Sukses

Mengenal HBS Surabaya, Sekolah Lanjutan di Masa Hindia Belanda

Bumi Manusia menceritakan sosok bernama Minke yang diperankan Iqbaal Ramadhan, seorang pribumi yang bersekolah di Hoogere Burgerschool (HBS) Surabaya.

Liputan6.com, Jakarta - Film Bumi Manusia sudah tayang di bioskop-bioskop Indonesia sejak 15 Agustus 2019. Film yang diadaptasi dari novel karya Pramoedya Ananta Toer ini juga mendapatkan respons positif apalagi saat penayangan perdana di Surabaya, Jawa Timur.

Novel Bumi Manusia ini menyebutkan sejumlah wilayah Jawa Timur antara lain di Surabaya, Wonokromo, dan Sidoarjo. Lewat Bumi Manusia, seolah-olah diajak bernostalgia di Surabaya saat tempo dulu.

Bumi Manusia menceritakan sosok bernama Minke yang diperankan Iqbaal Ramadhan, seorang pribumi yang bersekolah di Hoogere Burgerschool (HBS) Surabaya. HBS Surabaya, salah satu sekolah lanjutan tingkat menengah pada zaman Hindia Belanda. Sekolah ini khusus orang Eropa, Belanda dan elite pribumi. HBS setara dengan sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah umum (SMU) tetapi hanya lima tahun.

HBS Surabaya yang dibangun pada masa Hindia Belanda ini masih menyisakan jejak. Gedung HBS Surabaya pun masih digunakan hingga kini. Gedung HBS Surabaya yang berlokasi di Jalan Ketabang sekarang ditempati SMA Kompleks yaitu SMAN I, SMAN 2, SMAN 5, dan SMAN 9 Surabaya.

Sedangkan lokasi gedung HBS di Jalan Baliwerti ditempati Fakultas Teknik Kimia ITS. Kemudian di Jalan Regen berubah namanya menjadi Jalan Kebon Rojo dan gedungnya ditempati Kantor Pos Besar Surabaya.

Liputan6.com merangkum sejumlah informasi mengenai HBS Surabaya yang merupakan warisan Belanda yang bertahan hingga kini seperti mengutip dari berbagai sumber:

1.Kondisi pendidikan di Surabaya pada zaman Hindia Belanda

Perkembangan pendidikan pada masa kolonial, berawal ketika Belanda kembali berkuasa di Hindia Belanda pada 1816 yang sebelumnya Hindia Belanda dikuasai oleh Kerajaan Inggris. Pada penanda awal, pemerintah kolonial Belanda bertanggung jawab terhadap pendidikan di negeri jajahan.Demikian mengutip journal.unair.ac.id

Saat itu, sekolah resmi pertama kali didirikan di Batavia pada 24 Februari 1817 yang diberi nama Europeesche Lagere School atau ELS. Sekolah yang didirikan mencontoh sekolah dasar yang ada di Belanda. Sekolah ini dikhususkan untuk anak Eropa.

Pembangunan sekolah pun dilakukan di Surabaya untuk memperhatikan pendidikan di tanah jajahan dan menyediakan tenaga terdidik. Sekolah-sekolah pun dibangun dengan mengadopsi sekolah yang sebelumnya ada di Batavia.

Surabaya memiliki beberapa sekolah yang didirikan oleh pemerintah kota, tetapi yang dapat memasuki sekolah tersebut hanya beberapa orang tertentu saja yang sebagian besar orang Eropa, dan beberapa tokoh terkemuka Bumiputra.

2. Pendirian HBS Surabaya

Mengutip journal.unair.ac.id, HBS Surabaya didirikan pada 1875. HBS dibangun sebagai sekolah lanjutan. Sekolah dibentuk sesuai dan berkesinambungan dengan sekolah sebelumnya yaitu ELS. Sekolah lanjutan yang akan dibentuk bagi golongan Eropa dan kaum elite Bumiputra.

Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya Raja Belanda Willem III mengizinkan untuk mendirikan sekolah lanjutan itu. Pertama kali sekolah dibuka di Batavia pada 1860. Kemudian untuk hormati Raja Willem III, sekolah itu diberi nama Gymnasium Willem III. Kemudian diubah menjadi HBS. Waktu belajar di sekolah tersebut selama lima tahun.

Sebagian besar alasan pembangunan sekolah lanjutan karena orang Eropa tinggal di kota dagang lainnya seperti di Surabaya membutuhkan sekolah lanjutan dari ELS. Pada 1875, sekolah HBS berdiri di Surabaya. Kemudian pada 1877 didirikan di Semarang.

3. Gedung HBS Surabaya ada di tiga lokasi

Pada periode kolonial hingga pascakemerdekaan HBS di Surabaya pernah menempati tiga lokasi. Pertama pada 1875-1881 di Jalan Baliwerti. Kemudian pada 1881-1923 berada di Regenstraaat atau Jalan Kadipaten. Lalu pada 1923-1950 berada di Jalan ketabang.

Perpindahan HBS yang terjadi pada 1923 karena dua faktor. Pertama, karena di tempat lamanya yaitu di Regentstraat situasinya kurang mendukung lantaran terlalu ramai akan kegiatan warga Surabaya. Kedua, ada perluasan Surabaya oleh pemerintah kota pada 1906-1940. Perluasan Surabaya pada saat itu karena banyaknya oang Eropa yang datang ke Surabaya Hal itu memberi dorongan pemerintah kota agar membentuk permukiman elite untuk memfasilitasi orang Eropa yang datang ke Surabaya.

Pada 1916, daerah Ketabang dibeli Gemeente atau kotamadya untuk dijadikan perumahan elite. Sejalan dengan itu, HBS pun dibangun untuk mengembangkan daerah Ketabang.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Nasionalisasi pada 1950

4. Mata Pelajaran

HBS yang merupakan sekolah menengah yang didirikan untuk masyarakat koloni Belanda di tanah jajahannya di Hindia Belanda. Oleh karena karena itu, pendidikan diterapkan berdasarkan concordantie-beginsel yaitu prinsip mencocokkan dan menyamakan. HBS di Hindia Belanda dahulu dicocokkan dan disamakan dalam segala hal dengan HBS yang ada di Belanda. Persamaan pendidikan itu meliputi pengajarnya orang Belanda, bahasa pengantarnya menggunakan Bahasa Belanda termasuk juga kurikulum dan pelajaran yang diajarkan.

5. Biaya Sekolah di HBS

Berdasarkan kesaksian Presiden Sukarno yang pernah bersekolah di HBS pada 1917-1922, sulit untuk seorang Bumiputra bersekolah di HBS. Hal ini karena biaya yang mahal. Sukarno diwajibkan untuk membayar f15,00 sebulan untuk uang sekolah dan uang buku setiap tahun f75,00.

HBS didirikan untuk kalangan menengah atas. Sedangkan untuk kalangan dari tarif ekonomi rendah pihak HBS sudah memberi toleransi biaya menurut besar gaji orangtua. Untuk kasus Sukarno, keluarganya memang tergolong di bawah standar taraf ekonomi rendah yang diberikan oleh HBS sehingga biaya yang wajib dibayar adalah biaya paling murah di HBS.

6. HBS di periode penjajahan Jepang

Kedatangan Jepang di Indonesia tidak menghilangkan pengaruh Belanda yang ada sebelumnya. Akan tetapi, kebijakan penerimaan murid tanpa didasarkan pada golongan yang dilakukan pemerintahan Jepang tidak membuat HBS dibanjiri murid dari golongan nonEropa. Bahkan sekolah bentukan Belanda dan bahasa pengantar Belanda tidak diminati kaum Bumiputra dan Tionghoa.

Secara tak langsung juga di masa pendudukan Jepang, penggunaan Bahasa Indonesia semakin luas. HBS Surabaya memiliki fungsi sebagai penyebaran penggunaan Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia wajib diajarkan di HBS Surabaya akibat dari kebijakan pendidikan pemerintah Jepang.

7. HBS di masa kemerdekaan

Kegiatan untuk membenahi pendidikan di Indonesia mulai dilakukan ketika menyerahnya Belanda kepada Indonesia pada 1949. Sekolah-sekolah yang didirikan oleh Belanda dan diusahakan masyarakat Indonesia diadakan langkah-langkah penyesuaian.

Pada masa akhir berdiri HBS Surabaya masih memegang kultur Belanda yang menjadi citranya dari pertama kali dibentuk. Direkturnya Orang Belanda yaitu P.J  Velson yang menjabat pada 194-1958. Setahun kemudian diserahkan kepada B.J Pieters.

HBS Surabaya akhirnya berubah menjadi Sekolah Menengah Atas Negeri pada 1 Agustus 1950. Kemudian B.J Pieters menyerahkan jabatannya kepada Marah Kamil S.P yang merupakan direktur pertama dari kalangan Bumiputra. Ia menjabat dari 1950-1952.

Mulai saat itu selalu dipimpin oleh bangsa Indonesia dan nama sekolah pun berubah menjadi SMA B Surabaya. Tanggal penyerahan dari Belanda kepada Bangsa Indonesia dijadikan logo tersebut.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.