Sukses

Mengenal Donor Kornea, Syarat Pendonor hingga Cerita Penerima Donor

Kebutaan akibat kerusakan kornea menempati urutan ketiga setelah penyebab kebutaan akibat katarak dan glaukoma.

Liputan6.com, Jakarta - Jumlah pendonor dan penerima kornea mata masih terjadi ketimpangan di Indonesia. Hal ini karena kebutuhan kornea yang tinggi.

Konsultan Mata di RS Mata Undaan Surabaya, dr Dini Dharmawadiarini, SpM (K) menuturkan, kebutaan akibat kerusakan kornea menempati urutan ketiga setelah penyebab kebutaan akibat katarak dan glaukoma.

Selain itu, angka penyakit kebutaan di dunia diderita oleh sekitar 12,7 juta orang. Sementara itu, peluang untuk mendapatkan donor kornea mata hanya 1:70.

Oleh karena itu, ada cornea donor center (CDC) RS Mata Undaan yang diluncurkan pada 15 Oktober 2020 diharapkan dapat membantu Bank Mata Indonesia untuk memperluas cakupan terutama di Jawa Timur.

"Merupakan lembaga sosial, membantu bank mata Indonesia perluas percakupan wilayah Jawa Timur, harapan ingin jadi pendonor, tahu donor korea, penerima donor,” ujar dia.

Dokter Dini, syarat calon donor kornea mata ini bisa siapa saja. Tidak ada ketentuan batasan usia dan gender untuk menjadi calon donor (caldon) kornea.

Syarat pentingnya adalah mata caldon harus dalam keadaan sehat. Walaupun mata milik caldon mengalami minus, plus ataupun sudah pernah mengalami operasi lasik, mata milik caldon masih dapat dimanfaatkan untuk membantu mengatasi kebutaan yang dialami seseorang.

"Tetap bisa bermanfaat korneanya, mata orang yang pernah operasi lasik, katarak maupun glaukoma. Karena kornea itu ada enam lapisan jadi ada lapisan yang masih bisa dimanfaatkan. Karena angka keberhasilan operasi kornea mencapai 95 persen,” ujar dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Mengenal Donor Kornea

Selain kondisi mata, bagi para caldon juga harus dalam keadaan sehat dari segi fisiknya. Caldon tidak boleh sedang menderita penyakit seperti hepatitis maupun penyakit infeksi menular lainnya.

Kemudian, yang tidak kalah penting adalah para caldon juga harus mendapatkan izin dari pihak keluarga maupun ahli waris. Karena pernah terjadi, terdapat 30 ribu caldon yang terhalang perizinan dari pihak keluarga. Sehingga ketika caldon telah meninggal, tidak ada permasalahan lagi bagi CDC RSMU untuk melakukan pengambilan korneanya. 

Bagi masyarakat yang secara sukarela untuk mendaftarkan diri sebagai calon donor kornea di Cornea Donation Center Rumah Sakit Mata Undaan Surabaya, cukup mengisi form registrasi yang disediakan. Pengisian form dapat dilakukan di sekretariat CDC RSUM, bisa juga mengunjungi official akun instagram @cdc.rsmataundaan dengan mengklik link yang tertera pada bio akunnya, dan yang terakhir bisa menghubungi via whatsapp. 

Dini juga mengatakan, istilah donor kornea juga masih terbilang baru di Indonesia. Sehingga perlu edukasi dan kampanye terkait donor kornea kepada masyarakat.

Pemakaian istilah donor kornea juga bukan tanpa alasan. Dini menuturkan, selama ini orang mengira kalau donor kornea mata itu yang diambil bola mata sehingga menjadi menakutkan. Menurut Dini, donor kornea mata bukan seperti itu.

"Sepakat memakai kata kornea. Kenalkan kornea kepada masyarakat. Karena orang mengira masyarakat bola mata diambil, takut, penerima donor mata juga takut matanya diambil. Perkenalkan kornea selaput dari depan mata kita, selaput bening saja. Selaput bening transparan itu dijadikan donor tak membuat wajah rusak dan mata kempes," kata dia.

Dengan demikian, harapan ke depannya semakin banyak yang mau untuk menjadi caldon kornea. Karena kornea yang didonorkan akan bermanfaat setidaknya bagi empat sampai lima orang yang membutuhkan.

 

3 dari 3 halaman

Cerita Penerima Donor Kornea

Penerima donor di CDC RS Mata Undaan juga berbagi cerita. Salah satu, Chantaz Elly Santy yang sudah mendapat donor kornea sejak dua tahun lalu.

Ia menceritakan, penyebab kerusakan pada kornea matanya diakibatkan karena adanya benturan keras di kepala ketika kecelakaan lalu lintas yang dialaminya. Chantaz juga mengatakan, ia pasrah dengan kondisi matanya dan menyerahkan proses kesembuhan matanya kepada dokter di RSMU. 

"Sebelum mendapat cangkok kornea, dilakukan berbagai operasi untuk mempertahankan kornea saya," ujar dia.

Dengan cangkok kornea pada matanya, ia saat ini dapat kembali beraktvitas dan dapat membantu perekonomian keluarganya. 

Miftachul Ulum juga menceritakan kerusakan kornea di kedua matanya yang telah ia alami pada 2009 dan saat ini telah mendapatkan donor kornea pada mata kirinya. Sehingga hanya mata kirinya saja yang sudah bisa berfungsi kembali.

"Alhamdulillah sudah bersyukur cukup dengan satu mata saya yang bisa kembali digunakan. Karena terlalu lama tidak bisa melihat, sekarang bisa melihat dengan bagus lagi dengan satu mata saja," ungkapnya. 

 

(Ihsan Risniawan-UNY)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.