Sukses

Produksi Mobil Listrik di Dalam Negeri Bakal Kurangi Masalah Lingkungan

Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN), Soetrisno Bachir optimistis jika industri motor dan mobil listrik berkembang di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN), Soetrisno Bachir optimistis jika industri motor dan mobil listrik berkembang di Indonesia. ITS Surabaya akan menjadi motor utama dalam pengembangannya.

Selain itu saat, mobil dan motor listrik ini bisa terwujud melalui industri dalam negeri merupakan hal yang sangat membanggakan sebagai bangsa Indonesia. Hal itu disampaikan Soetrisno usai menjadi pembicara pada acara "FGD & Business Meeting" di ITS di Surabaya, Senin 7 Oktober 2019 .

"Bangsa Indonesia akan terlihat mempunyai kemampuan teknologi lebih tinggi. Kedua dari aspek ekonomi, karena kalau mobil listrik diproduksi di dalam negeri maka itu akan mengurangi masalah lingkungan, jadi lebih bersih," ujar dia, dilansir dari Antara.

"Kemudian masalah impor yang terlalu besar, mobil-mobil yang ada itu kebanyakan komponennya impor. Bahan bakarnya impor juga, jadi kita banyak kerugian. Jadi saya yakin mobil atau motor listrik sesuatu yang tak bisa terhindarkan," ia menambahkan.

Sebelumnya, Soetrisno Bachir menyebutkan, kendaraan listrik yang dibuat Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya dapat berkembang asal dibantu oleh pemerintah daerah setempat.

Dirinya optimistis sepeda motor buatan ITS, bernama Gesits, dapat berkembang pesat jika didukung Pemda setempat karena kendaraan listrik akan menjadi kebutuhan pada masa depan.

"Industri tanpa didukung proteksi itu nonsense, minimal dibantu daerah-daerahnya. Kalau ITS mungkin dibantu Provinsi Jatim atau daerah-daerahnya. Pegawainya, jangan beli lagi nonmotor listrik, belinya dari ITS," kata Soetrisno.

Penggunaan kendaraan listrik di lingkungan pemda, lanjut dia, dilakukan sebagai upaya proteksi atau perlindungan agar produksi mesin ini bisa bertahan dan dapat memenuhi skala produksinya.

Menurut dia, industri motor listrik sudah bisa diwujudkan saat ini. Pasalnya, mobil atau motor listrik bisa jadi kebutuhan yang mendesak bagi bangsa Indonesia.

"Ini sudah bisa diwujudkan sekarang, karena itu skala besarnya atau skala yang lebih besar. Sekarang sudah bisa pesan. Motor dulu lah yang bisa kita produksi ini, bagaimana ini dibeli oleh pemerintah daerah kota kabupaten maupun provinsinya," kata dia di Surabaya.

 

 

*** Dapatkan pulsa gratis senilai Rp 5 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com di tautan ini.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tim dari ITS Raih Tiga Penghargaan di KRTI 2019

Sebelumnya, usai menaklukkan ajang internasional di Turki, Tim Bayucaraka Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali sukses berjaya di tingkat nasional.

Kali ini, tim robot terbang ITS ini berhasil meraih tiga penghargaan dalam Kompetisi Robot Terbang Indonesia (KRTI) 2019 yang diselenggarakan di Lapangan Terbang TNI Angkatan Laut (AL), Grati, Pasuruan selama lima hari,yang mulai sejak 1 Oktober 2019.

General Manajer (GM) Tim Bayucaraka ITS Putu Wisnu Bhaskara Putrawan menjelaskan, tiga penghargaan tersebut antara lain juara satu kategori Technology Development (TD) subdivisi airframe, juara tiga kategori Vertical Take Off and Landing (VTOL), dan Best Design atau desain terbaik dalam kategori TD subdivisi Flight Controller.

Pada kategori TD subdivisi airframe, seluruh tim diharuskan merancang sebuah prototipe pesawat hybrid yang merupakan gabungan antara helikopter dan pesawat. Sehingga pesawat tersebut dapat naik ke atas seperti helikopter sekaligus dapat terbang seperti pesawat pada umumnya.

Tim Bayucaraka ITS yang menghadirkan pesawat Bayusuta Hybrid v01 pada kategori tersebut berhasil terbang pada medan yang sempit dan tidak butuh landasan pacu yang panjang. "Sehingga hal tersebut menjadi keunggulan pesawat kita,” tutur mahasiswa yang kerap disapa Wisnu.

Sedangkan pada kategori VTOL, setiap pesawat juga dituntut menyelesaikan sebuah misi yaitu untuk menjatuhkan tujuh buah benda pada target yang telah ditentukan. Wisnu menyebutkan, Pesawat Soeromiber v4 milik Tim Bayucaraka ITS juga telah berhasil unggul pada kecepatan dan keakuratan dalam menyelesaikan misinya jika dibanding tim lainnya.

Sedangkan pesawat bernama Mas Bay yang mewakili Tim Bayucaraka ITS pada kategori TD subdivisi Flight Controller berhasil menampilkan teknologi yang berbeda dengan peserta lain.

"Pesawat ini dapat memberikan informasi mengenai navigasi, gambar, ketinggian, kemiringan, dan dapat diketahui secara langsung dari layar yang berada di bawah," papar mahasiswa Teknik Komputer ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.