Sukses

7 Wisata Sejarah Nganjuk, dari Peninggalan Kerajaan sampai Kemerdekaan

Nganjuk punya cerita sejarah menarik.

Liputan6.com, Jakarta Nganjuk merupakan sebuah kabupaten di Jawa Timur yang memiliki destinasi wisata menarik. Daerah yang dijuluki Kota Angin ini punya beragam pilihan wisata yang bisa dikunjungi bersama keluarga. Salah satu destinasi yang istimewa adalah wisata sejarah.

Nganjuk memiliki kisah sejarah yang menarik untuk ditelusuri. Mulai dari masa kerajaan Majapahit hingga masa kemerdekaan, Nganjuk menjadi saksi sejarah dari masa ini.

Jika kamu mengunjungi kabupaten ini, jangan lupa untuk singgah ke salah satu destinasi wisata sejarah Nganjuk. Berikut 7 wisata sejarah Nganjuk yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Rabu (9/12/2020).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 8 halaman

Candi Ngetos

Candi Ngetos merupakan candi peninggalan zaman Majapahit yang berlokasi di Desa Ngetos, Kecamatan Ngetos, sekitar 17 kilometer arah selatan kota Nganjuk. Candi ini diperkirakan dibangun pada abad ke-15 pada masa Kerajaan Majapahit. Candi ini dipastikan merupakan candi yang bercorak Siwa-Wisnu.

Dipercaya candi ini dibangun sebagai tempat pemakaman raja Hayam Wuruk. Hayam Wuruk ingin dimakamkan di tempat ini karena daerah Ngetos masih termasuk wilayah Majapahit yang menghadap Gunung Wilis, yang seakan-akan disamakan dengan Gunung Mahameru.

3 dari 8 halaman

Candi Lor

Candi Lor merupakan bangunan yang terbuat dari batu bata merah. Candi ini diyakini sebagai monumen cikal bakal berdirinya kabupaten Nganjuk. Pada areal Candi Lor terdapat dua makam abdi dalem kinasih Mpu Sindok yang disebut Eyang Kerto dan Eyang Kerti. Di lokasi ini juga terdapat pohon kepuh yang telah tumbuh sejak tahun 1866.

Candi Lor memiliki denah bujur sangkar, memiliki ketinggian 66 mdpl, terbuat dari batu bata. Keadaan Candi Lor saat ini mengalami kerusakan yang sangat parah, sehingga hanya tersisa bagian kaki dan tubuhnya.

4 dari 8 halaman

Museum Anjuk Ladang

Museum Anjuk Ladang merupakan museum yang berisi berbagai peninggalan yang menunjukkan identitas Nganjuk. Di sini terdapat benda dan cagar budaya di zaman Hindu, Doho dan Majapahit. Museum ini berlokasi di Jalan Gatot Subroto, Ringin Anom, Kauman, Nganjuk.

Museum Anjuk Ladang diberi nama sesuai prasasti Anjuk Ladang yang menjadi cikal bakal asal mula nama Nganjuk. Prasasti Anjuk Ladang ditemukan di Candi Lor, Desa Candirejo, Kecamatan Loceret, Nganjuk. Prasasti ini sekarang menjadi koleksi Museum Nasional di Jakarta.

Di sini disimpan berbagai benda bersejarah mulai dari arca-arca,benda-benda bersejarah seperti guci, uang logam kuno, wayang kulit, gerabah, keramik, genta.

5 dari 8 halaman

Monumen Dr. Soetomo

Monumen Dr. Soetomo merupakan monumen seluas kurang lebih 3,5 hektare yang berlokasi di Desa Ngepeh, Kecamatan Loceret, Nganjuk. Daerah ini merupakan tempat kelahiran Dr. Soetomo, salah satu pendiri Budi Oetomo dan pejuang kemerdekaan Indonesia.

Monumen ini terdiri dari patung Dr. Soetomo setinggi 4m dalam posisi duduk dan sedang membuka buku. Ini menggambarkan seorang Dr. Soetomo yang merupakan seorang cendekiawan. Tak jauh dari monumen ini terdapat museum yang berisi koleksi peralatan medis yang pernah digunakan Dr. Soetomo.

6 dari 8 halaman

Monumen Gerilya Jenderal Sudirman

Monumen Gerilya Jenderal Sudirman berlokasi di Desa Bajulan, Kecamatan Loceret, Nganjuk. Lokasinya tak jauh dari Monumen Dr. Soetomo. Desa Bajulan merupakan desa yang pernah disinggahi Jenderal Soedirman selama 9 hari bergerilya melawan Belanda tahun 1945.

Sekitar 3 kilometer ke arah selatan dari monumen ini, terdapat padepokan yang dulunya digunakan sebagai tempat beristirahat, berunding, dan sembahyang Jenderal Soedirman dan pasukannya.

7 dari 8 halaman

Masjid Al-Mubarok

Masjid Al-Mubarok berlokasi di Jl. May Jend. Supeno No.76, Gerekan, Kacangan, Berbek, Kabupaten Nganjuk. Masjid ini merupakan masjid bersejarah di Nganjuk. Masjid Al-Mubarok dibangun oleh KRT Sosro Koesoemo atau Kanjeng Jimat, Bupati Berbek pertama yang menjadi cikal bakal kabupaten Nganjuk.

Di kompleks masjid ini juga terdapat makam Kanjeng Jimat. Makam ini selalu ramai dikunjungi peziarah, terutama saat Jumat legi. Di masjid ini juga terdapat ornamen bersejarah seperti mimbar yang sudah ada sejak 1758 dan bedug dari tahun 1759. Di masjid ini juga bisa ditemukan yoni yang sekarang difungsikan sebagai tempat untuk melihat dan menentukan waktu salat.

8 dari 8 halaman

Pura Kerta Bhuwana

Pura Kerta Bhuwana merupakan tempat peribadatan umat Hindu di Nganjuk. Pura ini merupakan Pura Penyawangan dari Candi Sapto Argo yang ditemukan di puncak Gunung Wilis sebagai tempat pemujaan Dewa Wisnu, Dewi Sri dan leluhur.

Sesepuh umat Hindu meyakini di Candi Sapto Argo terdapat lima prasasti dan telah ditemukan sejumlah tiga prasasti. Ditemukan juga pajenengan di areal Candi Sapto Argo berupa Genta berhulu Triwikrama, Lonceng berhulu Narasingha, dan Pasepan di sekelilingnya berukiran empat dewa-dewa yang semuanya disimpan dan dirawat sebagai Pajenengan di Pura Kerta Bhuwana Giri Wilis.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.