Sukses

Kawasan Kota Tua Surabaya: Nostalgia di Gedung Bersejarah (I)

Berkunjung ke Surabaya, tak mungkin kehabisan tujuan wisata. Berikut ini adalah uraian objek wisata di kawasan kota tua Surabaya.

Liputan6.com, Jakarta - Berkunjung ke Surabaya,  Jawa Timur tak mungkin kehabisan tujuan wisata. Kota Pahlawan memiliki sejuta tempat yang bisa dijadikan untuk mengisi waktu luang.

Bila sudah bosan dengan suasana mal, datang ke kawasan kota tua bisa dijadikan pilihan. Selain mendapat suguhan gedung bergaya tempo dulu, berwisata ke kawasan kota tua juga dapat menambah ilmu pengetahuan sejarah.  

Melansir informasi dari akun Instagram @lovesuroboyo, Kawasan Kota Tua Surabaya terdiri dari 15 jalan. Berikut ini adalah uraian objek wisata dan gedung bersejarah di tujuh jalan pertama kawasan kota tua Surabaya yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber:

1. Jalan Rajawali

- Gedung Cerutu

Gedung Cerutu menjadi salah satu gedung yang arsitekturnya mencolok di Surabaya. Sesuai dengan namanya, ciri khas Gedung Cerutu adalah terdapat menara di atas gedung yang bentuknya seperti cerutu. Bangunan ini merupakan gedung kuno yang hingga kini masih tetap berdiri dengan keadaan utuh dan terawat. Gedung Cerutu berada di Jalan Rajawali Nomor 7.

- Hotel Arcadia

Hotel Arcadia adalah hotel bergaya tempo dulu yang berdiri di kawasan Jembatan Merah Plaza. Hotel ini didesain bergaya colonial di awal abad 20. Sebelum bernama Hotel Arcadia, bangunan ini sebelumnya juga dikenal bernama Hotel Ibis. Hotel ini sudah disahkan menjadi bangunan cagar budaya pada 1913.

2. Jalan Garuda

- Gedung De Javasche Bank

Gedung ini berdiri di Jalan Garuda No.1. Gedung ini menjadi gedung yang menyimpan banyak sejarah perbankan di Indonesia. Gedung ini sudah dibangun sejak 14 September 1829. Resmi menjadi cagar budaya pada 2012.

Bangunannya bergaya arsitektur neo renaissance yang dilengkapi dengan ukiran khas Jepara di setiap pilar-pilarnya. Gedung ini terbagi atas tiga lantai, lantai pertama yaitu ruang basement untuk menyimpan uang, emas dan dokumen penting lainnya. Lantai kedua untuk kantor dan teller, dan lantai ketiga untuk tempat dokumentasi.

3. Jalan Karet

- Musala Thoriqul Jannah

Di Surabaya Utara, tepatnya di Jalan Karet, Kelurahan Bongkaran, Pabean Cantikan, berdiri salah satu musala yang sudah berusia ratusan tahun, yakni Musala Thoriqul Jannah. Sejak zaman kolonial, atau sekitar tahun abad 19, musala ini sudah berdiri.

Tak hanya usianya yang berusia lebih dari 200 tahun, keunikan Musala Thoriqul Jannah juga terletak pada gaya arsitektur yang memadukan gaya arsitektur Tionghoa dan Jawa.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Gedung Haandels Vereeniging Amsterdam (HVA)

4. Jalan Merak

- Gedung Haandels Vereeniging Amsterdam (HVA)

Kantor pusat PTPN XI ini merupakan peninggalan Belanda yang dahulu gedung Haandels Vereeniging Amsterdam (HVA) Comidites Straat atau disebut asosiasi pedagang Amsterdam. HVA didirikan saat era kolonial Belanda pada 1878.

Gedung peninggalan HVA ini adalah salah satu gedung terbesar pada zaman Belanda. Sebagian konstruksi gedung ini terbuat dari baja. Hal itu membuat bangunan PTPN XI ini bersifat anti gempa.

5. Jalan Kepanjen

- Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria

Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria atau lebih dikenal dengan Gereja Kepanjen terletak di Jalan Kepanjen nomor 4 -6. Gereja yang sudah dibangun sejak 1822 ini adalah gereja bercorak gotik yang berdiri di Surabaya. 

 

3 dari 3 halaman

Jalan Coklat

6. Jalan Coklat

- Klenteng Hok An Kiong

Klenteng Hok An Kiong berdiri sejak 1830-an di Jalan Coklat, Pabean, Surabaya. Dahulu daerah ini adalah kawasan pelabuhan. Pada masa itu, banyak kapal saudagar dari Tiongkok, China yang mampir ke daerah itu untuk beristirahat. Klenteng ini merupakan salah satu klenteng tertua yang ada di Surabaya.

7. Jalan Bubutan

- Gedung Hallo Surabaya

Gedung yang terletak di Jalan Bubutan Nomor 95 ini sudah disahkan menjadi cagar budaya sejak 2009. Gedung ini dikenal dengan sebutan “Gedung Hallo Surabaya”. Gedung ini dibangun pada November 1951 oleh Dr. Van hoogstraten. Dari desainnya, terlihat gedung ini bergaya Eropa.

(Bersambung)

 

 

(Kezia Priscilla, mahasiswi UMN)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.