Sukses

Wali Kota Risma: Sampoerna Bukan Klaster Baru

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyampaikan, pihaknya mendapati 16 klaster yang menjadi episentrum penularan.

Liputan6.com, Surabaya - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Risma) menepis pabrik rokok PT HM Sampoerna di Rungkut Surabaya, bukanlah klaster penularan baru Corona COVID-19. 

Menurut Risma, temuan kasus positif COVID-19 Jatim di pabrik rokok itu bukan klaster baru penularan. Sebab, dua pekerja Sampoerna yang terinfeksi ini bermula dari kasus lain yang sudah merupakan klaster. 

"Ada klaster luar negeri, ada klaster jakarta, ada klaster di masjid apa ya, ini kita telusuri terus. Ada contohnya Sampoerna, itu bukan klaster baru. Karena di sampoerna itu sudah ditemukan dari sini (klaster lain)," ujarnya, Minggu (10/5/2020).

Risma menyampaikan, pihaknya mendapati 16 klaster yang menjadi episentrum penularan. Data Pemkot Surabaya menyebut, kasus positif kini melonjak pesat mencapai 667 pasien. Kemudian 1.540 PDP, 2.958 ODP dan 971 OTG. "Ada 16 klaster, (semua pasien) ada yang rawat inap, ada yang rawat jalan," ucap Risma.

Risma mengatakan, untuk menekan jumlah kasus COVID-19, pihaknya berkomunikasi dengan pihak rumah sakit rujukan, TNI dan Polri. 

Risma juga meminta agar pasien positif tidak ada lagi yang rawat jalan atau isolasi mandiri meskipun kondisinya prima. Sebab, disinyalir masih dapat menular ke anggota keluarganya dan menyebabkan kasus baru. "Yang positif kita paksa masuk rumah sakit," ujar Risma. 

"Kita lakukan komunikasi dengan rumah sakit, mendorong yang hasilnya positif swab kita masukkan rumah sakit. Supaya tidak membebankan keluarganya. Gerak tim Satpol PPdan Linmas ajak masuk rumah sakit," ia menambahkan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Imbauan Risma

Risma juga mengaku mendapat laporan langsung dari Rumah Sakit Husada Utama ada 20 bed, Rumah Sakit Menur 30 bed dan Rumah Sakit Siloam 40 bed.

"Rawat jalan kita dorong masuk rumah sakit. Ada yang usia 85 tahun dan 70 tahun, keluarganya tidak izinkan. Ini risiko nulari yang ngerawat di rumah, karena sulit menerapkan protokol perawatan di rumah," ujar Risma. 

Risma juga mengimbau agar industri maupun pusat perbelanjaan tetap melakukan protokol kesehatan secara ketat. Pemkot akan mengerahkan pihak kecamatan untuk kontrol langsung di toko dan warung-warung yang masih beroperasi.

Apabila tidak memenuhi protokol kesehatan COVID-19, maka akan ditindak oleh Satpol PP. "Satpol PP juga sudah tindak beberapa toko yang melanggar," ucap Risma. 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.