Sukses

8 Peneliti Belia Indonesia Raih Medali Lomba Penelitian APCYS di Rusia

Tim Indonesia yang berlaga di ajang lomba penelitian internasional 8th Asia Pacific Conference of Young Scienties (APCYS) 2019 di Rusia. Dari tim Indonesia itu ada siswa asal Surabaya, Jawa Timur.

Liputan6.com, Jakarta - Tim Indonesia yang berlaga di ajang lomba penelitian internasional 8th Asia Pacific Conference of Young Scienties (APCYS) 2019 di Rusia mendapatkan sejumlah penghargaan antara lain dua medali perak, enam medali perunggu dan delapan penghargaan poster.

Lomba penelitian internasional yang digelar di Yakutks-Republic of Sakha, Rusia ini diikuti oleh 12 negara pada 14-20 Oktober 2019. Lomba ini diikuti 75 pelajar dan 18 tim, lima anggota komite serta 67 proyek.

Proyek tersebut terdiri dari ilmu komputer sekitar delapan proyek, envinromental sciences 16 proyek, life sciences 18 proyek, matematika sekitar delapan proyek dan fisika sekitar 17 proyek.

Tim Indonesia terdiri dari delapan siswa dan siswi pemenang lomba peneliti belia (LPB) nasional 2018 yang membawakan delapa judul penelitian di bidang ilmu komputer, matematika, fisika, life science dan environmental science.

Direktur Center for Young Scientiests, Monika Raharti menuturkan, pihaknya menyelenggarakan lomba riset di 10 provinsi. Kemudian pemenang di tiap tingkat provinsi tersebut dibawa ke tingkat nasional di Jakarta.

Kegiatan tersebut berlangsung Agustus-November 2018. Pemenang lomba peneliti belia nasional 2018 lanjut ke tahap internasional mendapatkan proses pembinaan oleh CYS dari Januari-Oktober 2019. Rangkaian kegiatan lomba peneliti belia dan pembinaan dikoordinasikan oleh center for young scientists bekerjasama dengan dinas pendidikan provinsi, kota, universitas dan lembaga swadaya masyarakat.

"Pemenang tim Indonesia ini sudah saringan atas. Ada sekitar 24 orang. Kami kirim dua tim yaitu untuk APYS dan Afsis di Eropa juga,” ujar Monika saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu (19/10/2019).

Dari lomba penelitian internasional 8th APCYS ini tim Indonesia memenangkan dua medali perak, enam medali perunggu dan delapan penghargaan poster. Monica menuturkan, para peneliti belia ini melakukan riset sekitar 1-1,5 tahun. Tim Indonesia memenangkan sejumlah penghargaan tersebut, menurut Monica didukung dari kekuatan tim mengangkat kearifan lokal. Selain itu, pembinaan yang mengedepankan belajar mandiri. “Ini membuat siswa yakin betul dengan karyanya sendiri,” ujar dia.

Monica mengatakan, para siswa yang mengikuti ajang ini juga mendorong perhatian kalau generasi muda Indonesia berpotensi di kancah internasional. Dengan ajang ini juga mendorong pendidikan karakter lewat riset.

Meski demikian, ia menyoroti mengenai pembiayaan untuk mengikuti lomba penelitian tersebut. Monica melihat, kadang sistem juga tidak memungkinkan membuat siswa untuk ikut lomba karena faktor biaya.

Oleh karena itu, sejumlah siswa tersebut harus merogoh kocek sendiri terutama berasal dari keluarga mampu untuk ikut lomba penelitian di ajang internasional. Selain itu, ada juga memang yag dibantu dari sekolah, dinas pendidikan kota setempat dan pemerintah daerah (pemda) sehingga dapat ikuti lomba penelitian di ajang internasional.

"Itu disayangkan ada siswa dari 20 besar yang masuk atau lulus lomba tidak mampu ikut (lomba internasional-red) karena faktor biaya. Jadi yang hanya punya uang saja. Ini patut disayangkan. Setiap tahun ada seperti itu," ujar Monica.

 

 

*** Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Siswa dari Surabaya Dapat Penghargaan

Adapun tim Indonesia yang meraih medali dalam ajang ini antara lain:

Medali perak

1. Kenneth Samuel Djasmin (Cita Hati Christian Senior School-West Campus) di bidang Matematika. Penelitan Samuel berjudul “Closing in on Pi: Comparative Analysis for Dedermining Pi.

2.Catarina Jane Winoto (SMP Kristen Cita Hati Surabaya) di bidang Life Science. Penelitian Catarina berjudul “Cocoa Pod Husk: Waste to Taste”.

Medali perunggu

1.Raymond Sean Halim (Cita Hati Christian Senior School-West Campus, Surabaya) di bidang Matematika. Penelitian Raymond berjudul "Fibonacci in Music: Investigation of Fibonacci Sequence in Indonesia’s Traditional Music.

2.Dhonan Nabil Hibatullah (SMA Negeri 1 Kayuagung, Ogan Komering Ilir) di bidang Fisika. Penelitian Dhonan berjudul “Slip-Stick Phenomenon”

3.Jonathan S Nilam (SMP Santa Laurensia, Tangerang) di bidang Fisika. Judul penelitian Jonathan yaitu “Tuning Balinese Gamelan”.

4.Muhammad Fadhlan Mahendra (SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung) di bidang Komputer Sains. Judul penelitian Fadhlan yaitu "Snapbot: Self Navigating Mapping Robot”.

5. Nicole Nathania Budiman (Sekolah Pelita Harapan Sentul Bogor) di bidang Environmental Science. Judul penelitian Nicole “FeCes:Enhancement of Fecal Sludge Conversion into Biogas”

6. Felicia Averine (SMAK 1 BPK Penabur Bandung) di bidang Environmental Science. Judul penelitian Felicia yaitu "Fi-shion:Biodegradable Weed-Based Packing Cushions. Felician juga mendapatkan penghargaan best research work based on the result public voting.

Salah satu peneliti yang memenangkan medali perunggu, Fadhlan menuturkan,  kalau tim Indonesia mengikuti pembinaan di Bandung, Jawa Barat bersama Center for Young Scientists (CYS) sebanyak tiga kali. Awalnya ia ikut lomba penelitian ini setelah ikut lomba bertingkat regional di Jawa Barat bernama Young Scientiest Competition 2018 diselenggarakan oleh CYS, PUDAK Scientific dan i3L.

"Saya mendapatkan juara dua. Setelah juara dua di Jawa Barat, saya mengikuti lomba peneliti belia nasional dan mendapatkan special award. Setelah itu saya mengikuti seleksi tim Indonesia, lalu dipilih untuk mengikuti APCYS di Yakutsk, Republic of Sakha, Rusia," kata dia.

Monica mengatakan, ada siswa SMP yang mendapatkan penghargaan menunjukkan kalau pendidikan kreatif melalui riset bisa dimulai sangat dini. Ini dilakukan dengan proses berpikir yang benar yaitu ikuti kaidah ilmiah dengan subyek sains dan sosial, serta seni tidak menjadi masalah. "Pendidikan di Indonesia sudah di jalan yang benar melalui kurikulum yang bermuatan riset," kata dia.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.