Sukses

Kasus Kematian Tinggi, IDI Sarankan Surabaya Punya RS Khusus Pasien Covid-19

Brahmana kemudian membandingkan kondisi Indonesia dengan rumah sakit yang ada di negara-negara maju. Di sana, RS mampu merawat karena didukung dengan fasilitas yang lengkap.

Liputan6.com, Surabaya - Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Surabaya Brahmana Askandar menyarankan Pemkot Surabaya mendirikan RS khusus pasien Covid-19, tidak seperti sekarang tercampur dengan pasien umum di tiap daerah.

Hal tersebut dikarenakan angka kematian kasus konfirmasi virus corona atau Covid-19 masih tinggi pada Juni hingga Juli di Kota Surabaya. Alhasil, rumah sakit kewalahan karena dalam jangka waktu tersebut RS selalu terisi penuh, dan menyebabkan banyak pasien dan warga tak tertolong.

"Di saat terjadinya lonjakan kasus, tidak ada satupun RS yang siap. Apalagi, jumlah kasus berbanding jauh dengan kapasitas dan tenaga kesehatan yang ada di Kota Pahlawan," ujar Brahmana, Kamis (19/8/2021).

Brahmana kemudian membandingkan kondisi Indonesia dengan rumah sakit yang ada di negara-negara maju. Di sana, RS mampu merawat karena didukung dengan fasilitas yang lengkap.

“Kemudian SDM kita terbatas, apalagi ada dokter dan nakes yang tepapar. Sehingga ICU yang digunakan untuk menangani kasus berat tidak berfungsi sesuai seperti sebelum ada lonjakan kasus,” ucap Brahmana.

Menurutnya, ketika nakes di ruang ICU terpapar tidak bisa nakes non ICU ditugaskan secara langsung. Pasalnya, ada standar khusus yang ditentukan dalam penanganan intensif.

Belum lagi, jumlah dokter spesialis anastesi kurang, juga kendala dokter yang terpapar membuat layanan tidak maksimal.

“Selain itu, belum semua RS memenuhi standar penanganan pasien berat. Apalagi kita Ibu Kota Jawa Timur sehingga banyak pasien dari luar yang dirujuk ke Surabaya, ketika meninggal tercatat Surabaya,” paparnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Meninggal Lantaran Komorbid

Tak hanya itu, lanjut Brahmana, karena lonjakan kasus yang tinggi dan terbatasnya tempat perawatan khusus Covid-19, membuat banyak warga yang tidak mendapat tempat dan tidak tertangani dengan tepat.

Untuk itu, ia menyarankan kepada pemerintah untuk mendirikan RS khusus pasien Covid-19, tidak seperti sekarang tercampur dengan pasien umum di tiap daerah. Sehingga, warga pun tidak kebingungan untuk mencari tempat perawatan.

Dokter spesialis kandungan itu melanjutkan, berdasar data, 90 persen lebih kasus meninggal adalah pasien Covid-19 dengan komorbid.

“Paling tinggi diabet dan hipertensi. Kalau (tiap sektor) buka pelan-pelan maka harus hati-hati untuk orang berisiko. Misal ibu hamil, misal PTM, guru dengan komorbid bisa menggunakan virtual dan seterusnya harus dijaga,” ujarnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.