Sukses

Luncurkan Buku, Pendaki Clara Sumarwati Ingatkan Tak Ada yang Mustahil

Pendaki Clara Sumarwati menuturkan, tidak ada yang mustahil untuk masyarakat Indonesia mewujudkan mimpinya, terutama bagi kaum hawa.

Liputan6.com, Surabaya - Clara Sumarwati, perempuan pertama pendaki Gunung Everest menyapa mahasiswa surabaya di Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Surabaya (Stikosa) Almamater Wartawan Surabaya (AWS), lewat peluncuran buku Indonesia Menjejak Everest, Rabu, 16 Oktober 2019.

Melalui acara peluncuran buku pertama kalinya di surabaya, Clara menuturkan, tidak ada yang mustahil untuk masyarakat Indonesia mewujudkan mimpinya, terutama bagi kaum hawa.

"Sempat diberitakan media asal negeri tirai bambu bahwa saya tidak bakal mampu menyelesaikan pendakiannya sebab kemampuan fisik yang kurang, tapi nyatanya saya berhasil menuju puncak Everest," tutur dia, ditulis Kamis (17/10/2019).

Dari bukunya ini, Cara ingin menceritakan  perjalanannya menuju puncak bumi di perbatasan Nepal dan China tersebut. "Saya berharap buku ini menjadi dokumen sejarah, yang sebelumnya berupa kepingan puzzle dari kliping berita koran harian dari seluruh dunia," ujar dia.

Peluncuran buku Indonesia Menjejak Everest ini diselenggarakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Prapanca Pencinta Alam (Prapala) Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Surabaya (Stikosa) Almamater Wartawan Surabaya (AWS).

"Acara tersebut untuk memperingati serangkaian Dies Natalis Stikosa - AWS yang ke 55 tahun," tutur Ketua Umum (Ketum) Prapala Stikosa - AWS, Teresa Gabriella.

Perempuan yang mendapatkan nama lapangan Ateng ini menceritakan, Clara Sumarwati adalah pendaki wanita pertama asal Indonesia di Asia Tenggara yang berhasil mendaki puncak Gunung Everest di ketinggian 8.848 mdpl (meter di atas permukaan laut) pada 1996.

"Sejarah perjalanannya penuh lika-liku, pro dan kontra hingga pada akhirnya mampu menerbitkan sebuah buku. Clara Sumarwati mendaki everest untuk memperingati Hari Kemerdekaan RI 17 Agustus tahun 1996," kata Ateng.

Ateng menyampaikan, bagi Prapala yang merupakan Organisasi Pecinta Alam, sosok Clara Sukmawati penting dalam memberikan pengetahuan khususnya di bidang kegiatan alam bebas.

"Mengingat kegiatan alam bebas bukan hanya milik organisasi pencinta alam saja, melainkan semua orang dari seluruh lapisan pun dapat melakukannya, maka diadakanlah kelas  inspirasi dengan tujuan agar dapat saling bertukar pengalaman dan ilmu (edukasi) agar dapat mengembangkan pengetahuan berkegiatan di alam bebas yang ekstrem," ucap Ateng.

 

 

*** Dapatkan pulsa gratis senilai Rp10 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

Dikutip dari berbagai sumber, Clara Sumarwati mendaki Gunung Everest untuk memperingati Hari Kemerdekaan RI 17 Agustus 1996. Saat itu, Clara Sumarwati berupaya semaksimal mungkin untuk mendapat sponsor dari Istana Negara dan setelah mendapat izin Ia menjalani latihan bersama Kopasus.

Bersama tim Sherpa Nepal, Clara Sumarwati berhasil menjejak puncak everest tahun 1996. Namun, Clara Sumarwati dibatasi atau tidak diperbolehkan bahkan diancam jika mempublikasikan prestasinya.

Menghadapi fakta bila namanya ditiadakan dari daftar nama pendaki Gunung everest, Clara pun depresi dan mengalami gangguan jiwa sampai harus dirawat di RSJ  Yogyakarta.

Hingga pada Oktober 2009, akhirnya berbagai tim menyelidiki kebenaran cerita Clara sampai menemukan bukti-bukti kuat yang menyatakan Clara adalah yang pertama mendaki puncak everest.

Sebenarnya pengakuan atas pencapaian Clara mendaki Gunung Everest sudah diakui dunia. Nama dan tanggal pencapaiannya tercatat antara lain di buku-buku Everest karya Walt Unsworth (1999), Everest: Expedition to the Ultimate karya Reinhold Messner (1999) dan website EverestHistory.com, sebuah referensi andal akan segala sesuatu yang berkaitan dengan pendakian gunung di dunia.

Kini setelah 23 tahun sejak pendakiannya di everest, Clara menulis semua kisah dan catatan perjalanannya yang berliku dalam sebuah buku berjudul “Indonesia Menjejak Everest”.

Buku ini sekaligus menjadi pembuka dokumen sejarah pendakian Clara Sumarwati yang sebelumnya berbentuk kepingan kliping berita dan berkas surat-surat yang teronggok dalam kardus.

Buku “Indonesia Menjejak Everest” menceritakan perjalanan Clara Sumarwati menuju puncak bumi di perbatasan Nepal dan China tersebut.

Clara Sukmawati berharap buku ini menjadi sejarah srikandi pertama Indonesia yang telah menjejak puncak Gunung Everest lewat jalur utara dan menjadi motivasi bagi pendaki-pendaki Indonesia lainnya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.