Sukses

Universitas Airlangga Kembangkan Dua Vaksin COVID-19

Unair sedang mengembangkan dua vaksin COVID-19 yang akan diluncurkan saat sidang senat terbuka Dies Natalis kampus tersebut ke-66 pada Senin, 9 November 2020.

Liputan6.com, Jakarta - Universitas Airlangga (Unair) Surabaya memprediksi pengembangan vaksin COVID-19 selesai paling lambat April 2020.

Unair sedang mengembangkan dua vaksin COVID-19 yang akan diluncurkan saat sidang senat terbuka Dies Natalis kampus tersebut ke-66 pada Senin, 9 November 2020.

"Ada dua vaksin, yakni Vaksin Merah Putih dan vaksin oral yang telah memasuki tahap ketiga dari keseluruhan tahapan pengembangan vaksin. Selain juga obat Unair 3 dan reagen," tutur Rektor Unair Prof Mohammad Nasih di Surabaya, Kamis, (5/11/2020), seperti dikutip dari Antara.

Namun, kata dia, peluncuran vaksin tersebut bukan untuk digunakan, tapi menuju uji klinis ke tahap selanjutnya. "Kami ingin saat Dies Natalis Unair yang ke-66 ada sesuatu yang dirilis. Sebab kalau menunggu vaksin tersebut selesai dan digunakan, ya tahun depan. Prediksinya Maret atau April 2021 vaksin ini akan tuntas kalau semua berjalan dengan lancar," ucapnya.

Peluncuran juga dimaksudkan untuk menunjukkan ada kemajuan dan vaksin, obat COVID-19 dan reagen yang telah dihasilkan dari penelitian Unair.

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Vaksin Merah Putih

Pria asal Gresik itu memaparkan vaksin Merah Putih merupakan vaksin COVID-19 yang dikembangkan bersama beberapa perguruan tinggi lain di Indonesia.

Sedangkan vaksin oral COVID-19 berbentuk tablet yang dapat diminum dan bertujuan meningkatkan sistem kekebalan tubuh manusia (imunitas) melawan virus.

"Sedikit berbeda dengan obat yang menargetkan virusnya secara langsung," ujar dia.

Vaksin tersebut dikembangkan kerja sama Institute of Tropical Disease (ITD) Unair dan London School of Hygiene and Tropical Medicine, Inggris.

"Melihat model kayaknya yang oral akan bisa lebih mudah. Vaksin diperlukan banyak aktivitas dan proses-proses, sementara oral relatif tidak banyak. Namun hasilnya harus dievaluasi dari segei efek samping dan semua harus aman," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.