Sukses

Perajin Batik Pamekasan Siapkan Motif Corona untuk Pameran di G-20 Bali

Pemkab Pamekasan menunjuk perajin batik tulis di Dusun Podhek, Desa Rangperang Daja, Kecamatan Palengaan, sebagai pemasok batik tulis yang akan dipamerkan di KTT G20.

Liputan6.com, Pamekasan - Menyambut Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 yang akan digelar di Bali pada November 2022, Perajin batik tulis di Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, menyiapkan motif Corona sebagai salah satu motif batik yang hendak dipamerkan.

Salah satu perajin batik di Dusun Podhek, Desa Rangperang Daya, Kecamatan Palengaan Hadi di Pamekasan mengatakan, selain membawa batik motiv Corona, pihaknya juga menyiapkan batik dengan motif lain.

"Selain batik dengan motif Corona, jenis motif batik lain yang juga akan dibawa ke Bali di KTT G-20 itu, batik motif kembang tujuh rupa," kata dia di Pamekasan, Madura, dilansir dari Antara, Kamis (2/62022).

Motif batik Corona yang akan dipamerkan dan menjadi seragam delegasi KTT G-20 di Bali itu karena dirinya ingin menampilkan nuansa berbeda.

"Nuansa berbeda yang kami maksud, dari sebelumnya Corona itu menakutkan, menjadi sesuatu yang biasa, bahkan menyejukkan," katanya.

Dusun Podhek, Desa Rangperang Daya, Kecamatan Palengaan, ini merupakan satu dari 38 sentra batik tulis yang ada di Kabupaten Pamekasan.

Di dusun ini ada 200 perajin batik tulis dengan jumlah pengusaha 26 orang. Selain perajin, Hadi juga merupakan pengusaha yang memiliki enam pekerja.

Pemkab Pamekasan menunjuk perajin batik tulis di Dusun Podhek, Desa Rangperang Daja, Kecamatan Palengaan, sebagai pemasok batik tulis yang akan dipamerkan di KTT G-20.

Menurut Kepala Bidang Perdagangan pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Pemkab Pamekasan Budi Bachtiar, penunjukan perajin batik asal Dusun Podhek itu, karena mereka biasa memproduksi batik tulis premium.

"Di Pamekasan ini, perajin batik tersebar di 11 kecamatan dari 13 kecamatan yang ada di kabupaten ini. Tapi perajin batik yang biasa memproduksi batik premium kebanyakan dari Dusun Podhek," katanya.

Selain itu, batik asal Dusun Podhek, Desa Rangperang Daya, itu juga telah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia, karena biasa mengikuti pameran di tingkat nasional.

Pada Tahun 2016, perajin batik asal dusun ini dipercaya membuat batik Sri Sultan Hamengkubuwono X, bahkan seorang perajin batik senior bernama Taslimah (90) pernah meraih penghargaan pada 2018 dari Yayasan Batik Indonesia.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan. 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Harga Capai Rp12 Juta

Menurut Hadi, harga batik premium berbeda dengan harga batik tulis biasa, karena membutuhkan proses yang lama, antara dua hingga empat bulan, bahkan ada yang mencapai enam bulan.

"Minimal dua bulan, dan kalau bolak-balik, luar dan dalam dibatik, maka bisa lebih dari enam bulan," kata Hadi.

Karena itu, ia membagi harga batik tulis premium dalam tiga kelas, yakni antara Rp1-3 juta, lalu Rp3 hingga 6 juta dan antara Rp6 hingga Rp12 juta.

"Kalau batik tulis biasa, hanya ratusan ribu saja, tidak sampai jutaan," katanya.

Batik tulis hasil kerajinan warga Pamekasan ini akan menjadi seragam delegasi KTT G-20 atas permintaan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno setelah melihat langsung acara "Pamekasan Fashion Week (PFW)" yang digelar April 2022.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.