Sukses

3 Film Korea Selatan Ini Menceritakan Perjuangan Rakyat Rebut Demokrasi lho

Selama hampir empat dekade, Korea Selatan terjerembab di alam kediktatoran.

Liputan6.com, Jakarta Kamu suka dengan budaya populer Korea Selatan? Ngikutin tren fashion dan musik sana? Atau menggandrungi drama Korea yang bisa buat baper maksimal? Kamu sekarang melihat, bahwa negara ginseng tersebut sebuah negara yang tertata, indah, dan juga maju.

Eits, itu sekarang! Tapi kalau kamu lihat Korea Selatan medio 1980-an, sangat jauh dengan kondisi yang kamu lihat sekarang. Korea Selatan punya masa kelam. Selama hampir empat dekade, Korea Selatan terjerembab di alam kediktatoran.

Ketika Korea Selatan di bawah kendali kediktatoran militer sepanjang 1962-1979, demonstrasi mahasiswa mengguncang Korea. Di tengah gejolak politik itu, pada 1979, diktator Park Chung-hee dibunuh oleh kepala intelijen Korea.

Nah, perjuangan Korea Selatan dalam merebut demokrasi dari diktator yang saat itu berkuasa, bisa kamu lihat lho dalam 3 film ini! Wajib kamu tonton deh!

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

1. 26 Years (2012)

Film garapan sutradara Cho Keun-Hyun ini bercerita tentang para keluarga korban yang tewas dibunuh oleh rezim militer dalam peristiwa pemberontakan Gwangju. Keluarga korban, menolak lupa dengan kejadian tersebut. Sampai akhirnya, mereka menyusun rencana untuk membalas dendam.

Pembalasan dendam itu dilakukan kepada orang yang dianggap paling bertanggung jawab pada pembantaian Gwangju 1980 masih hidup bebas. Mereka berencana untuk membunuh sang tokoh besar.

3 dari 4 halaman

2. A Taxi Driver (2017)

Film berdasarkan kisah nyata dan digarap oleh sutradara Jang Hoon ini bercerita tentang peristiwa pemberontakan rakyat Gwangju tahun 1980. Tokoh utama dalam film ini adalah Kim Man-seob (Song Kang-ho), seorang sopir taksi yang tinggal dengan anak perempuannya di sebuah kontrakan kecil.

One day, ada wartawan Jerman yang berniat membuat laporan tentang pemberontakan Gwangju. Jurgen “Peter” Hinzpeter (Thomas Kretschmann), bersedia membayar 100 ribu won agar bisa memasuki kota Gwangju. Kim, yang sedang dikejar banyak tagihan rumah tangga, tergiur dengan bayaran itu. Dia pun bersedia mengantarkan Peter ke Gwangju.

Tiba di Gwangju, Kim dan Peter menemui kota itu seperti kota mati. Toko-toko tutup. Di jalanan, tentara merespon demonstrasi mahasiswa. Korban berjatuhan.

Di Gwangju, Kim dan Peter bertemu dengan Gu Jae-sik (Ryu Jun-yeol), seorang mahasiswa yang bisa berbahasa Inggris. Jae Sik pun mengajak Kim dan Peter ke rumahnya.

Kim sendiri sempat berusaha kembali ke Seoul. Namun, di perjalanan pulang, dia bertemu dengan seorang ibu yang sedang mencari putranya di rumah sakit. Kim pun mengantarnya. Di rumah sakit, Kim menyaksikan korban represi aparat berjejal-jejal.

Tindakan represif aparat di Gwangju mengubah cara pandang Kim. Dia menemukan kenyataan berbeda antara apa yang disampaikan pemerintah dan media massa dengan kenyataan di lapangan. Pemerintah selalu menutupi kejadian di Gwangju. Para demonstran disebut simpatisan komunis.

Peter sendiri berhasil mengabadikan sejumlah kejadian di Gwangju. Kemudian, berkat bantuan Kim, Peter berhasil membawa rekaman itu keluar negeri. Berita kekejaman militer di Gwangju pun mendunia.

4 dari 4 halaman

3. 1987: When the Days Comes (2017)

Film bergenre thriller politik ini mengambil latar belakang Korea Selatan di tahun 1987. Saat itu, Korea sedang di bawah kediktatoran militer. Tahun itu, demonstrasi besar meledak di seantero Korea Selatan untuk menuntut pemilu bebas dan kemerdekaan berpendapat. Rezim militer merespon demonstrasi itu dengan gelombang represi.

Film ini menceritakan peristiwa di balik pembunuhan seorang aktivis mahasiswa di bulan Januari 1987. Park Jong-chul (Yeo Jin-goo) yang meninggal saat diinterogasi dan disiksa oleh Polisi.

Dan pihak pihak polisi pun ingin menutupi masalah tersebut agar tidak terendus masyarakat secara luas. Namun, berita kematian Park terlanjur terendus oleh media massa. Ketika berita tersebar luas, polisi mengumumkan, bahwa kematian Park disebabkan oleh penyakit jantung. Media massa dan publik, meragukan keterangan polisi tersebut.

Singkat cerita, perihal kematian Park terungkap. Bersamaan dengan itu, gelombang demonstrasi makin membesar. Hari-hari itu, bulan Juni 1987, rakyat Korea turun ke jalan untuk mengakhiri kediktatoran. Peristiwa ini dikenang dengan nama, perjuangan demokrasi Juni.

Nah, itu dia 3 film yang menceritakan masa kelam Korea Selatan yang bisa buat kamu merinding sekaligus meneteskan air mata melihat perjuangan rakyat Korea Selatan dalam meraih demokrasi. Korea Selatan, bukan hanya drakor yang menye-menye semata lho, tapi ada film yang bisa menambah wawasan sejarah dunia kamu!

 

(*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini