Sukses

Tim KLHK Temui Peneliti Telur Tercemar Dioksin di Sidoarjo

Penelitian dari International Pollutants Elimination Network (IPEN) menemukan ada senyawa berbahaya dioksin dalam sampel telur di desa Tropodo di Jawa Timur.

Liputan6.com, Jakarta - Tim dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sudah bertemu dengan peneliti yang menemukan ada senyawa berbahaya dioksin dalam sampel telur di Desa Tropodo, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur (Jatim).

"Ini sebagai informasi awal, kemarin teman-teman saya, direktur (KLHK), juga sudah bertemu penelitinya waktu di Swiss dan saya sudah minta sama mereka secara mendetail. Metode dan sampelnya juga akan kita uji," ujar Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya ketika ditemui usai memberikan penghargaan kepada kelompok tani dan tokoh hutan sosial di Kantor KLHK di Jakarta pada Kamis, 28 November 2019, demikian mengutip Antara.

Sebelumnya, penelitian dari International Pollutants Elimination Network (IPEN) menemukan ada senyawa berbahaya dioksin dalam sampel telur di Desa Tropodo, Sidoarjo, di Jawa Timur.

Menurut penelitian IPEN, kandungan yang ditemukan di Tropodo itu 70 kali lebih tinggi dari standar keselamatan yang ditetapkan oleh badan kesehatan pangan Eropa yaitu European Food Safety Authority (EFSA).

Kandungan itu, menurut penelitian IPEN, merupakan yang tertinggi kedua di Asia setelah temuan di Vietnam yang merupakan hasil paparan senjata kimia agen oranye yang digunakan Amerika Serikat saat perang Vietnam pada 1960-an.

Menurut Siti, penelitian yang menghebohkan dan meresahkan masyarakat seperti yang dikeluarkan oleh IPEN harus dibelah secara rinci metode yang digunakannya untuk mendapatkan hasil tersebut.

Langkah penegakan hukum (gakum) juga akan dilakukan oleh KLHK mengenai permasalahan tersebut terkait impor sampah, menurut Menteri Siti.

"Arahnya akan ke sana. Saya sudah minta (Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3) Ibu Vivien mulai memberikan peringatan-peringatan sebab pilihannya adalah lakukan re-ekspor atau dia akan kena gakum," tegas Menteri Siti.

Berdasarkan penelitian tersebut, kandungan beracun itu paling parah ditemukan di dekat pabrik-pabrik tahu yang membakar plastik sebagai bahan bakar di desa Tropodo, Sidoarjo.

Padahal, jika dikonsumsi dalam jangka panjang maka dioksin dapat menyebabkan penyakit kanker, merusak sistem kekebalan tubuh dan pertumbuhan.

Menanggapi hal tersebut, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa sudah meminta masyarakat untuk tidak mengkhawatirkan hal tersebut karena sudah ada standarisasi untuk produksi telur di Jawa Timur. 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kadinkes Jatim Imbau Warga Tak Khawatir Isu Telur Ayam Mengandung Dioksin

Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur, Kohar Hari Santoso menilai jumlah ambang batas aman zat dioksin tak bisa dipukul rata. Ia pun mengimbau masyarakat agar tak terlalu khawatir akan isu telur ayam mengandung salah satu bahan kimia terlarang dan berbahaya.

"Telur mengandung bahan kimia ini bisa jadi disebabkan oleh pembakaran sampah plastik yang kurang sempurna sehingga menyebabkan zat keluar bernama dioksin,” ujar kohar, seperti dikutip dari Antara, Kamis, 21 November 2019.

Dioksin secara kimiawi bernama TCC. Zat dioksin juga bisa ada di makanan dalam jumlah rendah dan banyak. Kohar menyatakan, Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan jumlah ambang batas manusia boleh mengonsumsi zat dioksin.

"Jadi tidak bisa dipukul rata, ayam ini dekat sampah, ada dioksin.Harus dilihat dalam kadar dioksinnya berapa. Yang harus dilihat lebih lanjut adalah ayamnya. Ternyata telur yang mengandung dioksin dari ayam lepasan. Beda masalahnya jika ayam peternakan yang memang untuk sentra produksi telur. Mereka sudah diperiksa dan aman,” tutur Kohar.

Ia mengakui, dioksin yang dikonsumsi dalam kadar cukup tinggi bisa berpengaruh pada kesehatan. Pengaruhnya mulai kelainan di kulit, bisa menyebabkan keluhan pada lapisan dalam rahim wanita, menyebabkan nyeri dan bahkan kanker.

"Tapi jangan terlalu beropini, harus dilihat kandungan berapa sesuai yang ditetapkan WHO. Karena zat dioksin tidak hanya dari plastik tapi juga dari gas pencemaran udara,” ujar dia.

Untuk pengobatannya, Kohar menuturkan tergantung penyakit yang diderita setelah mengonsumsi makanan mengandung zat dioksin. Jika di kulit, perlu pengobatan di kulit.

"Kalau kanker, tergantung jenis kankernya juga. Dioksin banyak di makanan berlemak. Karena karakter dioksin senang lemak tapi tidak senang air,” ujar dia.

Mengenai pencegahan agar tak makan makanan mengandung dioksin, Kohar menyarankan tidak mengonsumsi telur secara berlebihan.

"Karena terlalu banyak mengonsumsi telur tidak bagus. Kemudian harus memperhatikan kualitas makanan. Kadar paling tinggi zat dioksin bisa dari daging yang berlemak,” ujar dia.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.