Sukses

Trik Peluang Usaha dari Crazy Rich Surabaya Tom Liwafa

Pengusaha Surabaya, Tom Liwafa kembali sedot perhatian usai unggahan video di instagram dengan bagi kardus berisi mie dan uang menyedot perhatian warganet.

Liputan6.com, Jakarta - Pengusaha Surabaya, Tom Liwafa kembali membagikan donasi kepada warga di jalanan Surabaya pada Rabu, 6 Mei 2020.

Video aksi donasi tersebut diunggah di akun instagram resminya @tomliwafa. Ia membagikan kardus berisi mie dan uang lembaran Rp 100 ribu, serta beras. Tom Liwafa bersama rekannya menyiapkan paket tersebut sejak jam 1 pagi.

Kemudian Tom bersama rekannya untuk membagikan kardus berisi mie dan uang tunai. Kini aksi Tom Liwafa tersebut dibagikan tak hanya malam hari tetapi juga pada pagi hari. Ia juga menulis kalau aksi berbagi merupakan hal indah.

"Berbagi itu indah. Ketika berbagi tak perlu berpikir apa yang kita peroleh, biarkan Allah menentukan mana yang terbaik buat kita, dari Tom Liwafa, mantan orang susah,” tulis dia.

Unggahan video tersebut juga banjir komentar hingga mencapai 4.969. Video ditayangkan mencapai 205.162 tayangan. Sebelumnya video Tom Liwafa membagikan kardus berisi mie instan dan uang lembaran seratus ribu menjadi sorotan warganet pada Selasa, 5 Mei 2020. Tom berharap aksi donasi yang dilakukan dapat menular dan masyarakat juga dapat melakukan hal positif.

Sebelum aksi donasi yang dilakukan oleh lulusan sarjana desain produk ini jadi sorotan, Tom juga sempat menarik perhatian. Saat itu, Tom Liwafa membeli mobil mewah milik Atta Halilintar.

Tom Liwafa, salah satu pengusaha asal Surabaya. Ia juga mendapat julukan ‘crazy rich surabaya’ ketika membeli mobil mewah Atta tersebut. Suami dari Delta Hesti Chandra ini sudah mulai bisnis sejak kuliah. Pada 2008, ia mulai berdagang stiker band, baju dan kaos serta barang second.

"Dagang mulai 2008, jual stiker distro, barang second, coba-coba awalnya saja apa yang cocok. Kemudian setelah selesai kuliah bingung mau ngapain dan sambil dagang,” ujar Tom saat dihubungi Liputan6.com,ditulis Sabtu, 9 Mei 2020.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tekuni Bisnis Bersama Istri

Kemudian ayah dari dua anak ini menekuni bisnis pada 2010 bersama istrinya. Ia pun merintis bisnis sepatu dan tas dengan mengembangkan Handmadeshoesby &Delvationstore. Ia memilih fokus bisnis ritel sepatu dan tas lantaran melihat karakter perempuan yang suka berganti tas dan sepatu.

Hal tersebut menjadi peluang bisnis. Tom menuturkan, sejak 2010, dirinya juga telah mengembangkan bisnis lewat online.Ia memilih mengembangkan lewat online seiring dirinya suka membaca dan desain sehingga melihat peluang dari online tersebut.

"Dulu 2010 pengguna media sosial tidak seperti sekarang. Saya sudah mulai lewat online,” kata dia.

Ia memproduksi tas di Mojokerto, Sidoarjo, Lamongan dan Surabaya. Latar belakang keluarga yang punya bisnis sablon tas tampaknya turut turun kepada Tom. Akan tetapi, Tom memulai bisnis dari usahanya sendiri.

Selain menekuni bisnis tas dan sepatu, Tom juga mengembangkan bisnis food and beverage (F&B). Bisnis F&B tersebut telah berjalan dua tahun di Surabaya, Jawa Timur.

Tom menuturkan, selama menjalankan usaha pasti ada tantangan dan kendala yang dihadapinya. Tantangan dan kendala yang dihadapinya itu mulai dari restu orangtua, competitor atau pesaing dan diri sendiri. Saat menjalankan usaha, menurut Tom juga membutuhkan restu orangtua. Untuk mendapatkan restu tersebut, ia mengaku berusaha untuk meyakinkan orangtua. "Caranya dengan berkomunikasi. Misalkan ketika mood orangtua sedang bagus, dibicarakan dan diberikan keyakinan,” kata dia.

Untuk menjalankan bisnis memang bertahap untuk bisa besar. Demikian juga ketika menghadapi competitor. Bila pesaing kita lebih dulu menjalankan bisnis memang akan lebih berat. Meski demikian, menurut Tom Liwafa ada cara untuk menghadapinya. Ia mencontohkan dengan menampilkan keunggulan bisnis dan produk seperti memberikan ongkos kirim gratis.

"Atau pelayanan kita lebih cepat, produk kita lebih bervariasi, dan atau produk kita bisa bayar di tempat,” tutur dia.

Selain itu, ia juga mengingatkan untuk memiliki seseorang yang positif. Saat ditanya mengenai rahasia kunci suksesnya, Tom mengaku kerja keras dan kedisiplinan mendukung usaha yang dijalankan. Tom juga aktif berkecimpung di komunitas bisnis.

“Saya dari dulu kalau mengerjakan sesuatu akan selalu menyelesaikan, ada tanggung jawab,” ia menambahkan.

3 dari 3 halaman

Marketing Terbaik adalah Empati

Terkait peluang usaha saat pandemi COVID-19 ini, Tom menuturkan, salah satu marketing terbaik untuk menjalankan usaha dengan empati. Dengan begitu, orang lain juga akan tertarik dengan usaha yang dijalankan dengan aksi nyata yang dilakukan.

“Menjadi pengusaha tidak hanya memikirkan diri sendiri tetapi juga orang lain. Marketing terbaik adalah empati buat orang percaya mengenai pengusaha sejati. Follower akan mau tahu perusahaannya,” tutur dia.

Tom mengakui kondisi pandemi COVID-19 memukul sektor usaha. Apalagi dirinya mengembangkan usaha tas dan sepatu. Ia pun bertahan dengan mengalihkan produksi usaha. Hal ini dilakukan Tom Liwafa agar karyawannya tetap bekerja. 

"Akhirnya membuat baju hazmat, masker nonmedis. Tak ingin karyawan dirumahkan, sehingga mereka tetap ada kegiatan,” ujar Tom.

Ia mengaku menjual murah sehingga dapat digunakan untuk berdonasi. Selain usaha tas dan sepatu berdampak COVID-19, bisnis kuliner juga kena imbasnya. Akan tetapi, Tom menuturkan, kini ia optimalkan layanan online untuk bisnis kuliner. Apalagi saat ini penerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Surabaya, Jawa Timur. “Kuliner tetap buka tetapi tidak makan di tempat. Jadi online, sekarang PSBB,” kata dia.

Lebih lanjut ia menuturkan, belanja online sangat meningkat usai anjuran beraktivitas dari rumah. Hal ini ia juga alami termasuk di usaha pakaian. “Sekarang semua online,” tutur dia

Tom menambahkan, strategi adaptif saat ini perlu diterapkan untuk bertahan. Adaptif ini, menurut Tom yaitu bagaimana respons seseorang untuk menghadapi langsung.

"Kalau adaptasi itu sifatnya masih menyesuaikan. Sedangkan adaptif responsnya langsung,” tutur dia.

Ia mencontohkan, salah satu usaha temannya yang bergerak di bidang tur and travel yang berhentik. Kemudian berganti dengan usaha lain. Tom menilai, saat ini peluang untuk menjual barang yang permintaannya sedang tinggi. Misalkan, saat bulan Ramadan, menjual mukena dan sajadah, menurut Tom jadi peluang usaha.

"Selain itu, masker kain terutama yang fashionable karena ini new era untuk pakai masker. Nanti ada topi sendiri. Kemudian jual daster karena sekarang kerja dari rumah, frozen food, minuman jamu,” kata dia.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.