VIDEO: Tradisi Kirab Jelang Tahun Baru Islam dari Bondowoso dan Ponorogo

VIDEO: Tradisi Kirab Jelang Tahun Baru Islam dari Bondowoso dan Ponorogo

Beragam tradisi digelar menyambut datangnya Tahun Baru Islam. Di Bondowoso, Jawa Timur, ratusan warga menggelar tradisi Arebbe dengan mengarak bubur Tajin Sorah, lalu menyantapnya bersama di tengah Alun-alun.

Selain wujud syukur atas jasa para leluhur, makna dari tradisi ini juga sekaligus sebagai ungkapan doa dan keselamatan kepada Sang Maha Pencipta memasuki pergantian tahun.

Ratusan warga Bondowoso, Sabtu sore berkumpul di Pendopo Kabupaten Bondowoso, untuk mengikuti tradisi Arebbe, yang digelar menyambut Tahun Baru Islam, 1 Muharram 1441 Hijriyah.

Dalam tradisi ini warga tampak menyiapkan Tajin Sorah, salah satu jenis makanan kuno berupa bubur yang dilengkapi aneka lauk. Tajin Sorah yang dihias sedemikian rupa, kemudian diarak keliling kota diiringi kesenian tradisional Rebana. Didoakan bersama-sama.

Setibanya di Alun-alun, pawai pun berakhir dan dilanjutkan dengan menggelar doa bersama. Tradisi Arebbe sendiri yang dalam istilah Madura berarti arwah, merupakan bentuk syukur yang diwujudkan dengan memberikan doa kepada leluhur dan para pendahulu kota Bondowoso.

Tradisi yang digelar menjelang pergantian tahun ini juga sekaligus sebagai ungkapan doa kepada Sang Maha Pencipta, agar seluruh masyarakat diberikan keselamatan memasuki tahun yang baru.

"Ini adalah Tajin Sorah, jadi Tajin Sorah itu adalah semacam bubur, yang diperpadukan dengan kuah santan atau kare ayam, biasanya ini dilakukan atau tradisi masyarakat Bondowoso pada menjelang 1 Muharram, sempat diarak, jadi kita kirab bersama-sama," ujar salah satu warga, Yani.

Puncak acara sendiri, ditandai dengan menyantap bubur Tajin Sorah bersama-sama. Seluruh warga tampak bersuka cita menyambut datangnya tahun baru, sambil menikmati hidangan yang hanya ada saat pergantian Tahun Baru Islam ini.

Sementara itu di Ponorogo memperingati 1 Suro atau 1 Muharram 1441, juga dirayakan ratusan warga, dengan berebut tumpeng berisi hasil bumi yang telah diberi doa oleh tokoh agama setempat, tak hanya orang tua, anak-anakpun ikut berebut, hingga ada yang terjatuh.

Mereka berkeyakinan jika mendapat isi tumpeng akan mendapat berkah dan rejeki yang melimpah. Sebelum diperebutkan, tumpeng hasil bumi bersama tiga pusaka; Sabuk Cinde Puspito, Tombak Songsong Tunggul Wulung dan Tombak Tunggul Nogo diarak sejauh 5 km.

Tradisi yang selalu dilakukan di awal bulan Suro tersebut, merupakan sebuah cerita, perpindahan pusat pemerintah kota yang lama menuju kota yang baru, selain itu untuk menjaga tradisi serta wujud syukur warga atas hasil bumi yang melimpah, demikian yang tayang pada program Fokus, pada 2 September 2019.

Yuk saksikan videonya

Ringkasan

Oleh Didi N pada 08 September 2019, 15:00 WIB

Video Terkait

Spotlights