset VR.

(Jek/Ysl)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini