Sukses

Jamu Disebut Berbahaya Bagi Kesehatan, Begini Kata Pakar

Pakar jamu nasional Charles Saerang menyatakan, umumnya jamu atau obat herbal tidak memiliki efek samping, kecuali diolah dan digunakan dengan asal-asalan.

Liputan6.com, Surabaya - Pakar jamu nasional Charles Saerang menyatakan, umumnya jamu atau obat herbal tidak memiliki efek samping, kecuali diolah dan digunakan dengan asal-asalan.

Charles menyatakan, banyak masyarakat Indonesia yang menganggap jamu merupakan resep yang mudah dan bisa dibuat sendiri, padahal jamu ataupun obat herbal lainnya harus diolah secara khusus oleh ahlinya untuk memperoleh khasiat yang maksimal.

"Kalau sembarang mengolah, reaksi antarzat rempah-rempah pada jamu malah bisa menghilangkan khasiat satu sama lain. Dan akan berbahaya jika minum sembarang jamu yang tidak diketahui apakah komposisinya benar, karena belum bisa dipastikan apakah komposisi bahan tersebut aman bagi tubuh," ujarnya, Senin (21/6/2021).

Charles juga berpendapat, jamu atau obat herbal yang dituding berbahaya itu ialah yang telah dicampur dengan obat-obatan kimia yang terkadang memiliki efek samping.

“Jamu kimia tidak sama dengan jamu tradisional empiris. Jamu kimia sudah dicampur obat-obatan kimia sehingga tidak aman. Namun, kalau jamu tradisional empiris itu herbal murni yang bersifat turun-temurun dari generasi ke generasi serta tidak ada efek samping," jelasnya.

Bukti empiris jamu adalah testimoni masif akan manfaat dari pengguna jamu yang berasal dari beberapa generasi. Jamu telah dilestarikan melalui kakek, nenek, dan orangtua yang merekomendasikan jamu kepada anak cucunya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Campuran Kimia

Charles menambahkan, sekarang banyak jamu gendong campuran kimia yang tidak aman dikonsumsi, padahal BPOM pun memiliki standardisasi keamanan untuk jamu gendong (stikerisasi dan sertifikasi).

Namun, ada banyak jamu gendong yang dikemas di botol kaca, yang kemudian dipakai ulang tanpa dicuci hingga benar-benar bersih. Alhasil, residu jamu yang ada di botol berinteraksi dengan jamu segar yang mengisi botol dan merusak kualitasnya.

"Kalau ingin yang pasti lebih aman, ada jamu dalam bentuk bubuk dan suplemen, pengolahannya lebih hati-hati dan terkontrol," sambungnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.