Sukses

Neraca Dagang Jawa Timur Surplus USD 195,40 Juta pada Juli 2020

Neraca perdagangan Jawa Timur masih defisit USD 191,10 juta selama Januari-Juli 2020.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur melaporkan neraca perdagangan Jawa Timur masih defisit USD 191,10 juta selama Januari-Juli 2020.

Mengutip laman BPS Jawa Timur, Rabu (19/8/2020), hal tersebut disumbangkan oleh selisih perdagangan ekspor impor di sektor nonmigas yang surplus sebesar USD 1.278,75 juta. Akan tetapi, selisih perdagangan ekspor impor di sektor migas justru defisit sebesar USD 1.469,84 juta.

Sementara itu, neraca perdagangan Jawa Timur selama Juli 2020 mengalami surplus sebesar USD 195,40 juta.  Ini didorong selisih nilai perdagangan yang positif pada sektornonmigas yang lebih besar ketimbang selisih nilai perdagangan yang negatif pada sektor migas.

Sektor migas defisit USD 61,10 juta, sedangkan selisih nilai perdagangan pada sektor migas surplus USD 256,50 juta.

Jawa Timur mencatatkan kenaikan ekspor 13,06 persen atau mencapai USD 1,57 miliar pada Juli 2020 dibandingkan Juni 2020. Akan tetapi, dibandingkan Juli 2019 turun 11,93 persen.

"Hal ini karena kinerja sektor migas maupun nonmigas yang mengalami peningkatan,” ujar Kepala BPS Jatim Dadang Hardiwan, seperti dikutip dari Antara, Selasa (18/8/2020).

Ekspor nonmigas pada Juli 2020 mencapai USD 1,47 miliar, atau naik 8,46 persen dibandingkan Juni. Nilai itu turun 17,87 persen dibandingkan Juli 2019.

Ekspor migas Juli 2020 mencapai USD 106,66 juta atau naik sebesar 171,46 persen jika dibandingkan Juni. Nilai tersebut naik 11.908,76 persen jika dibandingkan Juli 2019.

Golongan barang utama ekspor nonmigas Juli 2020 adalah tembaga (HS74) dengan nilai USD 135,82 juta, lemak dan minyak hewan/nabati (HS15) dengan nilai sebesar USD 130,16 juta, serta kayu dan barang dari kayu (HS44) dengan nilai sebesar USD 118,12 juta.

Menanggapi kenaikan ekspor tersebut, Ketua Kamar Dagang dan Industri Jatim Adik Dwi Putranto mengakui hal ini adalah signal positif bagi Jawa Timur sebab kenaikan ini disebabkan banyaknya permintaan dari pihak luar sehingga perlu didorong untuk terus meningkat.

Menurut dia, beberapa variabel yang bisa menjadi pendorong untuk terhindar dari jurang resesi ekonomi, di antaranya adanya ekspor yang mulai naik, daya beli yang sudah tumbuh dan wisata yang mulai dibuka di beberapa tempat.

"Oleh karena itu, kenaikan ekspor ini diharapkan bisa menghindarkan ekonomi dari jurang resesi," kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kinerja Ekspor

Negara tujuan ekspor nonmigas terbesar pada Januari-Juli 2020 antara lain Jepang mencapai USD 1.649,02 juta (dengan peranan 15,15 persen), disusul ekspor ke Tiongkok sebesar USD 1.524,87 juta atau dengan peranan 14,01 persen, dan ke Amerika Serikat sebesar USD 1.419,48 juta dengan peranan 13,04 persen.

Sementara itu, ekspor nonmigas ke kawasan ASEAN mencapai USD 2.143,13 juta atau berkontribusi 19,69 persen, sementara ekspor nonmigas ke Uni Eropa sebesar USD 837,55 juta dengan kontribusi sebesar 7,69 persen.

Pada Juli 2020, ekspor Jawa Timur masih didominasi oleh sektor industrisenilai USD 1.315,64 juta atau dengan peranan 83,71 persen dari total ekspor pada bulan ini.

Kemudian ekspor pertanian mencapai USD 146,31 juta yang sumbang peranan 9,31 persen. Lalu ekspor sektor migas mempunyai peranan sebesar 6,79 persen atau senilai USD 106,66 juta. Ekspor pertambangan dan lainnya menjadi sektor terkecil dengan nilai USD 3,11 juta dengan kontribusi 0,20 persen.

Sementara itu, berdasarkan 15 komoditas ekspor dengan nilai besar, komoditas minyak petroleum mentah menjadi komoditas utama yang alami kenaikan ekspor paling tinggi dibandingkan sebelumnya. Nilai ekspornya menjadi USD 103,45 juta setelah bulan sebelumnya USD 38,22 juta atau naik USD 65,23 juta.

3 dari 4 halaman

Impor Turun 10 Persen pada Juli 2020

Sementara itu, nilai impor pada Juli 2020 mencapai USD 1,38 miliar atau turun 10 persen dibandingkan Juni. Angka ini turun sebesar 30,95 persen dibandingkan Juli 2019. Impor nonmigas Juli 2020 mencapai USD 1,21 miliar atau turun 13,38 persen dibandingkan Juni. Nilai impor nonmigas itu turun sebesar 26,28 persen dibandingkan Juli 2019.

“Padahal impor nonmigas ini menyumbang 87,81 persen atau tertinggi pada total impor Juli 2020,” ujar Dadang.

Impor migas Juli 2020 sebesar USD 167,76 juta atau meningkat sebesar 25,14 persen dibandingkan Juni. Dibandingkan Juli 2019, nilai tersebut turun sebesar 52,59 persen.

Golongan barang utama impor nonmigas Juli 2020 adalah golongan barang mesin-mesin atau pesawat mekanik sebesar USD 140,78 juta. Berikutnya golongan barang plastik dan barang dari plastik (HS39) senilai USD 76,72 juta, dan golongan barang buah-buahan (HS08) sebesar USD 66,43 juta.

Sepanjang Januari-Juli 2020, impor yang masuk ke Jawa Timur sebesar USD 11,40 miliar atau turun sebesar 14,80 persen dibandingkan Januari-Juli 2019 yakni sebesar USD 13,39 miliar.

4 dari 4 halaman

Kinerja Impor

Negara asal barang impor nonmigas terbesar selama Januari-Juli 2020 dari Tiongkok sebesar USD 2.721,84 juta (28,33 persen), disusul dari Amerika Serikat sebesar USD 793,74 juta (8,26 persen).

Impor dari Thailand sebesar USD 476,41 juta (4,96 persen). Impor nonmigas dari kelompok negara ASEAN sebesar USD 1,39 miliar (14,51 persen), sementara impor nonmigas dari Uni Eropa mencapai USD 854,82 juta (8,9 persen).

Pada Juli 2020, golongan barang mesin-mesin atau pesawat mekanik (HS 84) merupakan komoditas utama impor Jawa Timur senilai USD 140,78 juta atau turun sebesar 17,26 persen dari bulan sebelumnya yang mencapai USD 170,16 juta. Kelompok barang ini berperan 11,65 persen dari total impor nonmigas Jawa Timur bulan ini dan utamanya diimpor dari Tiongkok sebesar USD 55,76 juta.

Kemudian golongan barang plastik dan barang dari plastik sumbang nilai impor sebesar 6,35 persen atau USD 76,72 juta. Selanjutnya barang masuk  ke Jawa Timur dan peringkat ketiga adalah golongan barang buah-buahan (HS08) yang sumbang nilai impor USD 66,43 juta atau memiliki peranan 5,5 persen. Golongan komoditas ini berasal dari Tiongkok senilai USD 60,01 juta.

Peningkatan nilai impor nonmigas terbesar pada Juli 2020 dibandingkan Juni 2020 terjadi pada golongan barang perhiasan atau permata dengan nilai impor USD 36,54 juta dari bulan sebelumnya USD 0,64 juta.

Berdasarkan 15 jenis komoditas impor nonmigas terbesar, komoditas emas dalam bentuk bongkah, ingot merupakan komoditas utama yang alami peningkatan nilai impor paling tinggi pada Juli 2020 dibandingkan bulan sebelumnya atau meningkat USD 35,32 juta.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.