Sukses

ITS Surabaya Sabet Peringkat Tiga untuk Kategori Produk Inovasi Nasional

Prestasi ini membuat ITS Surabaya naik sebanyak 12 dari tahun sebelumnya yang hanya peringkat 15.

Surabaya - Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya meraih peringkat tiga kategori produk inovasi dalam kategori Widyapadhi Universitas/Institut sub kategori Produk Inovasi dalam Malam Apresiasi Hakteknas 2019 di Kampus ISI Denpasar pada Selasa malam, 27 Agustus 2019. Prestasi ini membuat ITS naik sebanyak 12 dari tahun sebelumnya yang hanya peringkat 15.

"Mohon dicatat, ini kerja sama semua pihak dan data yang digunakan bukan data sesaat, tiga bulan ini, tapi tiga tahun. Sehingga ini hasil karya semua orang, semua pihak. Dari inovasi, rektor, pimpinan, sampai semua civitas akademika," ujar Mochamad Ashari, Rektor ITS pada suarasurabaya.net, Selasa, 27 Agustus 2019.

Dalam kategori sama, peringkat dua dicapai oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) dan peringat pertama didapatkan oleh Institut Teknologi Bandung (ITB).

Ashari mengaku akan terus membenahi data inovasi dan prestasi yang dimiliki ITS Surabaya agar menggenjot perolehan peringkat di tahun mendatang. Dia menuturkan, PR terbesar ITS saat ini memang pendataan.

"Jadi, data di sini adalah kita punya prestasi banyak, pencatatannya kurang sistematis. Kemudian kita punya anak-anak yang buat startup, tapi belum kita fokuskan, tapi belum dimentoring sistematis, jadi di masyarkat itu sumbangan ITS," ucap Ashari.

Tugas utama ITS saat ini adalah memperbaiki data. Ashari melanjutkan, ke depan akan memperbaiki data dan juga prestasi.

"Yang kita lakukan, waktu terakhir ini adalah pembenahan data, sangat penting dalam penilaian itu. Semua berbasis data. Data ini yang kita kerjakan untuk diperbaiki. Hanya saja, dengan dukungan yang baik, akan lebih baik. Kedepan bisa kita tata dan lebih baik," lanjutnya.

Ia menyontohkan, beberapa hasil riset ITS yang menjadi penilaian Kemenristek Dikti adalah Gesit dan Kereta Api.

"Gesit, Kereta Api, karena ITS, melakukan riset, melakukan paten, hak cipta, kemudian bekerjasama dengan perusahaan luar unutk diproduksi, INKA, dan gesit dengan swasta," ujar dia.

Ashari menargetkan, visi ITS Surabaya sebagai universitas kelas dunia berdasarkan riset dan inovasi bisa terwujud selama 2020-2025 mendatang. Ia mengaku akan lebih mengembangkan produk hilir dan startup.

"Ini akan kembangkan produk hilir dan startup kita akan lebih fokuskan. Kita berikan mentoring, sehingga bisa menyelesaikan problem masyarakat, mulai pengangguran, dan seterusnya, dan juga memenuhi target pemerintah," pungkasnya.

(Kezia Priscilla, mahasiswi UMN)

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

ITS Siap Bantu Kembangkan Jaringan Informasi Geospasial Nasional

Sebelumnya,  Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya siap membantu mengembangkan Jaringan Informasi Geospasial Nasional (JIGN) melalui peran segenap sivitas akademikanya.

Rektor ITS, Mochamad Ashari menyampaikan hal itu dalam Rapat Koordinasi (Rakor) dan Bimbingan Teknis (Bimtek) Penguatan JIGN di Hotel Santika Premier, Surabaya, Rabu, 7 Agustus 2019.

Menurut rektor yang biasa disapa Ashari ini, ITS memiliki beberapa peran dalam pengembangan JIGN. Ashari menyampaikan, ITS memiliki tenaga ahli dari kalangan dosen di Departemen Teknik Geomatika dan Teknik Geofisika yang juga bergerak di Pusat Pengembangan Infratrukstur Data Spasial ITS. 

"Pusat pengembangan ini merupakan bagian dari Badan Informasi Geospasial (BIG) yang menggelar acara ini," ujar guru besar Teknik Elektro ITS ini.

Ashari memaparkan, saat ini Pemprov Jawa Timur memerlukan data simpul jaringan geospasial dalam jumlah banyak. Saat ini, sebagian besar data tersebut sudah dikumpulkan oleh BIG. Namun, menurut Ashari, data dari BIG yang melibatkan peran 20 perguruan tinggi di seluruh Indonesia masih perlu diselaraskan agar dapat dianalisa dan digunakan demi kepentingan bersama.

Dalam waktu dekat ini, Ashari mengaku masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Pusat data geospasial ini perlu melakukan koordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) RI sebagai penanggungjawab infrastruktur data, dan BIG sebagai pemilik data. 

Pada akhirnya data tersebut akan dimanfaatkan oleh banyak pihak. “Kawan - kawan ini (dosen ITS, red) yang mengelola (data tersebut), jadi PR kami masih sangat banyak,” ungkap Ashari sambil tertawa.

Sementara itu, menurut salah satu dosen yang juga ahli geospasial dari Teknik Geomatika ITS Surabaya Eko Yuli Handoko mengatakan, saat ini masih ada beberapa kendala terkait jumlah sumber daya manusia (SDM)-nya. 

Menurut Eko, tenaga ahli yang memahami perpetaan jumlahnya masih terbatas dan SDM masih belum didukung penuh. "Tentunya nanti akan ada andil mahasiswa, khususnya yang dipercaya oleh dosen yang terlibat," ujar dia.

3 dari 3 halaman

Perkuat Kerja Sama

Ketua Pusat Studi Kebumian, Bencana dan Perubahan Iklim (PSKBPI) ITS Lalu M Jaelani mengungkapkan, ITS masih memerlukan tambahan SDM yang mumpuni. Infrastruktur data dirasa dosen yang biasa disapa Lalu ini masih mudah untuk dikejar, tetapi SDM juga masih perlu waktu lebih lantaran harus dilatih dulu sebaik mungkin. 

"Meskipun saat ini beberapa alumnus ITS sebenarnya sudah diincar oleh beberapa Badan Penelitian dan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bapedda) di Indonesia,” ujar dia.

Dalam acara ini, BIG dan ITS juga berkesempatan untuk memerkuat hubungan kerja sama keduanya. Kali ini, ITS kembali mendapatkan hibah dari BIG berupa peralatan uji kompetensi geospasial. 

Ashari mengatakan, total sejak tahun 2011 BIG telah memberikan hibah senilai kurang lebih Rp 1 miliar kepada ITS. Di antaranya ialah beberapa alat server, eco-sounder dan alat pencatat dan penunjang uji data lainnya, termasuk yang dapat dioperasikan di bawah laut.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.