Sukses

Lucky Hakim Peduli Perburuan Ikan Hiu

Kepunahan Hiu bisa berpengaruh terhadap ekosistem laut.

Aktor Lucky Hakim peduli dengan kehidupan ikan Hiu. Ikan yang dikategorikan ganas di film itu faktanya tak semua suka memangsa manusia dan ikan-ikan lainnya. Kata Lucky, hewan ini ternyata memiliki peran yang sangat penting dalam ekosistem laut.

"Hiu memiliki peranan sangat penting dalam ekosistem laut dan terumbu karang. Sebagai predator teratas, Hiu berfungsi sebagai penjaga keseimbangan ekosistem laut. Secara ekologis, hiu akan memangsa ikan lain yang sakit atau tua dan lemah. Perilaku ini membuat fungsi keberadaan hiu di ekosistem perairan laut dan terumbu karang menjadi vital," kata Lucky kepada wartawan, Kamis (3/10/2013).

Menurut Lucky yang juga sebagai Calon legislatif Pusat (Caleg DPR RI) dari PAN (Partai Amanat Nasional), hiu secara tidak langsung ikut mencegah penyebaran penyakit yang dibawa oleh ikan sakit atau tua dan lemah yang dimangsanya, dan memastikan kondisi ekosistem tetap sehat.

Lebih lanjut, pria yang hobi memelihara binatang berbisa itu mengatakan jika kepunahan hiu bisa berakibat besar pada mata rantai makanan di laut. Dimana populasi ikan seperti ikan tuna dan kerapu yang menjadi mangsa hiu akan meningkat.

"Memang menguntungkan bagi nelayan, tapi akan jadi masalah dengan melonjaknya populasi tuna dan kerapu bisa mengacaukan rantai makanan. Populasi mangsa yang ada di bawah tuna dan kerapu bisa habis dalam waktu yang relatif cepat dan akhirnya populasi kedua ikan tersebut juga akan punah akibat tidak adanya makanan dan ujungnya adalah ekosistem tersebut mengalami collapse (keruntuhan),” ujar Lucky memaparkan dengan antusias.

Lucky mengungkapkan, saat ini hiu menghadapi ancaman besar akibat perburuan siripnya. Padahal, populasi hiu sudah cukup rentan akibat pola reproduksinya yang lambat.

"Seekor hiu karang membutuhkan waktu 15 tahun untuk menjadi dewasa secara seksual. Setelah dewasa, hiu hanya mampu bertelur atau melahirkan (bergantung pada jenis hiu), sebanyak 1 – 10 anak dengan frekuensi reproduksi satu kali setiap 2 – 3 tahun, Kalau ancaman ini dibiarkan, maka populasi hiu akan mengalami kepunahan" papar Lucky yang sekarang lebih memilih lebih banyak menghabiskan waktu di kegiatan organisasi ketimbang berakting di layar kaca

"Berdasarkan hasil penelitian, seekor hiu yang dibiarkan hidup untuk menjadi objek wisata bahari bisa memberikan sumbangan devisa sebesar Rp 1,8 miliar per tahun atau setara dengan Rp 18 miliar selama ikan itu hidup," Lucky memaparkan.

"Sementara untuk hiu yang dijadikan komoditas ikan tangkap, 1 ekor hiu cuma dihargai  Rp 1,3 juta per ekor, sangat jauh di bawah nilai ekonomis bila hiu itu dibiarkan hidup,” tambahnya.

Lucky mengungkapkan, Indonesia bisa memilih untuk menjadikan hiu sebagai komoditas hidup untuk menunjang pariwisata atau membunuhnya untuk mendapatkan siripnya.(Adt)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.