Sukses

Tambat Labuh Sontoh Laut, Alternatif Wisata Bahari di Surabaya

Objek wisata alam yang berada di Kampung Nelayan Greges, Surabaya, Jawa Timur ini menawarkan sejumlah panorama alam yang mampu memanjakan mata para pengunjungnya.

Liputan6.com, Jakarta - Memperingati HUT ke-74 RI pada 17 Agustus 2019, ada sejumlah kegiatan yang dilakukan mulai dari upacara bendera, renungan suci dan perlombaan. Pada upacara bendera, kadang ada hal-hal yang unik dilakukan termasuk di Surabaya. 

Salah satunya upacara bendera di tengah laut. Hal ini dilakukan pemerintah kota Surabaya tepatnya di tengah laut Surabaya. Mengutip instagram @lovesuroboyo, upacara pengibaran bendera merah putih dikibarkan di Sontoh Laut Greges Asemrowo Surabaya. Upacara ini dipimpin oleh Camat Asemrowo Bambang Udi Ukiro dan diikuti komunitas-komunitas di Surabaya.

Bicara soal Sontoh Laut, kawasan wisata ini diresmikan pada Februari 2010 oleh Wali Kota Surabaya Bambang DH dan Sekretaris Jenderal Departemen Kelautan dan Perikanan Syamsul Ma’arif.

Mengutip berbagai sumber, wisata yang berada di Kampung Nelayan Greges, Kelurahan Tambak Sari Oso, Kecamatan Asemrowo, Surabaya, Jawa Timur ini dinilai memiliki potensi untuk menjadi tujuan pariwisata bahari yang unggul.

Di Tambat Labuh Sontoh Laut menyuguhkan pemandangan wisata mangrove yang berada di sepanjang pinggir pantai utara Surabaya. Tambat Labuh ini akan memberikan atmosfer dan suasana yang berbeda dari tempat lain. Destinasi tersebut menyimpan segudang panorama yang dikemas antara alamnya yang asri dan lansekap peti emasnya.

Dikutip dari instagram @pesona_suroboyo, di tempat ini pengunjung bisa menikmati perjalanan di atas air, seperti naik perahu nelayan. Selanjutnya, di sini juga disediakan permainan bersepeda ria mengasyikan yang bisa pengunjung manfaatkan untuk berekreasi.

Nah, khususnya bagi warga Surabaya dan sekitarnya, jangan melewatkan tempat tujuan wisata ini.

(Wiwin Fitriyani, mahasiswi Universitas Tarumanagara)

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Menelusuri Jejak Sejarah Kehidupan WR Soepratman di Surabaya

Sebelumnya, Surabaya, Jawa Timur dikenal sebagai Kota Pahlawan. Selain itu, di kota metropolitan ini juga banyak ditemui bangunan cagar budaya peninggalan Belanda.

Jejak sejarah para pahlawan dan tokoh nasional Indonesia pun juga dapat ditemui di kota yang merayakan ulang tahun setiap Mei ini. Masih suasana hari ulang tahun (HUT) ke-74 RI pada 17 Agustus 2019, sejenak nostalgia di Surabaya, yuk mengunjungi museum.

Nah, salah satu museum yang dapat dikunjungi musem Wage Rudolf Soepratman (WR Soepratman). Di museum ini menampilkan sejarah kehidupan sang pencipta lagu Indonesia Raya yaitu Wage Rudolf Supratman (WR Soepratman). Museum yang diresmikan pada 10 November 2018 ini dapat ditemui di kawasan Tambak Sari, Surabaya.

Mengutip instagram @dishubsurabaya, Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini (Risma) meresmikan museum itu tepat pada hari pahlawan. Museum ini bertujuan untuk mengetahui sejarah para pahlawan dan memberikan contoh semangat para pejuang.

Lewat museum ini, pengunjung dapat melihat sejarah kehidupan WR Supratman. Di museum ini terdapat foto-foto sejarah dan replika mengenai pria kelahiran 9 Maret 1903.

Saat memasuki museum, pengunjung dapat melihat foto orangtua WR Soepratman. Pencipta lagu ini memiliki ayah bernama Senen, sersan di Batalyon VII. Ia diasuh oleh kakak perempuannya yang bernama Roekijem.

Di museum tersebut terdapat replika baju WR Soepratman saat menghadiri Kongres Pemuda pada 28 Oktober 1928. Selain itu, ada juga replika biola. WR Soepratman dikenal selalu membawa biolanya. Tak hanya itu, ada juga pecahan uang Rp 50 ribu yang menempatkan wajah tokoh WR Soepratman.

Adapun museum ini sebelumnya tempat WR Soepratman pernah beraktivitas dan menciptakan lagu. Selain lagu Indonesia Raya, ia menciptakan 11 lagu. Salah satu ciptaan lagunya yang terkenal yaitu lagu RA Kartini.

Meski menciptakan lagu Indonesia Raya yang menjadi kebangsaan lagu bangsa Indonesia, ia belum sempat menikmati kemerdekaan. WR Soepratman sempat ditangkap karena menyiarkan lagu matahari terbit pada awal Agustus 1938. Ia pun ditahan di penjara kalisosok, Surabaya. WR Soepratman tutup usia pada 17 Agustus 1938.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.