Sukses

Pria Ini Cangkok Telinga di Lengan Agar Bisa Tetap Online

Dahulu, mengotak-atik bagian tubuh manusia hanya ada di film fiksi ilmiah. Namun kini hal itu bisa dijumpai di dunia nyata.

Liputan6.com, Jakarta - Ada-ada saja ide seorang profesor bernama Stelarc di Universitas Curtin, Perth, Australia ini. Entah terinspirasi dari film fiksi ilmiah atau bukan, ia `mencangkok` telinga manusia di lengannnya.

"Reaksi orang-orang beragam. Ada yang bingung dan pensaran ingin mengetahuinya. Tapi Anda tidak benar-benar mengharapkan orang untuk memahami komponen seni ini," kata Stelarc, seperti diberitakan ABC News, Kamis (11/08/2015).

Ia pertama kali menemukan ide `gilanya` ini pada 1996, tetapi perlu satu dekade lagi untuk menemukan tim medis, yang bersedia mewujudkannya. Tim medis tersebut direkrut dari seluruh dunia untuk memasukkan "rangka" di bawah kulitnya.

Dalam waktu enam bulan, jaringan dan pembuluh darah telah berkembang di sekitar struktur rangka tersebut.

"Telinga ini sekarang sudah menjadi bagian dari lengan saya. Telinga ini 'terpasang' di lengan saya dan ia punya suplai darah sendiri," katanya menambahkan.

Langkah selanjutnya adalah membuat telinga tersebut menjadi lebih terlihat tiga dimensi, dengan cara agak mengangkatnya dari lengan dan mengembangkan cuping telinga dari sel induknya. Dari sana, mikrofon berukuran sangat kecil dapat terhubung ke internet secara nirkabel akan dimasukkan.

"Telinga ini bukan untuk saya. Saya punya dua telinga yang baik untuk mendengarkan. Telinga ini merupakan perangkat mendengarkan jarak jauh untuk orang di tempat-tempat lain," kata Stellar.



Menurutnya, telinga ini bisa mendengarkan percakapan, mendengarkan suara konser, di mana saya berada, di mana pun Anda berada. Orang-orang bisa melacak di mana telinga ini dengan bantuan Global Positioning System (GPS).  

Stelarc, yang merupakan kepala Laboratorium Anatomi Alternatif di Universitas Curtin, mengatakan bahwa proyek ini adalah tanda mengenai sesuatu yang akan datang.

"Saat ini, orang sedang menjadi portal internet dari pengalaman. Bayangkan jika saya bisa mendengar sesuatu dengan telinga seseorang di New York. Bayangkan jika saya pada saat yang sama bisa melihat sesuatu dengan mata seseorang di London," paparnya.

Kemudian, jika Anda bertanya-tanya tentang privasinya, Stelarc berharap mikrofon tersebut akan menyala selama 24 jam dalam satu minggu.

"Jika saya tidak ada di area dengan koneksi hotspot Wi-Fi, atau jika saya mematikan modem di rumah saya, maka mungkin saya akan offline. Tetapi gagasan sebenarnya adalah mencoba untuk menjaga telinga saya tetap online sepanjang waktu," pungkas Stelarc.

Mikrofon tersebut telah melalui pengujian dan hasilnya pun positif. Namun sayangnya, mikrofon itu harus dikeluarkan dulu dari lengannya karena infeksi.

(why/isk)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.