Sukses

Yenny Wahid, Aktivis hingga Kini Jadi Komisaris Garuda Indonesia

Berikut adalah tiga hal mengenai komisaris baru Garuda Indonesia, Yenny Wahid kelahiran Jombang, Jawa Timur.

Liputan6.com, Jakarta - Hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mengubah susunan direksi dan susunan komisaris setelah skandal yang menimpa perusahaan milik negara dalam bidang jasa penerbangan ini.

Terdapat beberapa nama yang muncul dalam susunan komisaris Garuda Indonesia, salah satu yang menarik perhatian adalah sosok Yenny Wahid.

Mengutip Antara, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, Yenny Wahid adalah sosok perempuan yang mumpuni.

"Khusus untuk Ibu Yenny Wahid, figur perempuan yang sangat mumpuni,” kata Erick Thohir dalam keterangan resminya di Jakarta, Rabu, 22 Januari 2020.

Kali ini Liputan6.com akan mengulas hal  dari sosok Yenny Wahid. Ingin tahu ada apa saja? Simak rangkumannya melansir dari merdeka.com dan berbagai sumber lainnya:

1. Lahir dari Lingkungan Keluarga NU

Dikenal dengan nama Yenny Wahid, ternyata ia mempunyai nama asli Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid. Yenny Wahid adalah perempuan yang lahir di Jombang, Jawa Timur pada 29 Oktober 1974. Lahir dari Ayah bernama Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Ibu bernama Shinta Nuriyah Wahid.

Yenny terlahir di lingkungan keluarga NU. Ayahnya, Gus Dur menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia yang ke-4. Selain itu, Yenny juga merupakan aktivis Islam dan politikus Indonesia.

Yenny Wahid menempuh pendidikan di perguruan tinggi Universitas Trisakti dan lulus sebagai Sarjana Desain dan Komunikasi Visual. Kemudian, Yenny menempuh studi S2 nya di Harvard Kennedy School of Government di bawah beasiswa Mason.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

2. Karier-Organisasi

Menyandang gelar Sarjana Desain dan Komunikasi Visual, Yenny lebih memilih profesi sebagai wartawan. Pada 1997 dan 1999 ia aktif menjadi koresponden The Sydney Morning Herald dan The Age (Melbourne), koran terbitan Australia.

Yenny ditugaskan sebagai responden di Timor-Timur dan Aceh. Ketika menjadi responden, ia mendapat perlakuan tidak mengenakkan dari millisi dan pulang ke Jakarta. Seminggu kemudia Yenny kembali ke daerah konflik tersebut dan liputannya mengenai Timor-Timur pascareferendum mendapat anugerah Walkley Award.

Tak lama bekerja sebagai wartawan, Yenny berhenti karena ayahnya terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia ke-4. Yenny selalu mendampingi kemanapun Gus Dur pergi.

Kemudian pada 2004, Yenny menjabat sebagai direktur di Wahid Institute yang pada saat itu baru didirikan. Ia menjadi direktur di Wahid Institute hingga saat ini.

Selain itu, Yenny juga berkecimpung di dunia politik. Ia pernah menjabat sebagai Staf Khusus pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tapi tak lama ia mengundurkan diri. 

 

3 dari 3 halaman

Perbaiki Garuda Indonesia

3. Ditunjuk Erick Thohir Perbaiki Garuda Indonesia

Nama Yenny Wahid kembali diperbincangkan karena muncul dalam susunan direksi Garuda Indonesia saat Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). Yenny Wahid ditunjuk oleh Menteri BUMN, Erick Thohir sebagai Komisaris Independen Garuda Indonesia karena dianggap sebagai sosok perempuan yang mumpuni.

Namun, tersebar rumor adanya bagi-bagi kekuasaan terkait diangkatnya Yenny Wahid sebagai Komisaris Independen Garuda Indonesia, ia pun menepis rumor itu.

"Tanya Pak Erick (Menteri BUMN Erick Thohir) ya. Kalau saya lihat semua membawa profesionalitasnya. Saya sendiri mengelola beberapa perusahaan, walaupun enggak pernah gembor-gembor ke publik," kata Yenny di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Kamis (23/1/2020).

Yenny mengaku, Menteri BUMN Erick Thohir meminta langsung kepada dirinya untuk mengisi jabatan komisaris Garuda Indonesia dan menerimanya demi memperbaiki Garuda Indonesia.

"Waktu itu beliau dari Labuan Bajo, ngasih pisang goreng. Beliau minta untuk membantu untuk memperbaiki kinerja Garuda. Yang sudah baik diperbaiki lagi, yang mungkin masih ada kekurangan kita bisa membantu untuk melakukan fungsi-fungsi pengawasan ke dalam," kata Yenny, seperti dikutip dari Kanal News Liputan6.com.

Yenny mengatakan, jabatan yang diberikan kepada dirinya bukan urusan politik, tetapi untuk berkontribusi secara profesional bagi perbaikan Garuda Indonesia.

"Jadi posisi saya di sini sebagai komisaris independen mewakili publik. Jadi suara publik saya suarakan ke dalam," kata dia.

Ia juga menuturkan, masyarakat banyak berharap kepada Garuda Indonesia untuk berbenah diri, terutama terkait harga tiket.

"Tentunya kita semua punya harapan yang sama agar Garuda bisa memperbaiki kinerja ke depannya, agar Garuda bisa memberikan pelayanan yang jauh lebih baik lagi untuk masyarakat, agar tiketnya bisa lebih murah. Agar Garuda bisa lebih efisien," ujar Yenny.

Meskipun mempunyai pengalaman di berbagai bidang, salah satunya adalah mengelola beberapa perusahaan Yenny berharap dapat memberi prespektif baru bagi Garuda Indonesia.

"Jadi saya berharap pengalaman saya dalam berbagai bidang, termasuk mengelola beberapa perusahaan itu bisa kemudian memberikan, membantu, memberikan perspektif untuk terciptanya tata kelola perusahaan yang lebih baik lagi," kata dia.

 

 

(Shafa Tasha Fadhila - Mahasiswa PNJ)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.