Sukses

Kisah Yuli, Ibu Hamil yang Selamat dari Maut Longsor di Nganjuk

Selama bertahun-tahun mendiami tempat tinggal itu tak terpikirkan akan terjadi musibah seperti ini. Yuli dengan keluarga merasa nyaman saja tinggal.

Liputan6.com, Surabaya - Yuli (32), warga dusun Seloporo, Desa/Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk. masih ingat betul dirinya saat itu sedang istirahat bersama anak sulungnya di ruang belakang rumahnya.

Hujan turun semenjak Minggu (14/2/2021) siang, membuatnya enggan untuk keluar rumah. Hamil tua, membuatnya pun harus ekstra menjaga kandungannya.

Selama bertahun-tahun mendiami tempat tinggal itu tak terpikirkan akan terjadi musibah seperti ini. Ia dengan keluarga merasa nyaman saja tinggal. Banyaknya keluarga serta tanah kelahiran, membuat dirinya merasa lebih tenang.

Namun, hujan deras kali ini rupanya beda. Hujan deras membawa bencana tanah longsor, menyapu rumah yang ditinggalinya dengan keluarga. Bahkan, nyawanya pun hampir tak selamat.

Bagaimana tidak. Tanah bercampur air menutupi tubuhnya hingga dada. Perutnya yang hamil besar pun, sebisa mungkin dijaga dari reruntuhan material tanah longsor. Sementara, ia pun tidak tahu bagaimana nasib anaknya.

"Saat itu cepat sekali kejadiannya, tahu-tahu longsor," katanya sambil menahan sakit, seperti dikutip dari Antara, Selasa (16/2/2021).

Hartini (30), adik Yuli, menyambung kisah malam nahas itu mengatakan beruntung nyawa saudaranya bisa selamat. Anak pertamanya pun juga selamat. Saat kejadian naas tersebut, si anak berlindung di bawah meja, hingga luput dari tumpukan tanah longsor di Nganjuk itu.

Diceritakannya, seketika kemenakannya itu langsung mencari ibunya, ketika dirasa longsor sudah berhenti. Listrik padam membuat pencarian tambah susah. Beruntung, akhirnya ketemu. Saudaranya juga masih diberi kesempatan hidup sehingga cepat ditemukan.

Yuli memang masih merasakan nyeri di tubuhnya. Bagian paha terkena paku dan saat kejadian tubuhnya tertimpa material tanah. Ngilu rasanya.

Namun, yang membuat senang adalah kandunganya yang dinyatakan sehat kendati musibah itu hampir merenggut nyawanya. Anggota tubuh Yuli yang sempat terkena paku juga sudah diobati petugas medis. Kini, tinggal pemulihan.

"Dijahit karena tubuhnya kena paku. Alhamdulillah kandungan juga aman, ini sudah delapan bulan," ujar Hartini sambil memandang tubuh kakaknya di ruang perawatan Puskesmas Ngetos.

Rumah Hartini tak jauh dari Yuli dan tak dilanda tanah longsor di Nganjuk. Ia kini menjaga saudaranya yang sedang hamil tua itu.

Hartini pun tak menyangka musibah ini bakal terjadi. Bahkan, banyak tetangga saudaranya yang hingga kini belum ditemukan. Mereka masih dalam pencarian petugas.

Ia bersyukur saudaranya berhasil selamat. Juga kemenakannya. Suami Yuli saat kejadian sedang ke luar desa, sehingga ia pun selamat.

Kendati rumah saudaranya rusak berat, Hartini meminta saudaranya fokus memulihkan kesehatan. Ia pun tak ingin Yuli berpikiran yang negatif, karena bisa berpengaruh pada kesehatan janinnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Nasib si Kembar

Nasib beruntung juga dialami si kembar, Jofansa dan Jofinsa (6). Si kembar ini saat kejadian sedang bermain di rumah temannya. Ibundanya, Fatim sedang membersihkan rumah karena air meluber masuk. Ya, saat itu hujan deras turun sejak siang hingga malam.

Mbah Yatemi (52) mengatakan kedua cucunya ini tinggal dengan dua orang tuanya. Saat kejadian, hanya ada ibu si kembar, Fatim yang di dalam rumah, sedangkan suami Fatim sedang ke luar rumah.

Nahas terjadi tanah longsor, membuat rumah cucunya rata dengan tanah. Hingga kemudian, Fatim dinyatakan hilang.

Yetemi memang tinggal di rumah tak jauh dari rumah cucunya. Namun, rumahnya masih aman dari terjangan tanah longsor. Ia bersyukur kedua cucunya selamat.

Namun, kesedihan Mbah Yatemi tak dapat ditutupi, begitu juga kedua cucunya. Murung wajahnya. Mereka tahu jika ibundanya meninggal dunia. Jenazah sudah berhasil ditemukan pada Senin (15/2) dan dimakamkan di tempat pemakaman desa.

Si kembar juga lebih banyak diam dalam gendongan nenek dan bibinya. Sang ayah juga sedih. Ia langsung memeluk keduanya setelah tiba di tempat pengungsian.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.