Sukses

5 Penyebab Thor: Love and Thunder Dikritik Banyak Pengamat dan Fans, Sampai Diberi Nilai Kurang Memuaskan

Luapan kekecewaan maupun kritik pedas terhadap Thor: Love and Thunder bukan tanpa alasan.

Liputan6.com, Jakarta Thor: Love and Thunder masih tayang di bioskop seluruh dunia termasuk Indonesia. Meskipun banyak penggemar yang mengaku puas dengan karya baru dari Marvel Studios ini, sejumlah penonton dan pengamat tak bisa menutupi komentar mereka soal beberapa kekurangan yang ada dalam film ini.

Seperti diketahui banyak pecinta film superhero, rata-rata film Marvel Studios selama beberapa tahun ini memang sering mendapatkan kritik memuaskan dari para pengamat. Para penggemar pun banyak yang betah menontonnya berulang-ulang.

Namun sejak penayangan film Avengers: Endgame yang mengakhiri fase ketiga waralaba Marvel Cinematic Universe, banyak film-film yang menuai kritik pedas dan ungkapan kekecewaan fans.

Mulai dari Black Widow, Eternals, Doctor Strange in the Multiverse of Madness, hingga yang terbaru adalah Thor: Love and Thunder. Luapan kekecewaan maupun kritik pedas pun bukan tanpa alasan. Ada beberapa faktor yang menguatkan rasa kurang puas penonton maupun pengamat.

Lantas, hal-hal apa saja yang membuat film Thor: Love and Thunder menuai banyak kritik dari para pengamat profesional maupun penggemar di seluruh dunia? Berikut deretannya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

1. Terlalu Banyak Humor Garing

Dalam film Thor: Ragnarok, sutradara Taika Waititi dianggap sebagai sineas yang menyelamatkan kualitas waralaba Thor setelah film kedua, Thor: The Dark World dianggap memiliki alur cerita yang lemah. Film ketiga tersebut dinilai menghibur dan unsur komedinya dianggap pas dengan sejumlah adegan tertentu.

Sayangnya, Waititi dianggap tak mempertahankan nilainya di film Thor ketiga tersebut. Dalam Love and Thunder, ia terlalu banyak memasukkan unsur humor yang bahkan tak semuanya bisa membuat penonton tertawa. Adegan serius yang seharusnya menyedihkan pun malah diselipkan oleh bumbu komedi garing.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 6 halaman

2. Wibawa Dewa Petir yang Hilang

Meskipun pada film pertama dan kedua karakter Thor sudah diberi bumbu komedi pada beberapa alur cerita, penonton tetap merasakan wibawanya sebagai seorang Dewa Petir dari Asgard. Terlebih ketika ia muncul dalam film The Avengers dan sekuel-sekuelnya.

Namun setelah muncul di Love and Thunder, tampaknya penggemar harus merelakan karakter Thor sebagai sosok yang berwibawa dan serius. Pasalnya sepanjang film ini ia hampir selalu diperlihatkan sebagai karakter bodoh nan konyol yang sedang berada di alur film komedi.

 

4 dari 6 halaman

3. Tak Terasa Seperti Film Panjang

Beberapa pengamat dan penggemar juga menilai keseluruhan film Love and Thunder ini tak terasa seperti sebuah film panjang yang layak untuk ditonton sampai akhir. Tiap karakter tak memiliki sasaran yang harus diraih.

Sehingga, banyak yang menganggap film ini seperti sebuah filler alias pengisi kekosongan belaka ketimbang sebuah film dengan alur kuat yang memiliki keterkaitan erat dari kisah-kisah sebelumnya. Sehingga, beberapa adegan emosional pun jadi terasa sia-sia.

 

5 dari 6 halaman

4. Gorr The Butcher yang Tak Sesuai Porsi

Christian Bale tampil total dengan dandanannya yang mengerikan sebagai Gorr The Butcher dalam film ini. Bahkan jika kita melihat trailernya, karakter antagonis ini tampaknya sanggup membuat bulu kuduk penonton merinding. Terlebih, konon Bale sanggup membuat pemeran Thor, Chris Hemsworth, ketakutan selama syuting.

Sayangnya setelah menonton aksi Gorr, banyak pengamat dan penggemar yang dibuat kecewa lantaran Gorr diperlakukan tak sesuai porsinya saat ditampilkan ke layar lebar. Malah ada yang mengatakan karakter antagonis Thor: The Dark World, Malekith, memiliki diperlakukan lebih baik ketimbang Gorr.

 

6 dari 6 halaman

5. Durasi Terlalu Pendek

Salah satu taktik rumah produksi film agar bisa mendapatkan waktu tayang lebih lama dan studio lebih banyak di bioskop adalah dengan membuat film mereka tak terlalu panjang. Hal itulah yang dilakukan oleh Marvel Studios di bawaj Disney untuk Love and Thunder ini.

Seolah menghindari kritik terhadap Eternals yang dinilai terlalu panjang durasinya dan bertele-tele, Marvel Studios sangat percaya diri film ini dan Doctor Strange in the Multiverse of Madness bisa membuat penonton puas tanpa harus membutuhkan waktu panjang di bioskop.

Sayangnya baik Doctor Strange 2 maupun Love and Thunder, alur cerita yang disajikan malah membuat beberapa penonton kurang puas atau kebingungan. Para pengamat pun menilai durasi pendek yang dibuat dengan banyaknya adegan montase membuat alur cerita film keempat Thor ini disajikan secara terburu-buru.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.