Sukses

Polda Jatim Tangkap Tersangka Baru Kasus Dugaan Pembobolan Kartu Kredit

Polda Jatim sebelumnya menahan tiga tersangka terkait kasus dugaan carding atau pembobolan kartu kredit.

Liputan6.com, Surabaya - Kepolisian Daerah Jawa Timur (Polda Jatim) menangkap seorang tersangka baru yang terlibat dalam kasus dugaan carding atau pembobolan kartu kredit setelah menahan tiga tersangka.

"Semalam kami menambah satu tersangka berinisial MK dari Medan, baru tiba tadi pagi," tutur Kapolda Jatim Irjen Pol Luki Hermawan, Jumat (28/2/2020). 

Sebelumnya tiga tersangka yang ditahan berinisial SC, MFD hingga MDR. Tersangka tersebut diamankan dari 14 Februari hingga 16 Februari 2020. Sementara untuk peran MK, Luki menuturkan, perannya tak jauh berbeda dengan ketiga tersangka lainnya yakni memiliki agen travel.

"Sama. Yang bersangkutan selain agen travel, dia mengendorse juga," ujar dia.

Selain itu, polisi akan memeriksa satu artis lain sebagai saksi yakni Sarah Alana Gibson setelah sejumlah artis GA, TM, JI, BW, AW dan RS diduga turut terlibat dalam kasus itu. "Ya kita tambah saksi dari artis berinisial SG," ujar Luki.

Jenderal bintang dua itu berjanji kasus pembobolan kartu kredit akan dirampungkan hingga tuntas. Pihaknya juga akan mengungkap bagaimana modus para pelaku dalam melakukan aksinya. Dia menuturkan, hal itu sesuai kebijakan pemerintah terkait era digital dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

"Karena ini dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok tertentu. Yang seharusnya mereka kalau mau berbisnis, buat aplikasi kerja sama dengan provider, persyaratan semuanya. Tapi mereka banyak sekali di kasus era digital ini memanfaatkan teknologi," kata dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Polda Jatim Tangkap Tiga Pelaku Kasus Dugaan Carding

Sebelumnya, Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur (Jatim) atau Polda Jatim menangkap tiga tersangka kasus dugaan ITE berupa Ilegal akses jenis carding, atau menggunakan data kartu kredit milik orang lain untuk membeli tiket maskapai penerbangan dan kamar hotel.

Ketiga tersangka masing-masing berinisial SG dan FD merupakan pemilik agen travel, yang menjual tiket maskapai atau kamar hotel hasil kejahatan carding. MR sebagai eksekutor atau yang membeli tiket-tiket maskapai dan kamar hotel, yang pembayarannya menggunakan data kartu kredit milik orang lain. 

Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Trunoyudo Wisnu Andiko menuturkan, kasus itu berawal ketika tersangka SG dan FD membuka usaha agen travel dengan iming-iming promo tiket diskon 20 persen-30 persen. Media promosinya melalui akun Instagram atas nama @TN.

Selanjutnya apabila ada pelanggan yang memesan tiket maskapai atau kamar hotel, tersangka SG dan FD menyuruh pelanggan untuk mencari tahu dulu harga tiket resmi pada website resmi dengan dalih agar bisa menentukan diskon yang akan diberikan kepada pelanggan.

"Lalu tersangka SG dan FD membeli tiket tersebut dari para pelaku illegal akses jenis carding yang salah satunya adalah tersangka MR, dengan harga beli hanya sebesar 40 persen sampai 50 persen dari harga resmi. Kemudian dijual lagi kepada pelanggan seharga 70 persen sampai 75 persen dari harga resmi," tutur Truno, Kamis, 27 Februari 2020.

3 dari 3 halaman

Data Kartu Kredit

Untuk tersangka MR mendapatkan data-data kartu kredit milik orang lain secara illegal dengan cara membeli dari para pelaku spammer (pencuri data kartu kredit) melalui media social Facebook Messenger, dengan harga per 1 data kartu kredit (CC) Rp 150.000 – 200.000.

"Untuk data kartu kredit yang dibobol atau digunakan melakukan pembelian tiket-tiket adalah milik orang Jepang. Tersangka SG melakukan perbuatan sejak Februari 2019, dengan keuntungan perbulan kurang lebih Rp 30 juta, dalam 1 tahun melakukan kurang lebih 500 transaksi tiket hasil carding dan sudah mendapatkan keuntungan Rp 300 juta sampai Rp 400 juta," papar Trunoyudo.

Sedangkan tersangka FD melakukan perbuatan sejak awal 2018, dengan keuntungan perbulan kurang lebih Rp 10 juta. Dalam 2 tahun melakukan kurang lebih 400 transaksi tiket hasil carding, dan sudah mendapatkan keuntungan Rp 240 juta.

Untuk tersangka MR melakukan perbuatan sejak Maret 2019, dengan keuntungan perbulan kurang lebih Rp 20 juta. Dalam kurun waktu 1 tahun melakukan perbuatan carding sekitar 500 transaksi tiket hasil carding, dan sudah mendapatkan keuntungan Rp 240 juta.

"Para tersangka akan dijerat dengan Pasal 32 ayat (1) jo Pasal 48 ayat (1) UU RI Nomor 19 tahun 2016 tentang perubahan atas UU RI Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi Transaksi Elektronik Jo Pasal 55 ayat (1) KUHP dan/atau Pasal 56 KUHP,"  ujar dia.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.