Sukses

Meningkatkan Kompetensi dan Kesejahteraan Guru di Indonesia

Setiap 25 November diperingati hari guru nasional. Pada peringatan hari guru ini diharapkan pemerintah meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan guru.

Liputan6.com, Jakarta - Setiap 25 November diperingati hari guru nasional. Pada peringatan hari guru ini diharapkan pemerintah meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan guru.

Hal itu seperti disampaikan Mantan Ketua Dewan Pendidikan Jawa Timur, Zainuddin Maliki untuk peringati hari guru nasional.

Ia menuturkan, hingga kini secara umum, kompetensi dan kesejahteraan guru masih menjadi tantangan. Seperti disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim dalam pidatonya yang ramai diperbincangkan oleh warganet kalau guru menjalani tugas termulia dan tersulit.

Menurut Zainuddin, tugas mulia dan sulit yang diemban guru tersebut tak sebanding dengan kesejahteraan guru. Apalagi guru honorer yang kesejahteraannya masih ditemui kekurangan. Padahal guru honorer ini juga turut membantu untuk mencerdaskan kehidupan sehingga tidak hanya menghafal, membaca tetapi juga memahami suatu topik.

Oleh karena itu, ia mengharapkan pemerintah pusat terutama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dapat membuat skema lain sehingga membuat guru lebih sejahtera. Ia tak ingin pemerintah kembali mengulang cara sama untuk mensejahterakan guru.

"Kesejahteraan guru tak usah dikaitkan dengan sertifikasi. (Ada sertifikasi-red) membuat dicari-cari dengan tidak pas. Jadi kesempatan guru sesuai dengan tugas yang mulia dan sulit itu,” ujar Zainudin yang juga Anggota DPR RI, saat dihubungi Liputan6.com, Senin (25/11/2019).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

Selain kesejahteraan, menurut Zainuddin, kompetensi guru juga perlu ditingkatkan. Salah satu dilakukan menurut Zainuddin dengan menerapkan student center learning dan deep learning. Dengan konsep ini membuat guru harus kreatif membuat kegiatan yang berpusat pada anak-anak.

Zainuddin menuturkan, kurikulum 2013 memang mendorong siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Namun, kurikulum itu masih bebani guru karena banyaknya mata pelajaran yang harus dipelajari. “Mata pelajaran yang dipelajari siswa banyak tidak cukup banyak waktu guru untuk terapkan student center learning,” tutur dia.

Zainuddin menambahkan, guru juga harus mampu mendorong siswa tersebut belajar lebih mendalam. Hal ini agar siswa tidak hanya sekadar tahu dari kulit luar tetapi juga memahami masalah dan topik lebih mendalam. Dengan begitu siswa dapat mengerjakan, menjiwai dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, menurut Zainuddin, pendidikan membuat anak bisa hidup dlaam kehidupan dengan mempelajari kehidupan itu.

"Selama ini dengan metode hanya tahu permukaam kulit untuk ujian nasional berbekal pengetahuan dan pemerintah masih bangga dengan evaluasi pembelajaran lewat ujian nasional,” kata dia.

Oleh karena itu, Zainuddin mengharapkan, pemerintah dapat membuat konsep pembelajaran untuk siswa yang efektif, kreatif, aktif, dan mencerdaskan suatu bangsa. "Guru terbaik adalah pengalaman. Anak-anak kita harus mengalami pengalaman itu. Bila tidak hanya bertemu guru di kelas dan tidak bertemu dengan guru terbaiknya yaitu pengalaman," ujar dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.