Sukses

Upaya Pemda Jawa Timur Meredam Gejolak Insiden Asrama Mahasiswa Papua

Pemerintah provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Kota Surabaya bergerak cepat untuk meredam insiden asrama mahasiswa Papua di Surabaya.

Liputan6.com, Jakarta - Insiden yang terjadi di Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya diduga memicu gejolak di Manokwari, Papua Barat dan sejumlah daerah di Papua. Suasana sempat memanas karena kesalahpahaman dan hoaks di media sosial. Ikatan Keluarga Besar Papua Surabaya (IKBPS) sudah menegaskan agar masyarakat tidak mudah terprovokasi dengan informasi yang tidak benar.

Sejumlah upaya yang dilakukan pemerintah provinsi Jawa Timur dan pemerintah kota Surabaya dan Malang untuk meredam gejolak insiden tersebut. 

Membangun Rasa Percaya

Kapolda Jawa Timur, Irjen Pol Luki Hermawan sudah menggelar cangkrungan atau acara pertemuan antara Ikatan Keluarga Besar Papua Surabaya (IKBPS) dan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda). Cangkrungan yang dihadiri Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa dan juga Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Dardak, adalah bentuk untuk meluaskan komunikasi dengan mahasiswa Papua di Jawa Timur.

Dengan pertemuan ini, diharapkan antara warga Jawa timur dan Papua dapat terbangun rasa saling memahami atau sisi understanding satu sama lain.

"Kita juga saling membangun dan memunculkan understanding. Ini penting supaya kalau ada sesuatu yang meragukan kebenarannya, maka harus ada klarifikasi dan verifikasi. Muncul understanding ini bisa dibangun kalau kita saling ketemu," lanjut Khofifah.

Setelah rasa saling mengerti sudah tumbuh, akan muncul rasa kepercayaan. Dengan saling percaya , warga jadi tidak mudah terpancing dan bisa lebih menghormati satu sama lain. Ketiga unsur itu sangat penting dan saling terkait untuk membangun tali persaudaraaan.

Selain itu, sudah terdapat rencana akan diadakannya lagi pertemuan yang serupa antara mahasiswa Papua dan Jawa Timur. 

"Gubernur Papua, Lukas Enembe saat saya telepon menyampaikan akan ada rencana menggelar pertemuan yang sama dengan mahasiswa Papua yang ada di Jawa Timur, " tutur Khofifah.

Selain itu, pemerintah provinsi Jawa Timur juga akan menyiapkan asrama nusantara. Khofifah menilai, sebenarnya kebhinekaan saat ini masih banyak yang lapis luarnya saja, belum kebhinekaan yang substansif. 

"Bagaimana kalau mahasiswa kita siapkan asrama mahasiswa nusantara. Dengan meminta keikhlasan mahasiswa Jawa Timur. Karena kalau kita ingin menyiapkan asrama mahasiswa nusantara, maka kita akan memplot Kalimantan berapa, Papua berapa, Sulawesi berapa, dan sebagainya," tutur dia, Senin, 19 Agustus 2019.

Khofifah menuturkan, ada asrama mahasiswa nusantara, akan memanggil memori semuanya, bagaimana sebetulnya Young Java, Young Selebes, Young Kalimantan Won. 

"Itu semua mereka kemudian mengikrarkan dirinya, mengikatkan dirinya untuk bersama - sama berkomitmen tumpah darah kita, Indonesia. Kita punya bahasa, bahasa Indonesia. Dan seterusnya," ujar dia.

Dengan ada asrama mahasiswa nusantara, yang ada di dalam diri masyarakat adalah bagaimana mereka menjadi Indonesia dengan beragam suku, agama, adat istiadat, dan akhirnya kemudian tepo seliro-nya akan muncul. 

"Kita ingin menggagas tentang asrama mahasiswa nusantara. Dan kita lagi mengurus ke BPN," tutur dia.

Khofifah juga menyampaikan permintaan maaf atas insiden mahasiswa Papua di Surabaya dan Malang, Jawa Timur hingga berbuntut panjang dengan ada aksi Jayapura, Papua dan Manokwari, Papua Barat.

Khofifah menyampaikan, ada informasi yang terkonfirmasi dari sejumlah elemen masyarakat, yang kemudian menimbulkan sensitivitas adalah ada kalimat-kalimat yang kurang sepantasnya itu terucap.

"Saya ingin menyampaikan bahwa itu sifatnya personal, itu tidak mewakili suara masyarakat Jawa Timur," tutur Khofifah.

Demikian juga Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini (Risma) yang sampaikan permintaan maaf. Ia meminta maaf atas insiden di asrama mahasiswa Papua di Jalan Kalasan, Surabaya sehingga memicu gejolak di Manokwari, Papua Barat.

Risma mengajak seluruh pihak untuk saling menjaga kedamaian dan tidak terpancing emosi. "Mari sekali lagi kita jaga, kita akan rugi semua. Sayang sekali selama ini kita sudah bangun dengan susah payah, kemudian hancur begitu saja hanya karena emosi kita. Saya pikir itu tidak perlu saya. Kalau memang itu ada kesalahan di kami di Surabaya, saya mohon maaf. Tapi itu tidak benar kalau kami dengan sengaja mengusir, tidak ada itu,” ujar Risma, melansir suarasurabaya.net, Senin pekan ini.

Wali Kota Malang, Sutiaji meminta maaf atas terjadinya bentrok antara warga dengan mahasiswa asal Papua beberapa hari lalu. Ia juga menegaskan pemerintah kota tidak akan pernah ada kebijakan memulangkan para mahasiswa asal Papua.

Pada Senin, 19 Agustus 2019 terjadi kerusuhan di sejumlah daerah di Papua. Pernyataan Wakil Wali Kota Malang, Sofyan Edi Jarwoko yang menyebut rencana pemulangan mahasiswa asal Papua disebut-sebut turut memicu kerusuhan itu.

"Kami meminta maaf. Jujur saya tidak tahu pernyataan wakil wali kota, apakah mewakili masyarakat atau apa. Tapi saya tegaskan pemkot tidak ada kebijakan itu," tutur dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Mendukung Pendidikan hingga Bakat Minat

Difasilitasi untuk Mengembangkan Bakat

Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini (Risma) banyak berbagi cerita tentang kisah anak- anak Papua yang merantau ke Surabaya, Jawa Timur untuk menempuh pendidikan. Risma mengangap  semua adik-adik sebagai anaknya sendiri. Risma ungkapkan dalam kunjungan dengan Ketua Masyrakat Adat Tanah Papua dan Staf Khusus (Stafsus) Presiden untuk wilayah Papua, Lenis Kogoya ini.

Risma menyampaikan, selama adik-adik Papua menempuh pendidikan di Surabaya, sudah difasilitasi untuk mengembangkan bakat dan minat. Seperti pelatihan komputer dan bahasa Inggris.

"Mereka jauh dari orangtua, karena itu saya selalu sampaikan ke anak-anak itu agar menjadi orang yang sukses. Orangtuamu di sana pingin anaknya jadi. Mesti kalau ketemu anak-anak saya selalu sampaikan itu," tutur dia.

Pemkot Surabaya juga sudah sering menerima kunjungan mama-mama Papua dari berbagai wilayah untuk belajar. Pembelajaran ini adalah dengan maksud untuk pemberdayaan ekonomi dan program wirausaha.

“Mereka mama-mama Papua itu datang dari berbagai wilayah untuk belajar di Surabaya, mulai dari tanam sayur, bikin baju, sampai bikin bakso ikan," kata Risma.

3 dari 3 halaman

Terlibat dalam Banyak Kegiatan

Tak sampai di situ, Risma juga mengakui akan keaktifan warga Papua dalam kegiatan kampung. Ia menuturkan, banyak warga Papua yang menetap di Surabaya sudah biasa berbaur dengan masyarakat sekitar.

Tak heran bila banyak  warga asli Papua yang sukses di Surabaya dan menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemkot Surabaya.

"Ada Kabag Humas itu asli dari Papua, dua Camat di Surabaya juga asli Papua, terus ada Kepala Bidang Satpol PP juga dari Papua. Masyarakat di Surabaya ini multi etnis, ada dari Ambon, Aceh, Pontianak, Padang, NTB, kita tidak pernah membeda-bedakan semua ada di Surabaya,” ujar dia.

Kepala BPB Linmas Kota Surabaya, Eddy Christijanto menuturkan, selama ini sebenarnya, warga Papua di Surabaya tidak ada masalah. Ia hanya meminta, agar Rukun Warga (RW) melibatkan warga Papua dalam setiap kegiatan yang ada, khususnya untuk warga Papua di Kalasan.

"Selama ini mereka baik-baik saja tidak ada masalah. Cuma untuk yang di Kalasan, kita minta kepada RW setempat untuk melibatkan mereka di setiap kegiatan RW," katanya.

Sebelumnya, warga Papua sudah dilibatkan dalam HUT Kota Surabaya. Di sana mereka terlibat dalam menampilkan seni budaya, dan kegiatan cross culture atau lintas budaya. Jalinan komunikasi antara pemkot Surabaya dan tokoh, mahasiswa dan warga Papua juga sudah berjalan baik.

(Kezia Priscilla, mahasiswi UMN)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.